Injeksi steroid intratimpani semakin banyak digunakan dalam penanganan penyakit Meniere karena diduga memiliki efek samping sistemik yang lebih sedikit dibandingkan kortikosteroid sistemik. Penyakit Meniere merupakan kelainan telinga dalam yang ditandai dengan vertigo episodik, gangguan pendengaran sensorineural, dan tinitus. Mekanisme timbulnya penyakit Meniere hingga saat ini masih belum dipahami sepenuhnya, namun diduga terkait hidrops endolimfatik yang telah dihubungkan dengan mekanisme autoimun. Hal inilah yang menjadi rasionalisasi penggunaan steroid pada kasus penyakit Meniere yang gagal dengan terapi lini pertama.[1-3]
Kegunaan Steroid dalam Penyakit Meniere
Sejak McCabe melaporkan adanya gangguan pendengaran sensorineural akibat mekanisme autoimun pada tahun 1979, peran proses imunologi pada berbagai kelainan telinga dalam mulai diteliti. Banyak penelitian kemudian melaporkan bahwa timbulnya penyakit Meniere melibatkan sistem imun. Pada penderita penyakit Meniere ditemukan autoantibodi protein Raf-1 dalam labirin membranosa, peningkatan kompleks imun IgG pada sakus endolimfatikus, respon autoimun terhadap kolagen tipe II, dan inflamasi fokal dengan invasi intraepitelial yang disebabkan oleh sel mononuklear. Fenomena ini selanjutnya dikenal sebagai endolymphatic sacitis.
Steroid memiliki efek antiinflamasi, modulasi sistem imun, dan kemampuan mengatur keseimbangan cairan telinga bagian dalam. Aliran darah koklea juga dipengaruhi oleh aplikasi steroid topikal. Oleh berbagai dasar tersebut, penggunaan steroid dinilai dapat bermanfaat bagi penderita penyakit Meniere.[4-6]
Injeksi Steroid Intratimpani pada Penyakit Meniere
Steroid, khususnya dexamethasone, memiliki sifat mudah larut dalam lemak dan memiliki berat molekul yang rendah sehingga mudah terbawa masuk ke telinga dalam dan selanjutnya berikatan dengan reseptor glukokortikoid. Namun, mekanisme aksi injeksi steroid intratimpani belum sepenuhnya dipahami.
Diperkirakan steroid berpengaruh dalam homeostasis ion dan regulasi cairan intra–ekstraseluler dengan jalan stabilisasi endotel pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah koklea melalui efek antiinflamasi. Studi pada hewan menunjukkan bahwa steroid menginduksi upregulation sitokin inflamasi dan gen homeostasis ion pada telinga dalam. Steroid juga ditemukan berhubungan dengan aquaporin yang berperan dalam reabsorpsi cairan pada telinga dalam. Hal tersebut menyebabkan menurunnya gejala yang diakibatkan hidrops endolimfatik.[4,5,7]
Di antara sediaan steroid yang ada di pasaran, methylprednisolone dinilai memiliki kemampuan lebih baik daripada dexamethasone dalam mengontrol penyakit Meniere karena dapat menembus tingkap bulat koklea lebih baik. Studi pada hewan mendapatkan kadar methylprednisolone lebih tinggi daripada dexamethasone pada endolimfe. Sementara pada manusia, kadar methylprednisolone ditemukan lebih tinggi daripada dexamethasone di perilimfe dengan kemampuan ikatan terhadap reseptor mineralokortikoid yang lebih kuat. Namun, belum tersedia cukup literatur yang membandingkan kedua jenis steroid tersebut.[4,7]
Pertimbangan Pemberian Injeksi Steroid Intratimpani pada Penyakit Meniere
Pemberian obat secara topikal intratimpani memiliki keuntungan berupa konsentrasi yang tinggi pada organ target (telinga dalam) dengan kadar obat yang lebih rendah pada sistemik. Dengan ini diharapkan efek samping sistemik seperti imunosupresi, Cushing syndrome, osteoporosis, dan diabetes, dapat dihindari. Injeksi steroid intratimpani ini memang dapat menyebabkan komplikasi, namun umumnya ringan dan dapat ditoleransi dengan baik. Potensi komplikasi injeksi intratimpani adalah gangguan keseimbangan (dapat berupa vertigo atau keluhan lain), tinitus, rasa terbakar, perforasi membran timpani (3-38%), infeksi seperti otitis media (7%), dan nyeri atau rasa tidak nyaman di area tindakan.[3,4-6,8]
Bukti Ilmiah Efikasi Injeksi Steroid Intratimpani pada Penanganan Penyakit Meniere
Telah banyak peneliti melakukan evaluasi efikasi injeksi steroid intratimpani untuk menangani penyakit Meniere. Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2016 mencoba mengevaluasi luaran fungsi pendengaran, tinnitus, dan vertigo pada pasien dengan penyakit Meniere yang mendapat methylprednisolone intratimpani. Hasil studi yang melibatkan 151 partisipan ini menunjukkan 98,6% perbaikan kontrol vertigo, 73,82% perbaikan fungsi pendengaran, dan 29,31% perbaikan tinnitus. Komplikasi yang ditemukan pada penelitian ini adalah berupa perburukan pendengaran pada 3 pasien, selain itu tidak ditemukan komplikasi berat lainnya. Sebagian hanya merasakan nyeri atau vertigo yang membaik dengan penanganan sederhana.[9]
Molnar et al melakukan penelitian eksperimental dengan menggunakan injeksi dexamethasone intratimpani yang melibatkan 105 penderita penyakit Meniere. Dalam studi ini, ditemukan bahwa 68,6% penderita tidak mengalami perburukan lebih lanjut pada fungsi pendengaran, dan 12,4% mengalami perbaikan fungsi pendengaran setelah perlakuan. Analisis statistik menunjukkan korelasi bermakna antara injeksi dexamethasone intratimpani dengan perbaikan fungsi pendengaran (odds ratio 2,75).[5]
Aspek Keamanan Injeksi Steroid Intratimpani
Keamanan injeksi steroid intratimpani terhadap organ telinga diperkuat melalui penelitian eksperimental menggunakan hewan coba (tikus Belanda) yang dilakukan Topcuoglu et al. Dalam studi ini didapatkan bahwa injeksi dexamethasone 2 mg/ml dan 4 mg/ml tidak menyebabkan kelainan yang bermakna pada telinga dalam berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi telinga dengan auditory brainstem response (ABR) dan otoacoustic emission (OAE), serta tidak terdapat perubahan pada organ Corti dan bagian lain dari telinga dalam pada pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron.[10]
Cara Pemberian Injeksi Steroid Intratimpani
Terkait cara pemberian, sebuah studi serial kasus prospektif yang melibatkan 106 penderita penyakit Meniere membandingkan 2 prosedur aplikasi steroid ke intratimpani. Kelompok pertama mendapat dosis tunggal dexamethasone 10 mg/ml dan diulang hanya bila keluhan belum terkontrol. Kelompok kedua mendapat dosis inisial dexamethasone 10 mg/ml sebanyak 4 kali injeksi dalam rentang 4 minggu dan diulang dengan dosis tunggal bila keluhan vertigo belum terkontrol. Rerata jumlah injeksi yang dibutuhkan pada kelompok pertama adalah 3; sementara pada kelompok kedua adalah 8. Dalam pemantauan, kelompok kedua memiliki angka kesintasan yang lebih tinggi yaitu 5% dibanding kelompok pertama meski tidak berbeda signifikan secara statistik. Penelitian ini juga tidak menemukan komplikasi berat seperti gangguan pendengaran, perforasi membran timpani, ataupun komplikasi lainnya.[1]
Injeksi Steroid Intratimpani VS Modalitas Lain
Sebuah studi mencoba membandingkan efek penggunaan injeksi steroid intratimpani kombinasi betahistine dengan betahistine saja terhadap serangan vertigo pada pasien dengan penyakit Meniere. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 35 pasien dengan penyakit Meniere. Didapatkan bahwa luaran jangka panjang pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna (odds ratio 1,051. Penambahan injeksi steroid intratimpani pada penggunaan betahistine tidak mengurangi frekuensi serangan vertigo.[2]
Sebuah meta analisis yang melibatkan 5 penelitian (3 menggunakan methylprednisolone dan 2 penelitian menggunakan dexamethasone) dengan total 332 penderita penyakit Meniere unilateral mencoba membandingkan injeksi steroid dengan injeksi gentamicin intratimpani. Hasil analisis menunjukkan bahwa injeksi steroid intratimpani memiliki efek kontrol vertigo yang sebanding dengan gentamicin, serta memberi luaran fungsi pendengaran yang lebih baik dibandingkan gentamicin.[7]
Prosedur Injeksi Steroid Intratimpani
Hingga saat ini memang belum terdapat konsensus yang mengatur prosedur injeksi steroid intratimpani, khususnya dalam penanganan penyakit Meniere. Pemberian steroid intratimpani sendiri dapat melalui 3 jalur, yaitu injeksi langsung, pipa ventilasi, ataupun dengan penggunaan kateter perfusi. Injeksi langsung dianjurkan bila tindakan tidak berulang. Namun bila terdapat kemungkinan tindakan akan dilakukan lebih dari 1 kali, maka pemasangan pipa ventilasi atau kateter lebih dianjurkan untuk menghemat waktu tindakan dan demi kenyamanan pasien.[2,5,6]
Prosedur injeksi intratimpani secara langsung:
- Prosedur menggunakan mikroskop atau endoskopi, pasien posisi supinasi dengan kepala dimiringkan 45 derajat ke arah telinga sehat
- Anestesi dapat menggunakan semprot lidocaine 10%
- Dengan jarum spinal ukuran 22 atau 25 untuk infiltrasi obat, dilakukan miringotomi atau injeksi pada kuadran anterosuperior dari membran timpani
- Steroid yang digunakan dianjurkan dihangatkan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi akibat suhu pada telinga dalam saat aplikasi. Proses ini dapat dicapai dengan meminta pasien menggenggam obat dalam ampul yang akan digunakan selama 5 menit
- Setelah injeksi dilakukan, posisi pasien dipertahankan selama 30-40 menit dan minta pasien untuk tidak berbicara atau menelan untuk menjaga obat tetap di telinga tengah
Jenis steroid yang dapat dipakai untuk injeksi intratimpani pada kasus penyakit Meniere adalah methylprednisolone dan dexamethasone. Methylprednisolone dilaporkan dapat mencapai telinga dalam paling cepat, yaitu dalam 2 jam dengan konsentrasi maksimum tercapai dalam 6 jam.
Belum ada konsensus terkait dosis steroid yang digunakan. Dexamethasone pernah dilaporkan diberikan dengan dosis 4 mg/ml sebanyak 3 kali dengan rentang 3 hari tiap pemberian. Untuk methylprednisolone, dapat digunakan dosis 62,5 mg/ml sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu tiap aplikasinya.[2,6]
Kesimpulan
Penyakit Meniere merupakan kelainan telinga dalam yang memiliki karakteristik berupa vertigo episodik, gangguan pendengaran sensorineural, dan tinitus. Hingga saat ini belum terdapat konsensus tata laksana penyakit Meniere. Namun, telah tersedia beberapa pilihan modalitas untuk mengontrol keluhan yang ditimbulkan penyakit Meniere, salah satunya adalah injeksi steroid intratimpani.
Meski masih menjadi perdebatan, terdapat bukti ilmiah terbatas yang menunjukkan bahwa injeksi steroid intratimpani bermanfaat dalam mengendalikan penyakit Meniere. Injeksi steroid intratimpani sebagai antiinflamasi dapat dipertimbangkan bila tata laksana lini pertama gagal mengatasi keluhan.
Steroid yang dapat digunakan adalah dexamethasone atau methylprednisolone. Sediaan steroid dapat diinjeksikan secara langsung, maupun menggunakan pipa ventilasi atau kateter (jika direncanakan injeksi berulang). Hingga kini belum ada konsensus terkait dosis, interval, dan frekuensi pemberian steroid intratimpani untuk penyakit Meniere.