Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Tuberculous Osteomyelitis general_alomedika 2019-09-03T10:40:16+07:00 2019-09-03T10:40:16+07:00
Tuberculous Osteomyelitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Tuberculous Osteomyelitis

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha
Share To Social Media:

Penatalaksanaan Tuberculous osteomyelitis adalah dengan pemberian obat antituberkulosis (OAT) secara rutin selama 6-9 bulan serta pertimbangan terapi bedah apabila sudah terdapat komplikasi.

Terapi Antituberkulosis

Sebagian besar pasien Tuberculous osteomyelitis memiliki respons yang baik terhadap pengobatan obat antituberkulosis (OAT). OAT yang digunakan adalah rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol.[5]

Pengobatan OAT diberikan selama 6-9 bulan, namun pada beberapa kasus dapat diberikan selama 1 tahun. Lama pengobatan berantung pada perbaikan gejala klinis atau stabilitas klinis pasien. Regimen isoniazid (H) dan rifampicin (R) diberikan selama masa pengobatan, sedangkan pyrazinamide (Z) dan ethambutol (E) diberikan dua bulan pertama pada tahap intensif (2RHZE/7RH)[5,12]

Jika terapi pada lini pertama tidak berhasil, atau pasien mengalami putus obat selama minimal 1 bulan, pasien akan diberikan pengobatan OAT kategori ke-2, yaitu dengan dengan regimen 2RHZES/1RHZE/5RHE (dengan penambahan obat streptomycin (S)). Jika terdapat resistensi, maka akan digunakan antibiotik tambahan, yaitu kanamycin, amikacin, dan quinolone.[13]

Terapi Suportif

Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen, dapat diberikan untuk mengurangi keluhan nyeri tulang. Selain itu, beberapa studi menyatakan bahwa OAINS yang diberikan pada tahap awal penyakit dapat mencegah kerusakan tulang melalui kerjanya yang menghambat prostaglandin sehingga resorpsi tulang dapat diminimalisasi.[12]

Terapi Bedah

Terapi bedah cukup jarang dilakukan karena sebagian besar pasien menunjukkan respons baik dengan obat antituberkulosis. Debridement radikal diindikasikan pada kasus yang sudah berlanjut atau apabila dengan terapi medis tidak terdapat perbaikan. Adanya keterlibatan sendi sehingga mengganggu gerakan juga dapat dipertimbangkan pemberian terapi arthroplasty. Pasien yang mengalami gejala klinis defisit neurologis juga menjadi indikasi terapi bedah yang dikombinasikan dengan pemberian obat OAT. [6,14]

Referensi

5. Rajasekaran S, Soundararajan DCR, Sherry AP, Kanna RM. Spinal tuberculosis: current concepts. Global Spine Journal. 2018;8(45):965-1085.
6. Rajasa FYK, Rasyid HN, Tiksnadi B, Ramdan A, Ismiarto YD, Abtiza R. Vitamin D3 as an antituberculosis supplement in spinal tuberculosis treatment. Progress in Orthopedic Science. 2018;4(1):1-6
12. Moon MS. Tuberculosis of spine: current views in diagnosis and management. Asian Spine Journal. 2014;8(1):97-111.
13. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Available from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html#9
14. Mannepalli S, Samon LM, Guzman N, Relan M, McCarter YS. Mycobacterium tuberculosis osteomielitis in a patient with human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS): a case report. Cases J. 2010;3:67.

Diagnosis Tuberculous Osteomyelitis
Prognosis Tuberculous Osteomyelitis

Artikel Terkait

  • Profilaksis Tuberkulosis
    Profilaksis Tuberkulosis
  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
    Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
  • Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
    Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
  • Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia
    Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Claudia Anggi
10 hari yang lalu
Hasil Uji Mantoux - Paru Ask the Expert
Oleh: dr. Claudia Anggi
1 Balasan
Dok ijin konsul anak usia 4 tahun dengan riwayat BB stagnant, disarankan uji Mantoux oleh SpA lalu setelah 3 hr hasilnya seperti ini. Apakah dapat...
Anonymous
10 hari yang lalu
Pilihan terapi tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus - Paru Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr.Wirya,Sp.P izin bertanya.saya pernah baca bahwa obat anti tuberkulosis seperti rifampisin bisa menyebabkan interaksi obat dengan obat hiperglikemik....
Anonymous
10 hari yang lalu
Profilaksis TB untuk bayi yang terinfeksi HIV - Paru Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Wirya, Sp.PSaya mau bertanya dok. Bila bayi yang mengalami infeksi HIV mengalami paparan dengan orang yang diketahui TB, profilaksis apakah yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.