Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Intoleransi Makanan general_alomedika 2021-05-18T14:57:34+07:00 2021-05-18T14:57:34+07:00
Intoleransi Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Intoleransi Makanan

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Diagnosis intoleransi makanan ditegakkan apabila saat dilakukan eksklusi makanan gejala akan menghilang dan saat dilakukan reintroduksi gejala akan muncul kembali.  

Anamnesis

Pada anamnesis biasanya dapat ditemukan gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, perut terasa kembung atau begah, diare, sering flatulensi dan sendawa, mual, dan muntah. Gejala biasanya muncul beberapa jam setelah makan dan dapat menghilang dalam hitungan jam hingga hari. [1]

Intoleransi terhadap bahan aditif juga dapat menimbulkan gejala pada sistem organ lainnya:

  • Kulit: urtikaria dan eksema
  • Saluran pernapasan: sesak napas
  • Saraf: nyeri kepala dan migraine[20]

Pada kasus intoleransi laktosa, adanya gejala demam, muntah, penurunan berat badan, atau darah pada feses dapat mengarahkan ke defisiensi laktase sekunder. Adanya riwayat infeksi akut; kondisi kronik seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, atau penyakit yang berkaitan dengan imun lainnya; atau riwayat terapi dengan antibiotik, kemoterapi, atau radiasi juga mengarahkan kepada defisiensi laktase sekunder. [7]

Dalam anamnesis, food recall penting untuk dilakukan dengan cermat. Hal-hal yang perlu digali adalah jenis makanan yang dikonsumsi terakhir, jarak antara konsumsi makanan dengan munculnya gejala, kuantitas jenis makanan yang diduga menimbulkan gejala intoleransi, dan respons pasien setiap memakan jenis makanan tersebut. Jika pasien mengalami kesulitan dalam melakukan food recall, pembuatan food diary atau food journal dapat membantu penegakkan diagnosis.

Food diary atau food journal merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk membantu pencatatan makanan yang dikonsumsi pasien. Pada food diary ini tercantum jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah, waktu konsumsi dan waktu timbul gejala. Bahan makanan dalam kemasan juga perlu diperhatikan kandungannya dan perlu dicatat di dalam food diary. [23]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya normal, kecuali jika gangguan pada sistem gastrointestinal sangat berat sampai menimbulkan kondisi dehidrasi atau distensi abdomen. [6]

Pada intoleransi makanan akibat bahan aditif dapat ditemukan kelainan kulit seperti urtikaria dan eksema. [24]

Diagnosis Banding

Pasien dengan keluhan pada sistem gastrointestinal, memiliki diagnosis banding sebagai berikut. [6-8]

Tabel 3. Diagnosis Banding Intoleransi Makanan

Diagnosis Banding  Perbedaan
Alergi susu sapi

  • Umumnya ada gejala lain selain di saluran pencernaan, seperti urtikaria atau gangguan pernapasan
  • Patofisiologinya melibatkan mekanisme imunologis
  • Hasil skin prick test positif dan jika dimediasi oleh IgE maka terdapat peningkatan IgE dalam darah saat gejala muncul

Penyakit Celiac

  • Penyakit autoimun genetik yang sensitif terhadap zat gluten dan menyebabkan enteropati
  • Gejala disertai dengan penurunan berat badan, ataksia, kejang, nyeri tulang, perawakan pendek, infertilitas
  • Ditemukan peningkatan antibodi transglutaminase jaringan dan antibodi endomisial

Irritable bowel syndrome

  • Nyeri perut yang disertai dengan perubahan bentuk feses atau frekuensi defekasi. Nyeri dapat menghilang setelah defekasi
  • Beberapa pasien memiliki koeksistensi dengan intoleransi laktosa
  • Tidak ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis

Kolitis (penyakit Crohn atau kolitis ulseratif)

  • Diare dapat berdarah diserta penurunan berat badan
  • Pemeriksaan kolonoskopi menunjukkan adanya ulkus pada dinding saluran pencernaan

Gastroenteritis akibat infeksi virus, bakteri, parasit, atau jamur

  • Diare dengan karakteristik sesuai dengan etiologi
  • Biasanya durasi diare kurang dari 14 hari
  • Pada pemeriksaan feses ditemukan etiologi diare

Sumber: dr. Shofa, 2019.

Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis intoleransi makanan, seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, food challenge test, breath test, confocal laser endomicroscopy (CLE), dan pemeriksaan biopsi.

Food Challenge Test

Food challenge test merupakan pemeriksaan baku untuk menentukan apakah pasien mengalami intoleransi makanan atau tidak. Pemeriksaan dilakukan dengan mengeksklusi makanan dari diet pasien sampai gejala tidak muncul. Gejala biasanya hilang total dalam 3–4 minggu. Kemudian, makanan yang diduga menjadi penyebab intoleransi direintroduksi kembali secara perlahan. Apabila gejala kembali muncul, maka pasien mengalami intoleransi terhadap makanan tersebut. [1,2,5]

Breath Test

Pemeriksaan breath test dilakukan untuk mengidentifikasi adanya intoleransi terhadap karbohidrat (laktosa, fruktosa, dan FODMAP). Fermentasi karbohidrat di saluran pencernaan akan menghasilkan gas, salah satunya adalah gas hidrogen. Hidrogen tidak diproduksi oleh tubuh sehingga jika ditemukan adanya hidrogen pada ekspirasi, maka hal tersebut merupakan fermentasi dari mikrobiota di usus. Hidrogen yang diproduksi ini akan masuk ke pembuluh darah dan dikeluarkan melalui ekspirasi di paru-paru. [25-27]

Untuk mendapatkan hasil breath test yang akurat, pasien diminta untuk melakukan hal-hal berikut:

  • Tidak menggunakan antibiotik, laksatif, atau probiotik 14 hari sebelum pemeriksaan
  • Diet rendah karbohidrat yang dapat difermentasikan 48 jam sebelum pemeriksaan
  • Puasa pada malam sebelum pemeriksaan
  • Membersihkan mulut dengan larutan antiseptik sesaat sebelum pemeriksaan dimulai. [28,29]

Karbohidrat yang diberikan adalah 25–50 gram dan berbentuk larutan. Hasil dikatakan positif jika ditemukan peningkatan 10–20 ppm hidrogen atau metan di atas nilai dasar pada dua kali pemeriksaan napas berjarak 15–30 menit dalam 3–5 jam. [5]

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk menyingkirkan adanya reaksi imunologi yang terlibat. Reaksi imunologi ini dapat dilihat melalui adanya peningkatan imunoglobulin, terutama kadar imunoglobulin E. Pada alergi makanan yang tidak dimediasi oleh IgE, peningkatan limfosit T dapat ditemukan. [2]

Pada pasien dengan gejala diare yang menimbulkan dehidrasi berat, elektrolit dapat diperiksakan untuk memeriksa adanya kehilangan elektrolit akibat diare. [6]

Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis intoleransi laktosa. Kadar pH normal pada feses adalah 5,0 – 5,5, pada bayi, anak, dan remaja. Pasien dengan intoleransi laktosa memiliki kadar pH yang lebih rendah di fesesnya. Pemeriksaan feses untuk menilai adanya infeksi akut seperti Giardia dan Cryptosporidia juga dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab defisiensi laktase sekunder. [6,7]

Confocal Laser Endomicroscopy (CLE)

Confocal Laser Endomicroscopy merupakan pemeriksaan baru yang dapat melihat perubahan pada mukosa saluran pencernaan. Antigen makanan yang dicurigai sebagai penyebab gejala intoleransi diberikan ke mukosa duodenum via endoskopi. Jika terjadi peningkatan limfosit intraepitelial, kebocoran epitel, atau pembesaran rongga intervili dalam waktu 5 menit, maka dapat dikatakan bahwa pasien mengalami intoleransi terhadap antigen tersebut. Pemeriksaan pada 36 pasien dengan sindrom usus iritabel dan dugaan intoleransi makanan menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan CLE positif pada 61% pasien. Penggunaannya untuk praktik klinis masih diteliti lebih lanjut. [30]

Pemeriksaan Biopsi

Biopsi dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan bahwa intoleransi makanan disebabkan oleh kelainan mukosa pada saluran pencernaan, terutama pada kasus intoleransi laktosa. [6-8]

Referensi

1. Turnbull JL, Adams HN, Gorard DA. Review article: the diagnosis and management of food allergy and food intolerances. Aliment Pharmacol Ther. 2015; 41:3-25
2. Nasr IH, Al Wahshi H. Food intolerance vs food allergy. J Integr Food Sci Nutr. 2017;1(1):1-3
5. Lomer MC, Parkes GC, Sanderson JD. Review article: lactose intolerance in clinical practice–myths and realities. Aliment Pharmacol Ther 2008; 27: 93–103
6. Heyman MB. Lactose intolerance in infants, children, and adolescent. Pediatrics. 2006;62(2):240
7. Vandenplas Y. Lactose intolerance. Asia Pac J Clin Nutr. 2015;24(Suppl 1):S9-S13
8. Suchy FJ, Brannon PM, Carpenter TO, Fernandez JR, Gilsanz V, Gould JB, et al. NIH consensus development conference statement: lactose intolerance and health. NIH Consens State Sci Statements. 2010;27(2):1-27
20. Wilson BG, Bahna SL. Adverse reactions to food additives. Annals of Allergy, Asthma and Immunology. 2005;95:499‐507
23. Manea I, Ailenei E, Deleanu D. Overview of food allergy diagnosis. Clujul Med. 2016;89(1):5–10. doi:10.15386/cjmed-513Hayder H, Mueller U, Bartholomaeus A. Review of intolerance reactions to food and food additives. International Food Risk Analysis Journal. 2011;1(2):23-32
24. de Lacy Costello BP, Ledochowski M, Ratcliffe NM. The importance of methane breath testing: a review. J Breath Res 2013; 7: 024001
25. Simren M, Barbara G, Flint HJ, et al. Intestinal microbiota in functional bowel disorders: a Rome foundation report. Gut 2013; 62: 159–76
27. Yu D, Cheeseman F, Vanner S. Combined oro-caecal scintigraphy and lactulose hydrogen breath testing demonstrate that breath testing detects oro-caecal transit, not small intestinal bacterial overgrowth in patients with IBS. Gut 2011; 60: 334–40
28. Babu J, Kumar S, Babu P, Prasad JH, Ghoshal UC. Frequency of lactose malabsorption among healthy southern and northern Indian populations by genetic analysis and lactose hydrogen breath and tolerance tests. Am J Clin Nutr 2010; 91: 140–6
29. Fritscher-Ravens A, Schuppan D, Ellrichmann M, et al. Confocal endomicroscopy reveals food-associated changes in the intestinal mucosa of patients with irritable bowel syndrome. Gastroenterology 2014. pii: S0016-5085(14)00971-8
30. Ockeloen LE, Deckers-Kocken JM. Short- and long-term effects of a lactose-restricted diet and probiotics in children with chronic abdominal pain: a retrospective study. Complement Ther Clin Pract. 2012;18(2):81-4

Epidemiologi Intoleransi Makanan
Penatalaksanaan Intoleransi Makanan
Diskusi Terbaru
dr. Ferry Roferdi
Hari ini, 09:03
Surat sakit
Oleh: dr. Ferry Roferdi
1 Balasan
Alodokter. Mohon ijin bertanya. Apakah ada kriteria khusus untuk pasien agar mendapatkan surat sakit? Jika ada mohon share beserta sumbernya. Dikarenakan...
Anonymous
Hari ini, 08:21
Gatal gatal
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Pasien dengan gatal gatal +/- 1 bulan yang lalu, awalnya seperti bentol lalu menyebar seluruh tubuh alergi makanan (-) aktivitas pasien berkerja di kebun,...
Anonymous
Hari ini, 01:32
Asma Anak
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Saya bertugas di PKM di daerah terpencil. Saya memiliki pasien anak asma eksaserbasi akut umur 3 tahun 2 bulan dgn BB 10.3 kg, sya sudah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.