Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Kaki Gajah general_alomedika 2019-06-10T11:07:45+07:00 2019-06-10T11:07:45+07:00
Kaki Gajah
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan Pasien

Patofisiologi Kaki Gajah

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, berupa siklus hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya penyumbatan saluran limfa dan limfedema akibat larva filaria.

Siklus Hidup

Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.[7]

Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk

Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.

Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia

Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1). Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis /  alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe. Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.[7]3425_Alexander J da Silva_Melanie Moser_PHIL CDC_2003_compressed

Sumber: AJ da Silva, M Moser, PHIL CDC, 2003.

Patogenesis

Larva infektif yang masuk ke tubuh manusia akan bermigrasi ke saluran limfe regional, berkembang biak, dan menginisiasi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi lama-kelamaan akan menyebabkan penyumbatan dan edema pada kelenjar limfe. Penyumbatan ini dapat terjadi secara parsial atau komplit.

Penyumbatan diperparah oleh penggumpalan cacing-cacing dewasa yang mati dan reaksi inflamasi yang mengikutinya. Hal ini menyebabkan stasis aliran limfatik sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder bakteri atau jamur. Pada kejadian kronis, akan terjadi penyumbatan permanen saluran limfatik dan limfedema yang menyebabkan timbulnya gejala kaki gajah.[7]

Referensi

7. Cross JH. Filarial Nematodes. Dalam: S B, editor. Medical Microbiology. Galveston [TX]: University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7844/

Pendahuluan Kaki Gajah
Etiologi Kaki Gajah
Diskusi Terkait
dr. Yudha ramdani
03 September 2020
Pasien laki-laki usia 45 tahun dengan keluhan terdapat pembesaran pada skrotum
Oleh: dr. Yudha ramdani
16 Balasan
Alo dokter, izin mau berdiskusi dokPasien laki laki diantar oleh istrinya, pasien usia 45 tahun datang dengan keluhan pegal dan sedikit nyeri pada paha serta...
dr. Adi Nugraha
05 November 2019
Pengobatan massal FIlariasis untuk bayi dan anak di bawah 2 tahun di puskesmas
Oleh: dr. Adi Nugraha
9 Balasan
Alodokter. Mohon asupan nyaApakah pemberian DEC di puskesmas untuk pengobatan massal bisa diberikan pada bayi? Merujuk guideline yg pernah saya baca,...
dr. Katya Saphira
16 Oktober 2019
Pemberian Diethylcarbamazine pada anak di bawah 2 tahun
Oleh: dr. Katya Saphira
7 Balasan
Halo TS.. ada user yg menanyakan perlukah pemberian DEC pada usia di bawah 2 tahun krn posyandunya akan membagikan ke bayi-bayi. yg saya baca, DEC diberikan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.