Keamanan Vaksin COVID-19 Pfizer: Skala yang Lebih Luas - Telaah Jurnal

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Safety of the BNT162b2 mRNA COVID-19 Vaccine in a Nationwide Setting

Noam Barda et al. N Engl J Med 2021;385:1078-90. DOI: 10.1056/NEJMoa2110475

Abstrak

Latar Belakang: Sejumlah percobaan preapproval telah menunjukkan bahwa vaksin berbasis messenger RNA (m-RNA) terhadap severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) mempunyai profil keamanan yang baik. Namun, ditemukan adanya limitasi dalam hal size and patient-mix pada percobaan-percobaan tersebut.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Oleh karenanya, masih dibutuhkan evaluasi keamanan vaksin mRNA BNT162b2, khususnya kejadian merugikan potensial dalam skala yang lebih luas.

Metode: Peneliti menggunakan data dari organisasi kesehatan masyarakat terbesar di Israel untuk mengevaluasi keamanan vaksin mRNA Pfizer (BNT162b2). Peneliti menganalisis setiap kejadian merugikan dalam populasi individu yang belum terdiagnosis dengan kejadian merugikan.

Data individu yang sudah divaksin dipasangkan dengan individu yang belum divaksin (individually matched) menurut variabel sosiodemografi dan klinis. Rasio risiko (risk ratio / RR) dan perbedaan risiko (risk difference) pada 42 hari setelah vaksinasi dikalkulasi dengan Kaplan-Meier estimator.

Untuk menempatkan hasil analisis ke dalam konteks, peneliti melakukan analisis serupa yang melibatkan populasi individu terinfeksi COVID-19 yang dipasangkan dengan individu yang tidak terinfeksi. Analisis serupa juga diterapkan pada populasi individu yang sudah divaksin terhadap individu yang sudah terinfeksi SARS-CoV-2.

Hasil Penelitian: Dengan mean 884.828 individu, analisis risiko kejadian merugikan pada populasi yang sudah divaksin (grup vaksinasi vs grup kontrol belum divaksin) menemukan bahwa vaksinasi berhubungan erat dengan peningkatan risiko miokarditis (RR 3,24), limfadenopati (RR 2,43), appendicitis (RR 1,40), dan herpes zoster (RR 1,43).

Sedangkan pada populasi individu yang sudah terinfeksi SARS-CoV-2, ditemukan peningkatan signifikan risiko miokarditis (RR 18,28) dan beberapa kondisi serius lainnya, seperti perikarditis, aritmia, trombosis vena dalam, emboli paru, infark miokard, perdarahan intrakranial, dan trombositopenia.

Kesimpulan: Pada studi dengan cakupan data negara, vaksin Pfizer tidak berhubungan dengan peningkatan risiko pada hampir semua kejadian merugikan yang ditemukan, kecuali untuk risiko miokarditis (1−5 kasus/ 100,000 populasi).

Di lain pihak, risiko miokarditis maupun kejadian merugikan serius lainnya ditemukan meningkat signifikan pada populasi yang sudah terinfeksi SARS-CoV-2. (Didanai oleh the Ivan and Francesca Berkowitz Family Living Laboratory Collaboration at Harvard Medical School and Clalit Research Institute).

Keamanan Vaksin COVID-19 Pfizer Skala yang Lebih Luas-min

Ulasan Alomedika

Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 masih belum usai. Berbagai jenis vaksin telah mendapat ijin penggunaan darurat di seluruh dunia untuk mencapai herd immunity, tetapi telah dilaporkan juga efek samping terkait vaksin tersebut. Percobaan fase 3 vaksin mRNA BNT162b2 (Pfizer-BioNTEch) menunjukkan adanya imbalans antara grup vaksinasi dengan plasebo dalam jumlah kasus apendisitis, reaksi hipersensitivitas, infark miokard akut, miokarditis, dan kejadian serebrovaskular.

Namun, percobaan tersebut hanya melibatkan sejumlah kecil partisipan. Oleh sebab itu, masih diperlukan studi lanjutan dalam lingkup populasi yang lebih luas untuk mengidentifikasi kejadian merugikan terkait vaksin COVID-19.

Ulasan Metode Penelitian

Pada 24 Mei 2021, hampir 5 juta orang di Israel (> 55% populasi negara tersebut) telah mendapatkan dua dosis lengkap vaksin mRNA BNT162b2. Barda et al menggunakan repositori data kesehatan terintegrasi dari organisasi kesehatan terbesar di negara Israel untuk mengevaluasi profil keamanan vaksin BNT162b2 dalam skala negara.

Untuk setiap kejadian merugikan potensial, peneliti secara individual mencocokkan data orang yang divaksinasi dengan orang yang belum divaksinasi, menurut variabel sosiodemografi maupun variabel klinis. Kriteria inklusi mencakup usia >16 tahun, anggota terusan di organisasi kesehatan selama 1 tahun penuh, serta tidak ada kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dalam 7 hari sebelum perekrutan.

Kriteria eksklusi mencakup individu dengan faktor pengganggu yang sulit didefinisikan, di antaranya residen di fasilitas kesehatan, individu yang terisolir di rumahnya karena alasan medis, tenaga kerja kesehatan, dan individu dengan data yang tidak lengkap (indeks massa tubuh, wilayah rumah).

Peneliti menggunakan Kaplan-Meier estimator untuk mengkonstruksi kurva insiden kumulatif dan menghitung estimasi risiko dari setiap kejadian merugikan yang terjadi setelah 42 hari, pada setiap grup yang dibandingkan. Risiko dibandingkan dengan rasio dan perbedaan (per 100.000 orang). Konfidens interval dihitung dengan menggunakan nonparametric percentile bootstrap method dengan repetisi sebanyak 500 kali. Tidak dilakukan penyesuaian pada berbagai komparasi yang dilakukan.

Ulasan Hasil Penelitian

Untuk menerjemahkan hasil analisis sedekat mungkin ke kondisi nyata, peneliti melakukan 2 analisis perbandingan, yaitu:

  • Analisis vaksinasi: perbandingan risiko antara grup vaksinasi vs grup tanpa vaksin (kontrol)
  • Analisis terinfeksi: perbandingan risiko antara grup orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 dengan orang yang tidak terinfeksi (kontrol)

Pada analisis vaksinasi, peneliti menemukan hubungan substansial antara vaksinasi dengan peningkatan risiko miokarditis, limfadenopati, apendisitis, dan herpes zoster. Sedangkan pada analisis terinfeksi, ditemukan bahwa terinfeksi COVID-19 berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko serius miokarditis, cedera ginjal akut, emboli paru, perdarahan intrakranial, perikarditis, infark miokard, trombosis vena dalam, dan aritmia.

Selain itu, peneliti juga melakukan analisis subgrup, yang distratifikasi menurut umur dan jenis kelamin. Pada analisis ini, vaksinasi berkaitan dengan peningkatan risiko miokarditis terutama pada remaja dan dewasa muda (16−39 tahun: 8,62 kasus/100.000 orang yang sudah vaksinasi). Sedangkan pada orang yang infeksi virus SARS-CoV-2, risiko miokarditis mengalami peningkatan baik pada remaja, dewasa muda, pria, maupun wanita ( 11,54 kasus/100.000 orang yang terkonfirmasi PCR COVID-19).

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah penggunaan data masif dari database kesehatan setingkat negara. Selain itu, studi ini mengevaluasi lebih jauh semua kejadian merugikan potensial yang dapat berhubungan dengan vaksin, sehingga dapat menyediakan insight pertimbangan risk benefit pemberian vaksin berbasis mRNA pada kondisi real-world.

Limitasi Penelitian

Terdapat beberapa limitasi dalam penelitian ini. Pertama, partisipan tidak dikelompokkan secara acak menurut paparan, sehingga ada potensi bias seleksi. Terlebih lagi, penyebut/denominator untuk penderita COVID-19 berdasarkan hasil PCR positif, sehingga pasien dengan gejala ringan atau asimtomatik yang tidak menjalani tes PCR tidak masuk. Oleh karena itu, perkiraan prevalensi penyakit cenderung overestimasi pada grup penyakit COVID-19.

Kedua, proses pencocokkan data (matching) yang dibutuhkan untuk memperoleh  exchangeability  di antara grup studi berujung pada populasi studi dengan komposisi yang berbeda dengan eligible population, sehingga akan mempengaruhi estimasi efek kausal yang diukur. Selain itu, ada populasi tertentu yang dieksklusi, sehingga akan mempengaruhi aspek generalisabilitas temuan penelitian.

Ketiga, sejumlah diagnosis ditegakkan di luar jaringan rumah sakit, sehingga bisa ada kasus yang mungkin tidak terdeteksi dan tidak dilaporkan. Keempat, kemungkinan bias yang berasal dari peningkatan kewaspadaan orang yang cenderung segera melaporkan insidens efek samping, baik setelah mendapat vaksin atau setelah terinfeksi virus, sehingga berkontribusi pada peningkatan insidens.

Kelima, semua ukuran efek yang dipresentasikan hanya berdasarkan laporan insidens baru dari efek samping spesifik saat masa studi (42 hari), sehingga bisa ada perbedaan hasil untuk orang-orang dengan riwayat medis tertentu di luar periode tersebut.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian Barda et al yang menggunakan jaringan data kesehatan negara menemukan adanya peningkatan risiko kejadian serius terkait vaksin mRNA BNT162b2 terhadap miokarditis, terutama pada kelompok umur remaja dan dewasa muda (16−39 tahun). Namun, patut dicatat bahwa peningkatan risiko tersebut tidak sebanding dengan risiko yang sama akibat terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Hasil temuan ini dapat dimanfaatkan di negara kita dalam memberikan edukasi atau dalam menyusun kebijakan, baik untuk pencegahan maupun upaya perawatan kejadian merugikan serius akibat vaksinasi mRNA BNT162b2.

Referensi