Target Tekanan Darah pada Pasien Dewasa dengan Hipertensi

Oleh :
Audric Albertus

Selama ini target tekanan darah pada pasien dewasa yang menjalani terapi hipertensi dianggap semakin baik bila nilainya semakin rendah. Namun, studi-studi terbaru dalam beberapa tahun terakhir mulai mempertanyakan apakah pengobatan hipertensi yang dilakukan secara agresif memiliki manfaat yang melebihi risikonya.

Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Studi menunjukkan adanya hubungan yang berbanding lurus antara hipertensi dengan komplikasi kardiovaskular. Oleh karena itu, banyak klinisi menerapkan target tekanan darah yang “semakin rendah semakin baik”, terutama pada pasien berisiko tinggi seperti pasien diabetes mellituspenyakit ginjal kronis, atau penyakit jantung iskemik.[1-3]

shutterstock_588993110-min

Prinsip ini lalu diteliti oleh beberapa studi, yang ternyata tidak menemukan perbedaan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang bermakna antara pasien dengan target tekanan darah rendah (<130/85 mmHg) dan target standar (<140/90 mmHg).

Penurunan tekanan darah yang intensif dinilai memiliki beberapa konsekuensi, seperti peningkatan efek samping obat antihipertensi (terjadi pusing yang meningkatkan risiko pasien terjatuh, sakit kepala, serta fatigue) dan peningkatan biaya medis yang dapat berujung pada penghentian terapi oleh pasien. Namun, hal ini masih diperdebatkan oleh beberapa studi yang lain.[1-3]

Bukti yang Mendukung Target Tekanan Darah yang Lebih Rendah

Suatu tinjauan sistematik dan meta analisis oleh Ettehad et al meneliti luaran morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada 123 studi dengan total 613.815 pasien hipertensi.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa untuk setiap penurunan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg, terjadi penurunan risiko kejadian kardiovaskular mayor, seperti penyakit jantung koroner (RR 0,83; 95% CI 0,78–0,88), stroke (RR 0,73; 95% CI 0,68–0,77), dan gagal jantung (RR 0,72; 95% CI 0,67–0,78).

Penurunan tekanan darah sistolik juga dilaporkan menurunkan 13% mortalitas (RR 0,95; 95% CI 0,84–0,91). Oleh karena itu, pelaku studi ini menyimpulkan bahwa target tekanan sistolik yang disarankan adalah <130 mmHg.[4]

Studi lain juga pernah dilakukan oleh grup Systolic Blood Pressure Intervention Trial (SPRINT). Studi ini membagi 9.361 partisipan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pengobatan intensif dengan target sistolik <120 mmHg dan kelompok pengobatan standar dengan target sistolik <140 mmHg.

Studi ini menemukan bahwa persentase komplikasi kardiovaskular mayor lebih rendah pada kelompok pengobatan intensif daripada kelompok pengobatan standar (1,65% per tahun vs 2,19% per tahun; HR 0,75; 95% IC 0,64–0,89; P<0,001). Mortalitas juga secara signifikan lebih rendah pada kelompok pengobatan intensif (HR 0,74; 95% IC 0,60–0,90; P=0,003). Oleh karena itu, studi ini menyarankan tekanan sistolik <120 mmHg pada pasien dengan risiko tinggi komplikasi kardiovaskular.[5]

Tinjauan sistematik dan meta analisis oleh Xinfang Xie et al juga menemukan bahwa penurunan tekanan darah intensif memiliki proteksi vaskular yang lebih baik daripada regimen standar. Penurunan tekanan darah intensif juga lebih disarankan pada pasien dengan risiko tinggi.[6]

Bukti yang Mendukung Target Tekanan Darah Standar

Meta analisis oleh Cochrane yang terbaru (2020) mempelajari 11 uji klinis acak dengan total 38.688 pasien hipertensi. Meta analisis ini membandingkan luaran morbiditas dan mortalitas kardiovaskular antara grup target tekanan darah yang lebih rendah (≤135/85 mmHg) dan grup target tekanan darah standar (≤140/90 mmHg). Populasi yang diteliti adalah populasi berusia rerata 63,1 tahun dengan risiko moderat hingga tinggi.

Studi ini menunjukkan bahwa target tekanan darah yang lebih rendah ternyata tidak secara signifikan mengurangi total mortalitas (RR 0,95; 95% IC 0,86–1,05; P=0,32) maupun kejadian serius seperti kondisi yang mengancam nyawa dan perpanjangan hospitalisasi yang menyebabkan disabilitas (RR 1,04; 95% IC 0,99–1,08; P=0,10).

Studi ini menemukan adanya bukti lemah bahwa target tekanan darah yang lebih rendah menurunkan risiko infark miokard dan gagal jantung kongestif. Namun, pasien dengan target tekanan darah lebih rendah juga lebih banyak mengalami efek samping obat, seperti hipotensi, sinkop, aritmia, hiperkalemia, angioedema, dan gagal jantung (RR 1,44; 95% IC 1,32–1,59; P<0,00001).

Pelaku studi menyimpulkan bahwa pada populasi usia tua dengan risiko moderat hingga tinggi, manfaat dari target tekanan darah yang lebih rendah tidak melebihi risikonya bila dibandingkan dengan target standar. Studi oleh Park et al juga berpendapat sama, yakni penurunan tekanan darah hingga <120/70 mmHg dapat berisiko pada pasien. Park et al menyarankan klinisi untuk waspada terhadap gejala hipoperfusi organ bila menggunakan target tekanan darah <130/80 mmHg.[1,7]

Rekomendasi Target Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

Menurut The Eighth Joint National Committee (JNC 8), target tekanan darah dapat dibagi berdasarkan usia pasien. Pada pasien dengan usia <60 tahun dan pada pasien segala usia dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronis, target tekanan darah yang disarankan adalah <140/90 mmHg. Namun, pada pasien usia lanjut ≥60 tahun, target tekanan darah disarankan lebih tinggi, yaitu <150/90 mmHg.

Panduan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) menyarankan target tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi usia <80 tahun dan <150/90 mmHg pada populasi usia ≥80 tahun.

Sementara itu, panduan dari European Society of Cardiology (ESC) dan European Society of Hypertension (ESH) menyarankan target tekanan darah pada seluruh pasien sejumlah <140/90 mmHg. Namun, pasien berusia <65 tahun lebih disarankan untuk memiliki tekanan sistolik antara 120–129 mmHg. Pasien berusia ≥65 tahun disarankan untuk memiliki tekanan sistolik antara 130–139 mmHg.[8-10]

Panduan American College of Cardiology dan American Heart Association (ACC/AHA) memiliki target tekanan darah yang lebih rendah daripada panduan lain, yaitu <130/80 mmHg. Panduan American Association Clinical Endocrinologist dan American College of Endocrinology (AACE/ACE) juga menyarankan target tekanan darah <130/80 mmHg bagi pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi.[11,12]

Kesimpulan

Prinsip target tekanan darah yang “semakin rendah semakin baik” masih banyak diperdebatkan. Beberapa studi menemukan bahwa target tekanan darah yang lebih rendah daripada target standar dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.

Akan tetapi, beberapa studi juga menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah yang lebih rendah tidak memengaruhi mortalitas secara signifikan. Ada bukti lemah bahwa target tekanan darah yang lebih rendah dapat mengurangi morbiditas tetapi hal ini disertai dengan peningkatan risiko efek samping obat. Hal ini terutama ditemukan pada pasien usia tua (rerata 63,1 tahun) dengan risiko moderat hingga tinggi.

Target tekanan darah antar berbagai guideline mungkin berbeda. Namun, berbagai guideline sama-sama menyimpulkan bahwa penurunan tekanan darah yang agresif tidak dianjurkan untuk orang yang berusia lebih tua. Oleh karena itu, dalam praktik klinis sehari-hari, dokter hendaknya tidak menyamakan target “semakin rendah semakin baik” pada semua pasien, melainkan menyesuaikan target dengan usia pasien, komorbiditas yang dimiliki, dan respons pasien terhadap obat.

Referensi