Patofisiologi Kaki Gajah
Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, berupa siklus hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya penyumbatan saluran limfa dan limfedema akibat larva filaria.
Siklus Hidup
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.[7]
Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1). Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis / alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe. Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.[7]
Sumber: AJ da Silva, M Moser, PHIL CDC, 2003.
Patogenesis
Larva infektif yang masuk ke tubuh manusia akan bermigrasi ke saluran limfe regional, berkembang biak, dan menginisiasi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi lama-kelamaan akan menyebabkan penyumbatan dan edema pada kelenjar limfe. Penyumbatan ini dapat terjadi secara parsial atau komplit.
Penyumbatan diperparah oleh penggumpalan cacing-cacing dewasa yang mati dan reaksi inflamasi yang mengikutinya. Hal ini menyebabkan stasis aliran limfatik sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder bakteri atau jamur. Pada kejadian kronis, akan terjadi penyumbatan permanen saluran limfatik dan limfedema yang menyebabkan timbulnya gejala kaki gajah.[7]