Diagnosis Kehamilan Postterm
Diagnosis kehamilan postterm dapat ditegakkan secara sederhana dengan melihat usia kehamilan di atas 42 minggu dari hari pertama haid terakhir (HPHT) pasien.[3] Namun, pada siklus menstruasi yang tidak teratur dan juga pada kasus di mana tanggal haid terakhir tidak diketahui, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan diagnosis.[4,9]
Anamnesis
Gejala klasik kehamilan pada wanita dengan riwayat menstruasi teratur diawali dengan amenorrhea, mual, muntah, badan terasa lemas, dan memar pada payudara.[1,10,11]
Hal-hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah sebagai berikut:
- Riwayat menstruasi: hari pertama haid terakhir, durasi menstruasi, lama siklus menstruasi, teratur atau tidak
- Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
- Riwayat perdarahan pada awal trimester
- Nyeri abdomen
- Nyeri pada daerah pelvis
- Riwayat kehamilan ektopik, penyakit tuba
- Riwayat terapi fertilitas
- Riwayat ligasi pada saluran tuba[10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan uterus untuk melihat tinggi fundus dan posisi janin, dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam untuk menilai dilatasi dan panjang serviks. Hasil pemeriksaan dalam ini bermanfaat untuk membantu menentukan langkah terapi selanjutnya.
Diagnosis Banding
Pada wanita hamil dengan riwayat HPHT di luar siklus 28 hari atau riwayat HPHT tidak diketahui secara pasti, kehamilan aterm bisa menjadi diagnosis banding kehamilan postterm. Menentukan usia gestasi pada wanita dengan HPHT yang tidak diketahui secara pasti dapat dilakukan menggunakan pemeriksaan USG.[4,9,10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kehamilan antara lain dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi dan cardiotocography. Kedua hasil pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai biophysical profile janin.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm selain bertujuan untuk mengonfirmasi usia kehamilan, juga bermanfaat untuk mengevaluasi cairan amnion. Pasien dinilai mengalami oligohidramnion bila indeks cairan amnion < 5. Jika terdapat.[4,9,10]
Cardiotocography
Cardiotocography berupa non-stress test digunakan untuk pemantauan kesejahteraan janin dengan frekuensi sebanyak 2 kali seminggu. Cardiotocography juga digunakan untuk menilai biophysical profile janin.[10]
Biophysical Profile
Biophysical profile merupakan pemeriksaan yang bermanfaat untuk menilai kesejahteraan janin dan memprediksi kejadian asfiksia janin. Biophysical profile terdiri dari parameter ultrasonografi dan non-stress test:
- USG: volume cairan amnion, tonus, gerakan fetus, pernapasan fetus
Non-stress test: reaktivitas fetus
Hasil biophysical profile ini dapat digunakan untuk menentukan opsi terapi antara terapi konservatif, induksi persalinan atau sectio caesarea.[10]