Kondisi Pasca-COVID pada Pasien Usia Dewasa dan Lansia - Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Post-COVID Conditions Among Adult COVID-19 Survivors Aged 18–64 and ≥65 Years — United States, March 2020–November 2021

Bull-Otterson L, Baca S, Saydah S, et al. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2022 May 27.71(21):713-717. DOI: http://dx.doi.org/10.15585/mmwr.mm712e1

Abstrak

Latar Belakang: Seiring bertambahnya kasus infeksi COVID-19, muncul penyintas-penyintas yang mengalami gejala sisa ≥4 minggu setelah infeksi akut. Kondisi seperti ini kemudian disebut sebagai long COVID atau post-acute sequelae of SARS-CoV2 infection (PASC).

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Metode: Studi ini merupakan penelitian kohort retrospektif, yang memperoleh data dari rekam medis elektronik (Cerner real-world data) dari 110 kontributor data di 50 negara bagian, dalam kurun waktu Maret 2020 sampai November 2021 di Amerika Serikat. Peneliti mengumpulkan pasien  berusia  ≥18 tahun yang mengalami 26 kondisi pasca-COVID, di mana kelompok kasus terdiri dari pasien yang sebelumnya didiagnosis COVID-19, sedangkan kelompok kontrol adalah pasien yang sebelumnya tidak ditemukan infeksi COVID-19.

Analisa distratifikasi menjadi 2 kelompok usia, yaitu 18‒64 tahun dan ≥65 tahun. Peneliti melakukan follow-up kondisi pasien selama 30‒365 hari, setelah >1 kondisi pasca-COVID terjadi (hingga akhir Oktober 2021). Peneliti mengeksklusi pasien yang sudah pernah mengalami >1 gejala dari 26 kondisi yang dimaksud, dalam 1 tahun sebelum kunjungan terkait kondisi pasca-COVID.

Hasil: Secara umum, dari seluruh pasien yang berusia ≥18 tahun, ditemukan 38% subjek mengalami >1 dari 26 kondisi terkait pasca-COVID pada kelompok kasus, versus 16% pada kelompok kontrol. Kondisi terkait pasca-COVID yang ditemukan adalah gangguan kardiovaskular, pulmo, hematologi, renal, endokrin, gastrointestinal, muskuloskeletal, neurologi, dan psikiatri.

Secara khusus, pada kelompok usia 18‒64 tahun, terdapat 35,4% subjek yang mengalami gejala terkait pasca-COVID pada kelompok kasus versus 14,6% pada kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok usia ≥65 tahun, terdapat 45,4% subjek yang mengalami gejala terkait pasca-COVID pada kelompok kasus versus 18,5% pada kelompok kontrol.

Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan bahwa 1 dari 5 penyintas COVID-19 berusia 18‒64 tahun dan 1 dari 4 penyintas berusia ≥65 tahun mengalami gejala pasca-COVID.

Kondisi Pasca-COVID pada Pasien Usia Dewasa dan Lansia-min

Ulasan Alomedika

Seiring bertambahnya orang yang terinfeksi COVID-19, terdapat beberapa pasien yang dilaporkan mengalami gejala dan disfungsi organ setelah sembuh dari gejala akut. Kondisi ini dinyatakan sebagai bagian dari gejala pasca-COVID.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyintas COVID-19 2 kali lebih berisiko mengalami emboli pulmo dan penyakit saluran napas lain daripada orang yang tidak pernah terinfeksi COVID-19.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan penelitian kohort retrospektif, dengan mempelajari rekam medis elektronik dari 50 negara bagian Amerika Serikat dari bulan Maret 2020 ‒ November 2021.

Peneliti mengumpulkan pasien berusia  ≥18 tahun yang mengalami 26 kondisi terkait pasca-COVID dari pasien yang sebelumnya terdiagnosis COVID-19, baik yang dirawat maupun tidak dirawat di rumah sakit, di antaranya gangguan kardiovaskular, pulmo, hematologi, renal, endokrin, gastrointestinal, muskuloskeletal, neurologi, dan psikiatri. Pasien tersebut dimasukan ke dalam kelompok kasus, yang akan dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi COVID-19.

Peneliti tidak melakukan pembagian derajat keparahan infeksi COVID-19 yang dialami subjek dalam kelompok kasus. Semua subjek yang masuk kriteria inklusi dimasukkan dalam analisa penelitian, dengan berbagai derajat keparahan. Peneliti hanya membagi subjek menjadi dua kelompok usia, yaitu usia 18‒64 tahun dan ≥65 tahun.

Peneliti melakukan follow-up kondisi pasien selama 30‒365 hari setelah >1 kondisi pasca-COVID terjadi. Peneliti mengeksklusi pasien yang memiliki riwayat >1 gejala dari 26 kondisi yang dimaksud, dalam 1 tahun sebelum kunjungan terkait kondisi pasca-COVID.

Ulasan Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, subjek penyintas COVID-19 tidak dikategorikan berdasarkan derajat keparahan. Subjek hanya dibagi menjadi kelompok pernah dan tidak pernah terkena COVID-19, serta dibagi berdasarkan usia 18‒64 tahun dan >65 tahun.

Kondisi pasca-COVID yang ditemukan pada kelompok usia 18‒64 tahun di antaranya:

  • Peningkatan risiko kondisi terjadi di 22 kondisi dari 26 kondisi yang diteliti
  • Peningkatan terendah adalah kecemasan, yaitu 1,1 kali lebih tinggi daripada kontrol
  • Peningkatan tertinggi adalah emboli pulmo akut, sebesar 2,1 kali lebih tinggi daripada kontrol
  • Gangguan pernapasan dan muskuloskeletal merupakan kondisi pasca-COVID yang paling sering muncul
  • Gangguan serebrovaskular, kesehatan mental, dan gangguan penggunaan obat-obatan tidak berbeda secara signifikan
  • Disritmia jantung dan nyeri muskuloskeletal justru lebih tinggi secara signifikan pada kelompok usia ini

Sedangkan pembahasan kondisi pasca-COVID kelompok usia ≥65 tahun di antaranya:

  • Peningkatan risiko ditemukan pada semua kondisi yang diteliti, yaitu 26 kondisi
  • Peningkatan terkecil adalah gangguan terkait penggunaan obat-obatan, yaitu 1,2 kali lebih tinggi daripada kontrol
  • Peningkatan terbesar adalah emboli pulmo akut, sebanyak 2,2 kali lebih tinggi daripada kontrol
  • Gejala gangguan pernapasan dan muskuloskeletal juga menjadi kondisi yang paling sering muncul setelah infeksi COVID-19
  • Kondisi gagal ginjal, kejadian tromboemboli, penyakit serebrovaskular, diabetes mellitus tipe 2, kondisi neurologi, dan gangguan mental ditemukan lebih tinggi secara signifikan pada kelompok usia ini, bila dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda
  • Kondisi neurologis (gangguan mood, gangguan cemas, masalah penggunaan obat-obatan) lebih rentan, sebanyak 4 dari 5 subjek. Gangguan neurokognitif dilaporkan dapat menetap hingga 1 tahun setelah infeksi COVID-19

Berbagai kondisi pasca-COVID di atas dapat diimplementasikan dalam strategi medical check up pada pasien pasca infeksi COVID-19, khususnya pasien usia ≥65 tahun.

Hasil penelitian ini sepertinya konsisten dengan studi besar lainnya yang mengindikasikan kejadian long-COVID terjadi pada 20‒30% pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19. Oleh karena itu, subjek dilaporkan mengalami gejala berat, dirawat dalam ICU, menggunakan ventilator, atau mendapat vasopresor.[2,3]

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini melibatkan angka subjek yang cukup besar, sehingga secara statistik cukup kuat, terutama dalam menilai risiko morbiditas. Penelitian ini juga memperoleh data melalui rekam medis elektronik dari seluruh rumah sakit di negara bagian Amerika Serikat, sehingga dapat dikatakan mewakili populasi dewasa Amerika Serikat di saat pandemi COVID-19 Maret  2020 ‒ November 2021.

Limitasi Penelitian

Studi ini memiliki beberapa limitasi, yaitu:

  • Walaupun data yang diperoleh berasal dari seluruh rumah sakit di negara bagian Amerika Serikat, tetapi hanya rumah sakit yang menggunakan cerner electronic health record. Oleh karena itu, data yang diperoleh sebenarnya tidak terlalu menggambarkan keseluruhan populasi dewasa Amerika Serikat yang terinfeksi varian COVID-19
  • Walaupun subjek yang memiliki riwayat gejala 1 tahun sebelum terinfeksi, tetapi insidensi kondisi pasca-COVID dapat menjadi bias jika subjek tidak mencari pertolongan medis sehingga tidak tercatat dalam rekam medis
  • Tingkat keparahan gejala saat terinfeksi COVID-19 tidak dianalisis. Subjek hanya mencakup pasien yang berobat ke rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan. Risiko bias dapat timbul karena pasien COVID-19 yang isolasi mandiri di rumah atau hanya berobat ke klinik tidak dianalisis
  • Oleh karena ketidaklengkapan data confounding factor, seperti varian SARS-CoV-2, jenis kelamin, ras, etnik, dan regio domisili, maka kelompok kasus dan kontrol tidak berasal dari entitas dan latar belakang kesehatan yang serupa. Perbedaan ini berisiko mempengaruhi risiko terkait kelangsungan hidup dan kondisi pasca-COVID
  • Data diagnosis pada EHR menggunakan kode ICD-10, sehingga ada kemungkinan kesalahan klasifikasi penyakit.
  • Status vaksinasi COVID-19 tidak dipertimbangkan dalam analisis data penelitian ini. Dalam beberapa studi, vaksinasi COVID-19 menjadi faktor protektif terhadap gejala pasca-COVID, sehingga dapat mengurangi beban long-COVID pada populasi[4,5]
  • Riwaya komorbid dieksklusi, sedangkan suatu penelitian menemukan bahwa hospitalisasi, diabetes mellitus, dan obesitas merupakan faktor risiko gejala pasca-COVID[6]

Selain limitasi di atas, penelitian ini juga memiliki risiko bias, di antaranya dokter yang cenderung mempertajam anamnesis kemungkinan kondisi pasca-COVID pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 1 dari 5 penyintas COVID-19 berusia 18‒64 tahun dan 1 dari 4 penyintas berusia ≥65 tahun mengalami gejala pasca-COVID. Kondisi pasca-COVID tersering adalah gangguan saluran pernapasan dan muskuloskeletal. Hasil ini berdasarkan penelitian kohort retrospektif dari rekam medis elektronik, di mana tingkat keparahan gejala COVID-19 tidak dianalisis.

Selain itu, penelitian ini memiliki banyak limitasi sehingga meningkatkan risiko bias, termasuk dokter pemeriksa yang cenderung mempertajam anamnesis kemungkinan kondisi pasca-COVID pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat mewakili kondisi pasca-COVID di masyarakat umumnya. Hasil penelitian yang menyatakan 1 dari 5 pada orang dewasa dan 1 dari 4 pada >65 adalah perkiraan yang terlalu tinggi, dan tidak boleh digeneralisasikan untuk populasi secara luas.

Karena metodologi epidemiologi yang buruk dari penelitian ini, maka diperlukan studi lebih lanjut yang melakukan analisis terpisah dan lebih lengkap. Studi tidak hanya menganalisis berdasarkan usia, tetapi juga berdasarkan derajat keparahan infeksi COVID-19, status perawatan di rumah sakit, dan riwayat komorbid, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid. Saat ini, dokter harus lebih hati-hati dalam mendiagnosis kondisi pasca-COVID, agar pasien tetap mendapatkan penatalaksanaan yang tepat.

Namun, penelitian ini dapat bermanfaat untuk tenaga medis agar lebih waspada dalam pencegahan penularan infeksi di fasilitas kesehatan, khususnya pada lansia >65 tahun. Lansia merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami infeksi nosokomial, gejala berat, serta gejala pasca-COVID.

Referensi