Teknik Fluoroskopi
Teknik fluoroskopi utamanya melibatkan mesin Xray, monitor, dan zat kontras. Pemeriksa dapat melihat secara real-time pergerakkan kontras melalui monitor.
Persiapan Pasien
Informed consent diambil untuk melakukan prosedur ini. Anamnesa diambil secara tepat dan detail, berhubungan dengan pemeriksaan tes diagnostik ini. Pasien disediakan baju pengganti untuk dikenakan selama pemeriksaan. Untuk prosedur intervensi medis, maka anestesia, analgesia dan sedasi biasanya diperlukan.
Apabila seorang pasien terindikasi kuat untuk menjalani tes diagnostik ini, namun memiliki predisposisi alergi, asma, atau pernah mengalami efek samping terhadap zat kontras, maka dokter dapat meresepkan obat untuk menurunkan risiko tersebut. Jenis zat kontras yang akan dimasukkan dapat berupa minuman, enema, atau intravena.
Pasien yang akan dimasukkan zat kontras, terlebih dahulu mesti dipastikan:
- Apabila pasien wanita, apakah sedang dalam keadaan hamil, terkadang tes urin kehamilan perlu dilakukan
- Kadar serum kreatinin
-
Untuk zat kontras via intravena, pasien dipastikan tidak menderita penyakit jantung berat, dehidrasi, diabetik, dan sickle cell
Pasien diminta untuk melepaskan perhiasan, dan jam tangan yang dipakainya, atau apapun yang melekat pada tubuh, tidak boleh dibawa dalam pelaksanaan prosedur ini.
Pasien wanita akan ditanya secara berulang, tidak hanya pada saat penjadwalan tes ini, tapi juga oleh petugas pelaksana scanning, apakah pasien tersebut sedang atau merasa atau ada kecurigaan hamil .
Persiapan Pelaksana
Hal yang esensial bagi pelaksana yang akan melakukan fluoroskopi adalah memahami prosedur keselamatan dalam menggunakan alat diagnostik, terutama yang bersifat X-ray Imaging, serta mampu menerapkan protokol penggunaan alat ini, untuk memastikan hasil dengan kualitas tinggi.
Pelaksana yang menggunakan alat fluoroskop ini, sepatutnya telah terlatih baik dan memiliki kualifikasi. Pelaksana hendaknya juga bekerja sama dengan suatu tim radiologi yang terdiri dari dokter, ahli radiologi, fisikawan, dan petugas medis lainnya. Tim ini bertanggungjawab dalam hal:
- Mengembangkan dan mengoptimalkan protokol pelaksanaan fluoroskopi ini
- Melakukan tes kontrol kualitas peralatan secara reguler
- Memonitor dosis radiasi terhadap pasien, sebagai bagian dari program jaminan kualitas dalam mengatasi permasalahan radiasi
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk fluoroskopi diantaranya adalah :
Fluoroskop
Fluoroskopi menggunakan sinar X-ray, yang merupakan suatu bentuk radiasi ionisasi. Ada dua tipe utama peralatan fluoroskopik yang digunakan:
-
Sistem fluoroskopik instalasi yang permanen, atau fixed : Secara tipikal, menggunakan suatu meja baring pasien yang bersifat radiolusen. Dibawah meja tersebut terdapat tabung, yang disebut sebagai undertable-mounted tube. Sedang, diatas meja baring terpasang detektor imaging. Alat ini ditempatkan didalam ruangan khusus, untuk tujuan studi, seperti studi mengenai barium, kateterisasi pembuluh darah, dan endoskopi traktus gastrointestinal.
-
Mobile fluoroskopik, atau C-arm : Mesin yang cukup besar, berbentuk seperti huruf C. Secara tipikal adalah suatu unit fluoroskopik yang dapat bergerak. Ujung fluoroskop satu sisi menghasilkan sumber X-ray, sedang ujung yang lain berupa layar fluoresen. Unit C-arm ini memiliki fleksibilitas operator yang lebih besar. Alat ini umumnya digunakan di dalam ruangan operasi, contohnya dalam pelaksanaan prosedur ortopedik untuk memvisualisasi tulang, atau implant. Alat ini menggunakan dosis rendah radiasi
Fluoroskop yang modern diperlengkapi dengan kamera dan “Image Intensifier” X-ray, agar image yang terbentuk cukup terang untuk divisualisasi sebagai foto atau video pada monitor.
Meja Baring
Meja baring diletakkan diantara kedua ujung fluoroskop.
Peralatan, Dan Obat Emergensi
Peralatan, dan obat emergensi yang segera dapat digunakan apabila terjadi reaksi alergi, atau efek samping zat kontras.
Zat Kontras
Zat kontras harus disimpan pada tempat yang aman dengan suhu ruangan yang sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh manufaktur. Penggunaannya kepada pasien harus dimasukkan dengan perlakuan yang steril.
Alat Proteksi
Petugas medis perlu diperlengkapi dengan alat proteksi selama berlangsungnya pemeriksaan pasien dengan fluoroskopi ini. Alat pelindung ini terbuat dari timah hitam, atau Plumbum (Pb), atau Lead. Untuk prosedural keselamatan, alat proteksi ini mesti digunakan oleh petugas medis, atau para pasien lainnya, yang berjarak dalam dua meter dari kepala tabung, sinar langsung, atau area paparan, yaitu tubuh pasien yang akan diperiksa. Alat proteksi ini terdiri dari:
- Apron badan
- Sarung tangan,
-
Pelindung leher, atau pelindung organ thyroid
- Kacamata
-
Tirai, atau Lead Drapes
- Kaca Penghalang
Posisi Pasien
Bagian tubuh pasien yang akan diambil gambarannya ditempatkan diantara kedua ujung fluoroskop. C-arm diposisikan vertikal, dimana ujung alat sumber X-ray diletakkan dibawah meja baring pasien, sedangkan ujung alat dengan image intensifier berada diatas tubuh pasien yang akan diambil gambarnya. Posisi ini lebih disukai, dengan alasan untuk mengurangi hamburan radiasi. Hamburan radiasi X-ray akan terlebih dahulu mengenai tubuh pasien, sebelum mencapai petugas medis didekatnya.
Pasien hendaknya ditempatkan sejauh mungkin dari sumber X-ray, untuk meminimalkan dosis radiasi masuk ke kulit, dengan tidak mengesampingkan praktik klinisnya. Image intensifier hendaknya ditempatkan sedekat mungkin pada tubuh pasien yang akan diperiksa. Dengan demikian, paparan radiasi terhadap pasien akan lebih rendah, namun menghasilkan gambaran yang tajam.
Pasien diminta tenang dengan sikap diam pada waktu pemeriksaan sedang berjalan. Posisikan pasien senyaman mungkin, dengan tidak mengesampingkan prosedur tes.
Teknik
Sinar X-ray yang dilepaskan akan menembus bagian tubuh pasien yang diperiksa. Kemudian, akan menciptakan suatu gambar pada detektor. Gambaran bagian tubuh pasien, kemudian akan ditransmisikan pada monitor. Pada monitor, jaringan, atau organ dalam, atau, zat kontras, atau alat medis yang dimasukkan kedalam tubuh pasien, dapat terlihat pergerakannya secara detail. Jadi, bagian tubuh yang bersifat radio-opaque, atau yang diberikan zat pewarna, atau kontras, dapat divisualisasi.
Tergantung jenis prosedural pemeriksaan, pasien dapat diminta menggerakkan bagian tubuh tertentu, atau ubah posisi, atau menahan napas untuk beberapa saat secara interval, selama prosedur berlangsung.
Follow up
Pada saat pelaksanaan pemeriksaan follow up terutama dilakukan pada pasien yang dimasukkan zat kontras. Monitor terhadap kemungkinan timbulnya efek samping baik ringan hingga berat.
Pada prosedur kateterisasi jantung, biasanya pasien memerlukan proses pemulihan sekitar beberapa jam, karena membutuhkan imobilisasi tungkai, atau lengan, dimana kateter dimasukkan.
Observasi pasien yang menjalani prosedur jenis lain, dapat lebih cepat waktu pemulihannya, misalnya untuk memantau kemungkinan timbulnya efek samping zat kontras, seperti bengkak, gatal, eritema, atau kesulitan bernapas.
Untuk jangka panjang, pengawasan terhadap dosis dan lamanya paparan radiasi selama prosedur perlu dilakukan. Riwayat paparan radiasi, termasuk pemeriksaan radiologi X-ray biasa juga perlu diawasi. Risiko paparan radiasi ini dapat berhubungan dengan jumlah kumulatif tes diagnostik x-ray yang telah dijalankan, dan atau pengobatan dalam jangka panjang.