Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Club Foot general_alomedika 2019-12-06T12:33:19+07:00 2019-12-06T12:33:19+07:00
Club Foot
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Club Foot

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Penatalaksanaan club foot saat ini terutama dengan metode konservatif. Ada beberapa metode konservatif yang berkembang dan dipraktekkan dalam kasus sehari-hari seperti Ponseti method, Kite method dan French method. International Club foot Study Group, yang dibentuk tahun 2003, sudah menyetujui Kite's, Ponseti's dan Bensahel's sebagai metode tatalaksana konservatif yang dapat dilakukan di seluruh dunia. [8]

Tata Laksana Konservatif

Beberapa teknik dapat digunakan sebagai tata laksana konservatif club foot, namun teknik Ponseti adalah teknik yang paling sering digunakan.

Teknik Ponseti

Teknik Ponseti dilakukan dengan pemasangan plaster gips dari ujung kaki sampai lipat paha selama enam sampai delapan minggu dengan disertai manipulasi secara gentle disekitar talar head. Teknik ponseti dapat digunakan Bersama skor pirani untuk memperkirakan efektivitas penggunaan teknik ponseti bagi pasien. Gips diganti setiap minggu.

Teknik ini memiliki tujuan untuk mencapai koreksi kaki dengan ukuran minimal 15 derajat dorsofleksi dan 70 derajat abduksi kaki dan pas dengan nyaman pada brace yang diberikan. Sekitar 90 % kasus club foot juga memerlukan tindakan Achilles tenotomy untuk memperbaiki sisa deformitas equinus. Pemasangan gips juga merupakan sebuah prosedur dalam teknik reduksi tertutup fraktur untuk mempertahankan fraktur yang sudah direposisi agar tidak berubah.

Pasien selanjutnya perlu memakai boots dan bar brace selama 23 jam perhari selama tiga bulan, selanjutnya tiap waktu tidur hingga usia empat tahun. Teknik Ponseti saat ini menjadi terapi konservatif utama bagi club foot. Hasil luaran jangka panjangnya sangat baik hingga 30 tahun. Teknik Ponseti juga mengurangi secara signifikan kebutuhan akan operasi mayor pada kaki pasien. [2,5,15,16]

Teknik Kite

Teknik Kite dilakukan dengan pemasangan plaster gips seluruh kaki dari ujung kaki hingga lipat paha dengan manipulasi yang dilakukan pada daerah sendi calcaneo‐cuboid. Pemasangan casting (gips) dilanjutkan hingga dua tahun dengan 50-75 % kasus akhirnya membutuhkan intervensi operasi mayor untuk memperbaiki club foot. Teknik Kite adalah teknik terapi konservatif utama yang banyak dilakukan hingga ditemukan Teknik Ponseti. [2]

Teknik French

Teknik ini juga dikenal dengan nama Functional method, yang diperkenalkan di Perancis tahun 1970 oleh Masse dan Bensahel. Teknik ini dilakukan dengan manipulasi secara pasif setiap hari pada kaki yang mengalami club foot oleh terapis selama 30 menit perhari. Selanjutnya diikuti dengan stimulasi otot disekitar kaki, khususnya otot peroneal untuk mempertahankan reduksi yang dihasilkan dari manipulasi pasif dan selanjutnya dilakukan adhesive strapping pada kaki pasien.

Tatalaksana harian diberikan setiap hari selama dua bulan kemudian dikurangi menjadi tiga sesi per minggu untuk enam bulan selanjutnya. Taping dilanjutkan sambal pasien menjalani rawat jalan. Selanjutnya diperkenalkan splint yang dipakai dimalam hari dan dipakai selama dua sampai tiga tahun. Hasil yang baik dapat dicapai hingga 50% kasus.

Kekurangan dari metode ini adalah pasien harus melakukan visitasi ke rumah sakit setiap hari, sangat tergantung dengan kemampuan manipulasi terapis fisik dan berbiaya besar dalam jangka waktu lama. Teknik ini telah mengalami modifikasi dengan penggunaan continuous passive motion (CPM) machine selama enam sampai delapan jam setelah manipulasi pasif oleh terapis fisik pasien. Penggunaan tingkat kesuksesan teknik ini dilaporkan mencapai 68%. Setelah dilakukan penggunaan CPM machine, tingkat kesuksesan meningkat hingga 88%. [5,8]

Tata Laksana Bedah

Prosedur operasi sebagai tata laksana club foot ada beragam, namun belum ada satu prosedur pun yang dapat memberikan hasil luaran yang dapat menetap tanpa terjadi relaps. Prosedur operasi yang pertama, posterior release, ditemukan oleh Phelps pada tahun 1891. Selanjutnya dikenal istilah Prosedur posteriormedial release (PMR), oleh Turco (1980), yang pada dasarnya adalah modifikasi dari prosedur yang ditemukan oleh Phelps. Penjelasan rasional mengenai metode Turco bahwa deformitas disebabkan oleh subluksasi kongenital sendi talocalcaneonavicular (TCN). [8]

Usia optimal untuk pasien menjalani intervensi bedah masih menjadi kontroversi. Turco merekomendasikan pembedahan dilakukan saat usia satu tahun sementara Osterman dan Merikanto merekomendasikan pembedahan di awal usia sekitar tiga sampai enam bulan agar potensial remodeling kaki dapat dimanfaatkan. Akan tetapi, Danglemajor menyarankan menunda pembedahan hingga usia satu tahun karena pembedahan yang dilakukan pada usia lebih awal memiliki tingkat kegagalan hingga 65%. [8]

McKay et al. dan Herzenberg et al. memperlihatkan bahwa adanya deformitas rotasi interna calcaneus tidak dapat dikoreksi hanya dengan metode PMR saja. Mereka menyarankan bahwa pada usia diatas 18 bulan PMR sebaiknya dikombinasikan dengan posterolateral release. Tindakan ini dapat dilakukan dengan insisi tunggal Cincinnati atau Teknik dua insisi Carrolls. Kerugian dari prosedur Mckay's adalah mudah terjadi over koreksi. Intervensi bedah sering diikuti dengan komplikasi, sisa deformitas ataupun rekurensi, yang membutuhkan pembedahan lebih lanjut. [8]

Klasifikasi Tata Laksana Pembedahan Club Foot

Soft tissue releases, tata laksana bedah metode ini melepaskan tendon atau ligamentum di sekitar sendi sehingga tendon atau ligamentum yang terlalu ketat dapat meregang. Tindakan ini salah satunya juga termasuk transfer tendon ke posisi yang seharusnya. Umumnya tindakan diperlukan pada 30-50% kasus. [5]

Osteotomies atau arthrodesis, adalah prosedur yang bertujuan untuk menstabilkan tulang sehingga tulang diharapkan dapat tumbuh dengan kuat. [5]

Tata Laksana Pasien Relaps

Pada pasien dengan kasus relaps, intervensi diperlukan untuk mencegah deformitas yang lebih progresif. Awalnya intervensi dilakukan dengan pembedahan mayor dengan melakukan muscle, ligament and joint releases atau operasi tulang, namun berdasarkan hasil studi jangka panjang, didapatkan bahwa pasien yang menjalani operasi mayor kedepannya mengalami hasil luaran yang lebih buruk dibanding pasien yang tidak dilakukan operasi mayor. Saat ini klinisi lebih mengutamakan pengulangan terapi konservatif yang sama dengan sebelumnya bila terjadi relaps club foot pada pasien. [2]

Referensi

2.Gray, Kelly et al. Interventions for congenital talipes equinovarus (clubfoot). Cochrane Database of Systematic Reviews. 2014. Available from : https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD008602.pub3/full
5. Rani, Manisha and Kumari, Priyanka. Congenital Clubfoot: A Comprehensive Review. Ortho & Rheum Open Access J 8(1): OROAJ.MS.ID.555728 (2017). Available from : https://juniperpublishers.com/oroaj/pdf/OROAJ.MS.ID.555728.pdf
8.Anand, Ashish and Sala, DA. Clubfoot: Etiology and treatment. Indian J Orthop. 2008 Jan-Mar; 42(1): 22–28. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2759597/
15.Khan,MA et al. Significance Of Pirani Score At Bracing implications For Recognizing A Corrected Clubfoot. The Iowa Orthopedic Journal. 2017. Vol 37. Page 151-155. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5508266/pdf/IOJ_2017_151.pdf
16. Dyer,PJ and Davis, N. The role of the Pirani scoring system in the management of club foot by the Ponseti method. J Bone Joint Surg [Br] 2006;88-B:1082-4. Available from : https://online.boneandjoint.org.uk/doi/pdf/10.1302/0301-620X.88B8.17482?download=true

Diagnosis Club Foot
Prognosis Club Foot
Diskusi Terkait
dr. Ruth Hutagalung
10 Februari 2021
Penanganan yang tepat untuk Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) pada bayi - Bedah Ask The Expert
Oleh: dr. Ruth Hutagalung
1 Balasan
Alo dr. Sonny,Izin bertanya dok, bagaimana tatalaksana CTEV pada bayi baru lahir? Pada usia berapa dapat dipertimbangkan untuk pembedahan?
dr. Nurul Falah
04 Mei 2020
Batasan usia pada penganganan pasien CTEV dalam memperbaiki bentuk kaki
Oleh: dr. Nurul Falah
4 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya, ada wanita berusia 35 tahun mengalami CTEV sejak lahir. Apakah pada usia saat ini masih memungkinkan untuk dilakukan perbaikan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.