Kortikosteroid untuk Penanganan Pneumonia Komuniti

Oleh :
dr. Nurul Falah

Sejumlah penelitian telah mencoba mengevaluasi kegunaan kortikosteroid dalam penatalaksanaan pneumonia komuniti. Beberapa menyimpulkan bahwa kortikosteroid, seperti methylprednisolone dan dexamethasone, dapat mengurangi mortalitas pada pneumonia komuniti, namun masih banyak keterbatasan dalam studi-studi tersebut. Manfaat pemberian kortikosteroid pada pneumonia komuniti yang tidak parah (non-severe) juga masih menjadi perdebatan.[1]

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bawah akibat invasi mikroorganisme patogen, yang bisa didapatkan dari lingkungan masyarakat (pneumonia komuniti atau community acquired pneumonia) maupun dari lingkungan rumah sakit (hospital acquired pneumonia). Pneumonia adalah salah satu masalah kesehatan utama karena tingginya mortalitas dan morbiditas yang disebabkannya, baik pada anak maupun dewasa.[2]

Kortikosteroid untuk Penanganan Pneumonia Komuniti-min

Beban Penyakit Pneumonia Komuniti

Insidensi pneumonia komuniti di seluruh dunia diestimasikan bervariasi antara 1,5 sampai 14 kasus per 1000 orang-tahun. Variasi insidensi ini dipengaruhi oleh karakteristik geografi, musim, dan populasi penduduk.

Berdasarkan data yang dipublikasikan WHO pada tahun 2019, pneumonia menjadi infeksi penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia dilaporkan menyebabkan kematian 740.180 balita di tahun 2019 atau 14% dari total kematian balita, di mana tingkat kematian tertinggi terjadi di negara berkembang.[3,4]

Analisis dari segi ekonomi menunjukkan tingginya beban pneumonia komuniti secara finansial.  Berdasarkan laporan WHO, biaya pengobatan antibiotik untuk semua anak dengan pneumonia di 66 negara diperkirakan sekitar US$ 109 juta per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk antibiotik dan pemeriksaan diagnostik untuk penanganan pneumonia.[4]

Rasionalisasi Penggunaan Kortikosteroid pada Infeksi Pernapasan

Penggunaan kortikosteroid untuk penyakit saluran napas didasarkan pada efek antiinflamasi kortikosteroid yang bekerja secara genomik maupun non genomik. Secara genomik, glukokortikoid berinteraksi dengan reseptor glukokortikoid intraselular hingga menyebabkan perubahan ekspresi dan transkripsi gen. Kortikosteroid sendiri menghambat aktivitas Nuclear Factor κB (NFκB) yang berperan memicu transkripsi sitokin dan kemokin.

Secara non genomik, glukokortikoid berkomunikasi melalui reseptor membran dan second messenger, yang mempercepat apoptosis eosinofil dan menghambat apoptosis neutrofil. Kortikosteroid inhalasi juga diketahui menurunkan jumlah sel mast di dinding jalan napas. Kortikosteroid juga memiliki pengaruh vasokonstriktif, sehingga mampu mengurangi edema jalan napas dan mengurangi sekresi mukus.[5-9]

Penggunaan Kortikosteroid untuk Penanganan Pneumonia Komuniti

Pemberian kortikosteroid untuk pneumonia komuniti sebenarnya didasari kemiripan gejala (batuk dan sesak) antara infeksi saluran napas bawah dan asthma eksaserbasi. Hal ini membuat banyak dokter meresepkan kortikosteroid secara rutin pada pasien dengan pneumonia komuniti.[1,2]

Bukti Ilmiah Efikasi Kortikosteroid pada Pneumonia Komuniti

Sebuah meta-analisis mengevaluasi hasil dari 6 uji klinis dengan total 1506 partisipan untuk mengevaluasi manfaat dan risiko kortikosteroid dalam penanganan pneumonia komuniti. Jenis kortikosteroid yang digunakan antara lain hydrocortisone, prednison, methylprednisolone, dan dexamethasone, diberikan selama 4-9 hari. Hasil menunjukkan bahwa mortalitas pasien yang mendapat kortikosteroid lebih rendah dibandingkan kelompok plasebo (5,9% vs 5%). Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk stabilitas kondisi klinis dan lama rawat inap dilaporkan 1 hari lebih singkat; serta dilaporkan durasi pemberian terapi antibiotik intravena lebih singkat pada kelompok kortikosteroid. Meski demikian, pasien di kelompok kortikosteroid dilaporkan memiliki insidensi hiperglikemia yang lebih tinggi.[10]

Tinjauan sistematik oleh kelompok peneliti Cochrane (2017) yang melibatkan 17 uji klinis dengan total 2264 partisipan juga melaporkan hasil serupa. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa penggunaan kortikosteroid menurunkan mortalitas secara bermakna pada kasus pneumonia komuniti yang parah, namun tidak pada pneumonia komuniti tidak parah (non-severe). Pada pneumonia komuniti parah, number needed to treat (NNT) dilaporkan sebesar 18, artinya 18 orang perlu diterapi untuk mencegah 1 kematian.

Tinjauan sistematik ini juga mengungkap bahwa penggunaan kortikosteroid juga berkaitan dengan penurunan signifikan dari kegagalan klinis (didefinisikan sebagai kematian dari penyebab apapun, perburukan radiologis, atau instabilitas klinis pada hari ke-5 sampai 8). Kortikosteroid dilaporkan mengurangi lama penyembuhan, lama rawat inap dan ICU, risiko gagal napas atau syok, dan tingkat komplikasi pneumonia. Hiperglikemia ditemukan meningkat pada pasien yang mendapat kortikosteroid.[1]

Tinjauan sistematik lain (2019) yang mengevaluasi hasil dari 9 uji klinis dengan total 914 partisipan juga melaporkan hasil serupa. Dalam tinjauan ini dilaporkan bahwa pemberian kortikosteroid pada pasien dengan pneumonia komuniti parah menghasilkan tingkat mortalitas lebih rendah, lama rawat ICU yang lebih pendek, serta kebutuhan ventilasi mekanik lebih sedikit.[11]

Pemberian Kortikosteroid Berdasarkan Pedoman Tata Laksana Pneumonia Komuniti

The American Thoracic Society and Infectious Diseases Society of America pada tahun 2019 mengeluarkan rekomendasi untuk pedoman tata laksana pneumonia komuniti pada pasien dewasa.

Berdasarkan rekomendasi ini, tidak dianjurkan untuk memberikan kortikosteroid secara rutin pada pasien dengan pneumonia komuniti tidak parah (non-severe). Tidak dianjurkan pula memberikan kortikosteroid secara rutin pada pasien dengan pneumonia komuniti parah. Rekomendasi ini lebih menganjurkan penggunaan kortikosteroid pada pasien dengan pneumonia komuniti yang juga mengalami syok sepsis refrakter dengan protokol sesuai Surviving Sepsis Campaign.

Alasan rekomendasi tersebut adalah adanya potensi risiko pemberian kortikosteroid, seperti hiperglikemia, perawatan inap ulangan, dan potensi adanya efek samping dalam 30-90 hari setelah pemberian kortikosteroid.[12]

Kesimpulan

Berbagai meta analisis dan tinjauan sistematik yang tersedia menunjukkan adanya manfaat pemberian kortikosetroid pada pasien pneumonia komuniti parah. Kortikosteroid telah dilaporkan mampu menurunkan mortalitas, lama rawat ICU, komplikasi, dan keperluan ventilasi mekanik. Meski demikian, tidak ditemukan manfaat kortikosteroid untuk pasien dengan pneumonia komuniti derajat ringan hingga sedang.

Pedoman klinis yang tersedia saat ini lebih menganjurkan penggunaan kortikosteroid pada pneumonia komuniti yang disertai syok sepsis refrakter. Hal ini didasari potensi risiko pemberian kortikosteroid, yang mencakup hiperglikemia, rawat inap ulangan, dan potensi efek samping dalam 30-90 hari. Uji klinis acak terkontrol skala besar masih diperlukan agar rekomendasi dengan kekuatan bukti lebih baik dapat diberikan.

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra

Referensi