Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Paracetamol general_alomedika 2022-09-29T10:48:27+07:00 2022-09-29T10:48:27+07:00
Paracetamol
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Paracetamol

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Penggunaan paracetamol pada kehamilan masuk dalam Kategori B untuk sediaan oral. Paracetamol pada ibu menyusui akan diekskresikan dalam jumlah kecil ke dalam ASI.

Penggunaan pada Kehamilan

Paracetamol sediaan oral masuk dalam kategori FDA B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Sedangkan paracetamol sediaan intravena masuk dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. [21]

Paracetamol digunakan secara luas pada ibu hamil dan dijadikan lini pertama untuk tatalaksana demam dan nyeri saat kehamilan. Paracetamol aman digunakan pada seluruh trimester. Walaupun sampai saat ini tidak ditemukan adanya hubungan antara paracetamol dengan teratogenitas pada anak, paracetamol termasuk dalam salah satu obat yang dapat menembus sawar plasenta sehingga penggunaannya dalam jangka waktu lama selama kehamilan atau kombinasi dengan obat lain tetap perlu diperhatikan. [21,22]

Pada tahun 2014 dan 2015 dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui hubungan antara paracetamol dan risiko timbulnya perilaku attention-deficit-hyperactivity disorder (ADHD). Penelitian tersebut menemukan adanya peningkatan risiko pada ibu hamil yang menggunakan paracetamol selama masa kehamilan (RR 1,13; KI 95% 1,01 – 1,27). Akan tetapi, faktor lain yang mempengaruhi timbulnya ADHD pada anak seperti infeksi selama kehamilan atau riwayat gangguan jiwa pada keluarga belum dapat disingkirkan sehingga hasil tersebut tidak memiliki makna klinis yang kuat. Walaupun penggunaan paracetamol pada kehamilan dihubungkan dengan ADHD, tidak ditemukan hubungan kausatif di antara keduanya. Kemungkinan besar, penyebab ibu hamil mengkonsumsi paracetamol lah yang berhubungan dengan ADHD. [21,22]

Pada penelitian di hewan, paracetamol dapat menyebabkan adanya penurunan fertilitas pada jantan dan betina. Hal ini disimpulkan setelah ditemukannya penurunan massa testikel, spermatogenesis, dan lokasi implantasi. Hubungan antara penggunaan paracetamol dengan kelainan kongenital, keguguran, atau dampak lain pada kehamilan dan kelahiran belum ditemukan pada manusia. [22,23]

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa NAPQI dapat menstimulasi reseptor transient receptor potential ankyrin-1 (TRPA1) yang akan menyebabkan inflamasi neurogenik pada saluran napas. Hal ini akan meningkatkan risiko asthma dan penyakit paru obstruksi kronis pada pasien. Penelitian pada tikus menunjukkan dengan pemberian paracetamol 15 – 60 mg/kgBB, kadar NAPQI sudah dapat dideteksi di paru dan meningkatkan jumlah neutrofil, aktivitas mieloperoksidase, dan kadar sitokin serta kemokin di saluran pernapasan. Dengan adanya hal ini, pemberian paracetamol pada bayi dan ibu hamil tetap perlu berhati-hati. [24]

Penggunaan pada Ibu Menyusui

Paracetamol diekskresikan pada ASI dalam jumlah yang sangat sedikit. Mengingat konsentrasi puncak paracetamol akan dicapai dalam 1 – 2 jam dan tidak dapat dideteksi setelah 12 jam, pemberian ASI per 3 jam akan membuat bayi menerima sekitar 0,14% dari dosis ibu dengan asumsi bahwa ibu menerima 2% dosis. Satu kasus melaporkan adanya ruam makulopapular pada bayi berusia 2 bulan. [25]

Referensi

21. U.S. Food and Drug Administration U.S. Food and Drug Administration U.S. Food and Drug Administration U.S. Food and Drug Administration "FDA Drug Safety Communication: FDA has reviewed possible risks of pain medicine use during pregnancy Available from: http://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/ucm429117.html
22. Black RA, Hill A. Over-the-counter medications in pregnancy. Am Fam Physician. 2003 Jun; 67(12): 2517-2524
23. De Fays L, Malderen KV, De Smet K, Sawchick J, Verlinden V, Hamdani J, et al. Use of paracetamol during pregnancy and child neurological development. Developmental Medicine and Child Neurology. 2015
24. Stergaikoulie E, Thapar A, Davey Smith G. Association of acetaminophen use during pregnancy with behavioral problems in childhood: evidence against confounding. JAMA Pediatr 170 .2016:964-70
25. United States National Library of Medicine. Toxnet. Toxicology Data Network. 2017. Available from: http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/htmlgen?LACT

Efek Samping dan Interaksi Obat ...
Kontraindikasi dan Peringatan Pa...

Artikel Terkait

  • Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
    Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
  • Penilaian Risiko Intoksikasi Paracetamol
    Penilaian Risiko Intoksikasi Paracetamol
  • Manajemen Dengue Pada Infant
    Manajemen Dengue Pada Infant
  • Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
    Akurasi Pengukuran Suhu Tubuh
  • Pemeriksaan NS1 vs IgM-IgG untuk Diagnosis Dengue
    Pemeriksaan NS1 vs IgM-IgG untuk Diagnosis Dengue

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 22 Maret 2025, 14:06
DSS tanpa perubahan vital sign
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Ijin bertanya dok, apakah bisa dok terjadi DSS namun vital sign normal?Ada ps 15 thn datang dengan keluhan lemas dan batuk sejak kemarin, demam...
dr.Anindita Farah Yuwana
Dibalas 05 Februari 2025, 20:12
Kortikosteroid untuk pasien DHF yang sudah rawat jalan di FKTP
Oleh: dr.Anindita Farah Yuwana
2 Balasan
Alo dokter. Saya dokter internship di Puskesmas. Saya memiliki pasien perempuan usia 26 tahun post rawat inap dengan DHF yang rawat jalan di puskesmas....
ASMI-02-0184.pdf
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 28 Januari 2025, 08:51
Cegah dan Atasi Dehidrasi akibat Demam dengan Cairan Oral Isotonik
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
3 Balasan
ALO Dokter.Dehidrasi yang tidak ditangani dengan optimal dapat menyebabkan komplikasi klinis, sehingga dehidrasi wajib untuk dicegah. Penyebab dehidrasi di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.