Edukasi Pasien Injeksi Subkutan
Edukasi pasien yang akan mendapatkan injeksi subkutan perlu mencakup penjelasan terkait obat yang akan diberikan, misalnya vaksin campak, vaksin mumps, insulin, atau obat antikoagulan. Dokter juga perlu menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi, baik akibat prosedur injeksi sendiri atau akibat obat yang diberikan.
Pasien perlu diedukasi bahwa injeksi subkutan mungkin menimbulkan bekas pada kulit, nyeri, atau pembengkakan ringan yang masih merupakan efek samping wajar. Pasien dapat kembali ke fasilitas kesehatan jika mengalami nyeri, kemerahan, dan bengkak yang menetap.
Pasien harus segera kembali ke fasilitas kesehatan apabila mengalami keluhan gatal-gatal selain pada lokasi suntikan, sesak napas, serta pembengkakan pada wajah, mata, atau bibir setelah pemberian obat secara subkutan. Ini mungkin menandakan terjadi reaksi alergi berat, seperti angioedema atau anafilaksis.[6]
Edukasi Injeksi Mandiri
Edukasi khusus perlu diberikan pada pasien yang berencana melakukan penyuntikan secara mandiri di rumah, seperti pemberian insulin secara mandiri. Petugas perlu mendemonstrasikan cara penyuntikan dan memberi tahu lokasi penyuntikan yang ideal. Lokasi penyuntikan harus bervariasi pada setiap waktu penyuntikan untuk menghindari luka dan abnormalitas kulit.[2,6]
Hal lain yang perlu disampaikan adalah bahwa pasien tidak boleh berbagi penggunaan obat dengan keluarga atau orang lain. Jelaskan pada pasien mengenai cara merotasi lokasi injeksi, terutama pada terapi insulin, untuk mencegah lipodistrofi. Sampaikan juga agar pasien tidak menghentikan atau memodifikasi dosis obat tanpa diskusi dengan dokter yang merawat.[9]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha