Peran USG untuk Mendiagnosis Pneumonia pada Anak

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Berdasarkan hasil studi, ultrasonografi (USG) paru dapat menjadi alat diagnostik yang baik untuk pneumonia pada anak. Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan bawah yang melibatkan parenkim paru. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun mikroorganisme lainnya.

Prevalensi pneumonia bervariasi, baik pada anak maupun dewasa, tetapi anak di bawah 5 tahun memiliki insidensi tertinggi, yaitu 33 per 10.000 anak per tahun. Pada anak, pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi (18%) sehingga pengenalan gejala dan penegakan diagnosis dini sangat penting agar dapat segera diberikan terapi yang tepat.[1-3]

usg pneumonia anak-min

Sekilas tentang Pneumonia

Mengingat tingginya angka mortalitas pada anak, World Health Organization (WHO) memberikan pedoman dalam mengenali gejala awal pneumonia yaitu dengan adanya batuk yang disertai peningkatan usaha napas (peningkatan laju respirasi dan retraksi dada). Pedoman tersebut dibuat untuk mempermudah petugas kesehatan dalam mendeteksi dini kemungkinan pneumonia.[1]

Nilai diagnostik klinis dalam mendiagnosis pneumonia sangat rendah. Sensitivitas tiap gejala bervariasi seperti: batuk (70-80%), retraksi dada (30-50%), napas cepat (70-80%), sementara nilai spesifisitasnya sangat rendah (<50%). Oleh karena itu, temuan klinis tidak dapat dijadikan sebagai alat diagnostik pneumonia karena harus dievaluasi lebih lanjut untuk kemungkinan diagnosis yang lain seperti bronkiolitis, asma, bronkitis, tuberkulosis, dll.[4]

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis pneumonia adalah pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium (CRP, procalcitonin), pemeriksaan mikrobiologi (kultur darah, kultur sputum), pemeriksaan cairan pleura (analisis, PCR), dan pemeriksaan invasif seperti biopsi paru.[1] Sampai saat ini belum ada pemeriksaan baku emas untuk diagnosis pneumonia. Beberapa studi menggunakan CT scan paru sebagai kontrol uji diagnostik namun penggunaannya terbatas karena harganya yang mahal dan efek radiasinya yang cukup tinggi terutama untuk anak-anak.[5]

Kelemahan Rontgen Toraks Sebagai Alat Diagnostik Pneumonia

Alat diagnostik yang sering digunakan saat ini adalah pemeriksaan Rontgen toraks. Rontgen toraks dapat memberikan gambaran konsolidasi, infiltrat, penebalan peribronkial atau peningkatan corakan paru.[6] Sensitivitas pemeriksaan Rontgen toraks adalah 55%, dengan spesifisitas 63%. Nilai duga positifnya sebesar 85% dan nilai duga negatifnya 27%.[7] Melihat nilai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup rendah, pemeriksaan Rontgen toraks sebetulnya tidak layak untuk dijadikan standar penegakan diagnosis pneumonia. Pemeriksaan Rontgen toraks ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti perlunya gambaran lateral untuk memberikan gambaran yang lebih baik, adanya radiasi, dan sulit digunakan bila pasien dalam perawatan intensif.[7]

Bukti Ilmiah Peran USG Paru untuk Mendiagnosis Pneumonia pada Anak

Berdasarkan penelitian yang ada, ultrasonografi (USG) juga memiliki nilai diagnostik yang baik. Penggunaan ultrasonografi (USG) paru dalam menegakkan diagnosis pneumonia memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi, yaitu 94% dan 92%. Penelitian yang ada juga menunjukkan hasil yang konsisten baik pada pasien di unit gawat darurat, ruang rawat intensif, maupun unit rawat jalan [4,6-8] Parameter yang dapat dinilai pada USG adalah ada tidaknya konsolidasi paru. USG mulai banyak digunakan karena lebih cepat, bebas radiasi, dan tidak invasif.[5,9]

Walaupun demikian, studi mengenai USG dalam mendiagnosis pneumonia juga menunjukkan kelemahan. Tidak adanya standar kriteria dalam penegakan diagnosis pneumonia pada USG merupakan salah satu hal yang membuat penggunaan USG dalam diagnosis pneumonia masih dapat diperdebatkan. Selain itu, penggunaan USG juga sangat bergantung pada keahlian operator (subjektif), sehingga pada praktiknya, operator yang menggunakan USG harus mendapat pelatihan terlebih dahulu.[5,9]

Sekilas Tata Laksana Pneumonia

Penyebab pneumonia pada anak yang tersering adalah virus, tetapi mengingat tingginya angka mortalitas dan sulitnya membedakan penyebab pasti secara klinis, maka antibiotik empiris harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia baik pada kasus rawat jalan maupun rawat inap.[10]

Antibiotik empiris yang dapat digunakan adalah antibiotik spektrum luas,  seperti obat golongan cephalosporin dengan kombinasi dengan obat golongan makrolide (untuk usia di bawah 3 bulan). Antibiotik tersebut dievaluasi selama 48-72 jam sambil menunggu hasil biakan kuman yang ada. Tata laksana lainnya bersifat suportif seperti pemberian oksigen dan antipiretik.[1]

Kesimpulan

USG dapat menjadi pilihan alternatif dalam menegakkan diagnosis pneumonia pada anak. USG memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik, bebas radiasi, dan tidak bersifat invasif. Subjektivitas operator dan belum adanya kriteria diagnostik merupakan keterbatasan USG paru sebagai alat diagnostik pneumonia.

Referensi