Epidemiologi Gastroschisis
Epidemiologi gastroschisis adalah kelainan kongenital anak yang lebih sering dijumpai di negara berkembang, dengan prevalensi secara global sebesar 3 per 10.000 kelahiran hidup. Belum ada data pasti insiden gastroschisis di Indonesia.
Global
Insidens gastroschisis telah meningkat dalam waktu 2 sampai 3 dekade terakhir, dengan kejadian 0,1:10.000 menjadi 1:10.000 kelahiran hidup pada negara maju dan 3:10.000 kelahiran pada negara berkembang. Sebuah studi oleh Russel et al. tahun 2013, mengamati perubahan prevalensi gastroschisis selama 11 tahun (1995–2005) pada 15 negara, didapatkan peningkatan kejadian gastroschisis dari 2.32 per 10.000 menjadi 4.42 per 10.000 kelahiran hidup.[8,13]
Indonesia
Sampai saat ini belum ada data pasti mengenai insidens gastroschisis di Indonesia. Namun, insidens gastroschisis di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju. Usia ibu hamil dibawah 20 tahun merupakan faktor risiko yang signifikan untuk gastroschisis, terutama di negara berkembang. Berdasarkan distribusi geografis, jumlah gastroschisis lebih tinggi pada daerah pedesaan, terutama wilayah pertanian, dibandingkan daerah perkotaan.[2,8]
Mortalitas
Angka harapan hidup pada gastroschisis adalah lebih dari 90% terutama pada negara maju. Gastroschisis dengan komplikasi memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi, dengan komplikasi yang mungkin terjadi adalah short bowel syndrome, obstruksi saluran pencernaan, dan enterokolitis nekrotikan. Berbeda dengan negara maju, tingkat mortalitas gastroschisis pada negara berkembang masih cukup tinggi.[1]
Pada satu penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Brebner, tahun 2018, di Amerika Serikat terhadap 4.803 kasus gastroschisis dari tahun 2009-2013. Didapatkan bahwa tingkat mortalitas bayi dengan gastroschisis sebesar 5,9%, dan sebesar 38,1% bayi ini meninggal sejak hari pertama kelahiran. Tingkat mortalitas meningkat terutama bila terdapat anomali kongenital lain, seperti anensefalus, meningomielokel, spina bifida, penyakit jantung bawaan sianotik, hernia diafragma kongenital, cleft lip dengan atau tanpa cleft palate, cleft palate, Down syndrome, suspek anomali kromosom, dan defek anggota gerak. Mortalitas juga tinggi pada kasus berat badan lahir rendah <2.500 gram dan bayi prematur <34 minggu. Faktor prediktor mortalitas lain yang juga berperan antara lain ibu hamil dengan diabetes mellitus sejak sebelum kehamilan, dan obesitas maternal (IMT=30.0–39.9).[14]