Latihan fisik dapat menurunkan tekanan darah pada kasus hipertensi karena memperkuat otot jantung, meningkatkan fleksibilitas vaskuler, dan mengurangi beban kerja kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang mencakup olahraga, penurunan berat badan, dan pengaturan diet merupakan terapi lini pertama untuk kontrol tekanan darah pada kasus hipertensi.
Saat kita berolahraga secara teratur, otot-otot tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen, yang mengharuskan jantung untuk memompa darah dengan lebih efisien. Hal ini menyebabkan tekanan darah menjadi lebih terkontrol dan dapat menurunkannya secara signifikan. Selain itu, latihan fisik juga dapat membantu mengurangi berat badan, mengendalikan kadar gula darah, dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, faktor-faktor penting dalam mengelola hipertensi.[1-4]
Pilihan Latihan Aerobik dalam Menurunkan Tekanan Darah
Banyak penelitian mengenai efek latihan aerobik terhadap tekanan darah dan denyut nadi pasien hipertensi yang telah dilakukan. Hasil yang didapatkan cukup variatif, efektivitasnya tergantung tipe dan karakteristik latihan yang diberikan.[1,4]
Secara garis besar, metode latihan aerobik yang disarankan untuk pasien hipertensi adalah latihan aerobik kontinu dan latihan aerobik interval intensitas tinggi. Latihan aerobik kontinu yang bisa dimasukkan ke dalam rekomendasi latihan fisik untuk pasien hipertensi adalah berjalan, berlari, bersepeda, senam, menari, dan berenang. Latihan aerobik interval intensitas tinggi yang direkomendasikan untuk pasien hipertensi adalah latihan sprint interval dan latihan aerobik interval.[5-8]
Besaran Penurunan Tekanan Darah dengan Latihan Aerobik Kontinu
Sebuah meta analisis menunjukkan latihan aerobik kontinu secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Metode berjalan mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,85 mmHg. Metode berlari menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6,83 mmHg. Metode bersepeda menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6,88 mmHg.
Manfaat untuk menurunkan tekanan darah diastolik dari metode berjalan adalah sebesar 1,44 mmHg. Metode bersepeda menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 3,20 mmHg, dan dengan metode berlari mampu menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5,67 mmHg.[6]
Meta analisis lain menunjukkan penurunan yang lebih besar, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik, untuk latihan aerobik kontinu metode senam dan berenang. Tekanan darah sistolik dapat turun sebesar 6,16 mmHg dengan senam, dan 14,78 mmHg dengan berenang. Tekanan darah diastolik dapat turun sebesar 3,65 mmHg dengan senam, dan 7,78 mmHg dengan metode berenang. Namun, kelemahan meta analisis ini adalah tingginya variasi durasi, frekuensi, dan intensitas olahraga dalam tiap studi, sehingga bias cukup tinggi.[9]
Besaran Penurunan Tekanan Darah dengan Latihan Aerobik Interval Intensitas Tinggi
Latihan aerobik interval intensitas tinggi juga menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan baik sistolik maupun diastolik. Beberapa meta analisis menunjukkan penurunan tersebut. Penurunan tekanan darah sistolik berkisar antara 2,67 hingga 7,36 mmHg, sedangkan penurunan tekanan darah diastolik berkisar antara 2,5 hingga 5,48 mmHg.[6-9]
Pentingnya Konsistensi Latihan dalam Jangka Panjang
Latihan aerobik telah lama diketahui berperan untuk menurunkan tekanan darah. Namun latihan dalam waktu pendek kurang dari 4 minggu hanya mampu menurunkan tekanan darah sementara. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, latihan aerobik perlu dilakukan dalam kurun waktu setidaknya 12 minggu, dengan frekuensi 4-5 kali per minggu.
Untuk latihan aerobik kontinu, yang disarankan adalah dengan intensitas sedang ke intensitas berat, dengan rekomendasi peningkatan intensitas sebesar 10% setiap 4 minggu.[5,6,8,10]
Pilihan Latihan Beban dalam Menurunkan Tekanan Darah
Latihan beban belum terlalu populer untuk direkomendasikan sebagai pilihan latihan fisik untuk pasien hipertensi. Namun, satu dekade terakhir studi-studi terkait latihan fisik selalu ingin melihat dampak latihan beban terhadap penurunan tekanan darah.[1.2]
Latihan beban sebagai rekomendasi dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi dapat dikelompokkan menjadi latihan beban dinamis dan latihan beban isometrik. Latihan beban dinamis yang bisa dimasukkan ke dalam rekomendasi adalah latihan beban menggunakan beban eksternal baik untuk ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah seperti leg press, bicep curl, dan leg extension. Latihan beban isometrik yang direkomendasikan adalah latihan isometrik handgrip, isometrik leg extension, dan isometrik wall squat.[6,11-13]
Besaran Penurunan Tekanan Darah dengan Latihan Beban
Beberapa meta analisis menunjukkan tren positif bahwa latihan beban mampu memberikan efek penurunan tekanan darah terhadap pasien hipertensi. Latihan beban dinamis mampu menurunkan tekanan darah antara 2,8 hingga 6,1 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan antara 1,6 hingga 4,6 mmHg untuk tekanan darah diastolik.
Di sisi lain, latihan beban isometrik menunjukkan hasil yang lebih signifikan. Latihan beban isometrik mampu menurunkan tekanan darah sistolik antara 8,24 hingga 9,35 mmHg dan menurunkan tekanan darah diastolik antara 4 hingga 4,30 mmHg.[6,11-15]
Durasi dan Frekuensi Latihan Beban
Latihan beban dinamis yang direkomendasikan dilakukan selama minimal 4 minggu dengan frekuensi 1-4 kali per minggu, dengan intensitas sedang (60-80% repetisi maksimal). Sedangkan, latihan beban isometrik yang optimal direkomendasikan selama 12 minggu, dengan frekuensi 3 kali per minggu dan menggunakan protokol 2 menit kontraksi sebanyak 4 kali pengulangan dengan waktu istirahat 1-4 menit antara pengulangan.[12,13]
Satu studi menganalisis surface under cumulative ranking curve (SURCA) membandingkan berbagai tipe latihan fisik yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah. Setelah dianalisis, studi ini dengan yakin menyatakan bahwa latihan beban isometrik adalah yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah sistolik.[6]
Kombinasi Latihan Aerobik dan Beban dalam Menurunkan Tekanan Darah
Kombinasi antara latihan aerobik dan latihan beban merupakan salah satu pilihan latihan dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Kombinasi latihan ini merupakan rekomendasi yang sangat umum untuk segala macam permasalahan kesehatan, dan kemungkinan manfaat lain yang didapatkan selain penurunan tekanan darah lebih besar.[4]
Jenis, Durasi, dan Frekuensi Latihan
Latihan kombinasi yang direkomendasikan biasanya terdiri dari latihan aerobik kontinu seperti sepeda, berjalan, dan berlari serta latihan beban dinamis. Kombinasi yang dimaksud adalah latihan aerobik yang dilanjutkan dengan latihan beban, atau masing-masing latihan dilakukan secara tunggal setiap sesi. Durasi latihan yang direkomendasikan adalah selama 12 minggu dengan frekuensi latihan aerobik kontinu 4 kali per minggu serta latihan beban dinamis 2 kali per minggu.
Dari beberapa meta analisis, efek latihan kombinasi menunjukkan penurunan tekanan darah yang cukup variatif. Penurunan tekanan darah sistolik dilaporkan antara 0,81 hingga 6,4 mmHg, sedangkan penurunan tekanan darah diastolik antara 0,62 hingga 3,7 mmHg. Penurunan tekanan darah ini juga tergantung kepada durasi melakukan latihan kombinasi, melakukan latihan kombinasi dalam durasi singkat (4 minggu) akan mendapatkan penurunan yang lebih rendah.[6,16,17]
Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Menjalankan Program Latihan Fisik
Seperti halnya terapi farmakologi hipertensi, kepatuhan pasien untuk melakukan latihan fisik menentukan keberhasilan penurunan tekanan darah. Oleh karenanya, dokter perlu memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam melakukan latihan fisik.[1,4]
Latihan fisik seharusnya didesain dengan prinsip tailor made. Pemberian latihan fisik yang bersifat umum tidak direkomendasikan pada pasien hipertensi. Dokter perlu menilai kesiapan dan kesanggupan masing-masing pasien dalam melakukan latihan fisik. Beberapa hal penting untuk bisa menilai kesiapan pasien melakukan latihan fisik adalah menggali riwayat aktivitas fisik dan melakukan pemeriksaan kebugaran fisiknya. Selanjutnya, durasi, frekuensi, dan intensitas disesuaikan.[18,19]
Beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan sebagai penentu kepatuhan pasien dalam melakukan latihan fisik antara lain:
- Faktor intrapersonal: kesadaran akan penyakit dan kesehatan, motivasi, efikasi diri, faktor mental, dan usia
- Faktor interpersonal: dukungan keluarga dan sosial, motivasi dari dokter
- Faktor sosioekonomi dan lingkungan: tingkat pendidikan, pendapatan, program latihan yang diberikan, logistik, dan sistem kesehatan.[19]
Kesimpulan
Latihan fisik adalah salah satu pilihan terapi non-farmakologi untuk pasien hipertensi. Latihan fisik secara umum memberikan manfaat untuk kesehatan kardiovaskuler. Beragam jenis latihan fisik telah diteliti memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Latihan aerobik, latihan beban, dan latihan kombinasi merupakan tipe latihan yang direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Contoh latihan aerobik yang efektif dalam menurunkan tekanan darah adalah berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang. Contoh latihan beban yang efektif dalam menurunkan tekanan darah adalah latihan beban isometrik. Durasi optimal dalam menurunkan tekanan darah adalah minimal 12 minggu.
Jenis, intensitas, frekuensi, dan durasi latihan disesuaikan dengan kebutuhan, kesiapan, dan kesanggupan pasien. Perhatikan usia, kebugaran, dan komorbiditas yang dimiliki pasien sebelum memberikan peresepan latihan fisik.