Diagnosis Ruptur ACL
Diagnosis ruptur anterior cruciate ligament atau ACL ditegakkan melalui kombinasi anamnesis yang mencakup mekanisme cedera dan keluhan instabilitas lutut, serta pemeriksaan fisik seperti tes Lachman, anterior drawer, dan pivot shift. Konfirmasi diagnostik dilakukan dengan pencitraan MRI untuk menilai integritas ligamen serta menyingkirkan cedera struktur intraartikular lain.[1-4]
Anamnesis
Pada anamnesis, gali mengenai mekanisme cedera, onset gejala, serta keluhan fungsional pascatrauma. Ruptur ACL paling sering terjadi akibat trauma non-kontak, misalnya saat melakukan perubahan arah mendadak atau pendaratan dari lompatan dalam posisi lutut sedikit fleksi.
Pasien umumnya melaporkan terdengarnya suara “pop” saat cedera terjadi, yang sering kali diikuti dengan rasa nyeri akut dan ketidakmampuan melanjutkan aktivitas. Cedera ini sering terjadi saat aktivitas olahraga, namun juga dapat terjadi saat aktivitas fungsional sehari-hari dengan gerakan yang melibatkan gaya torsi pada lutut.
Pembengkakan lutut (efusi) biasanya muncul dalam beberapa jam setelah cedera sebagai akibat dari hemartrosis. Pasien dapat mengeluhkan sensasi “giving way” atau instabilitas lutut, terutama saat melakukan aktivitas yang memerlukan perubahan arah atau tumpuan berat badan pada tungkai yang cedera. Pada beberapa kasus, pasien mungkin tidak merasakan nyeri yang hebat, namun mengalami perasaan ketidakstabilan yang menetap dalam aktivitas fisik.
Anamnesis juga harus mencakup riwayat cedera lutut sebelumnya, gejala serupa pada lutut kontralateral, serta riwayat kondisi predisposisi seperti hipermobilitas sendi atau kelainan jaringan ikat. Evaluasi terhadap tingkat aktivitas pasien sebelum cedera akan membantu menentukan kebutuhan fungsional dan pendekatan terapi terbaik.[1-4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan ruptur ACL bertujuan untuk menilai stabilitas sendi lutut, mengidentifikasi tanda-tanda cedera akut, serta menyingkirkan kemungkinan cedera struktur lain.[1-4]
Fase Akut
Pada fase akut, lutut sering tampak bengkak akibat efusi hemartikular. Keterbatasan gerak aktif dan pasif dapat terjadi karena nyeri atau pembengkakan, dan pasien sering menunjukkan antalgia saat berjalan. Palpasi dapat menunjukkan nyeri tekan di area interkondiler, medial, atau lateral, tergantung adanya cedera tambahan seperti pada meniskus.[1-4]
Pemeriksaan Fisik Spesifik
Tiga tes utama yang digunakan untuk mengevaluasi integritas ACL adalah tes Lachman, anterior drawer test, dan pivot shift test. Tes Lachman merupakan pemeriksaan paling sensitif dan spesifik, terutama dalam fase akut, dengan sensitivitas berkisar antara 85–95%. Tes ini dilakukan dengan lutut dalam posisi 20–30 derajat fleksi, dan positif bila terdapat peningkatan translasi anterior tibia disertai akhir gerakan (endpoint) yang lunak.
Anterior drawer test dilakukan dengan lutut fleksi 90 derajat, namun sering kurang sensitif dalam fase akut akibat spasme otot hamstring. Tes ini positif jika terdapat translasi anterior tibia lebih dari 6 mm dibandingkan sisi kontralateral.
Sementara itu, pivot shift test memiliki spesifisitas tinggi namun lebih sulit dilakukan, terutama pada pasien dalam kondisi nyeri atau tegang otot, sehingga sering dilakukan dalam keadaan anestesi. Tes ini mengevaluasi instabilitas rotasional dan positif jika terdapat pergeseran tiba-tiba tibia ke posterior saat lutut difleksikan dari posisi ekstensi dengan rotasi internal dan valgus ringan.[1-4]
Evaluasi Struktur Lutut Lainnya
Pemeriksaan fisik juga harus mencakup evaluasi terhadap struktur lain yang sering cedera bersamaan, seperti meniskus, medial collateral ligament (MCL), atau lateral collateral ligament (LCL). Tes McMurray atau tes valgus/varus stres dapat dilakukan untuk mengidentifikasi keterlibatan struktur tersebut.[1-4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ruptur ACL mencakup cedera meniskus, cedera MCL, dan fraktur Segond.
Cedera Meniskus
Cedera meniskus, khususnya robekan meniskus medial, sering menimbulkan keluhan nyeri lutut, krepitasi, dan sensasi terkunci (locking), terutama saat melakukan fleksi atau rotasi. Tidak seperti ruptur ACL yang ditandai dengan instabilitas dan efusi akut pascatrauma, gejala pada cedera meniskus cenderung lebih mekanis dan dapat berkembang secara bertahap.
Pada pemeriksaan fisik, tes McMurray dan Thessaly positif pada cedera meniskus, sedangkan tes Lachman dan anterior drawer umumnya negatif. Meski demikian, akurasi dari tes McMurray dan Thessaly tidak begitu baik. Pemeriksaan MRI dapat membantu diagnosis dengan lebih meyakinkan.[3,11]
Cedera MCL
Ruptur MCL biasanya disebabkan oleh gaya valgus pada lutut dan menimbulkan nyeri lokal serta nyeri tekan pada sisi medial sendi lutut, sering kali tanpa efusi hemartikular masif seperti pada ruptur ACL. Meskipun nyeri hebat dan gangguan pergerakan bisa terjadi, instabilitas rotasional dan translasi anterior tibia umumnya tidak ditemukan. Diagnosis dibedakan dengan ruptur ACL melalui MRI.[12]
Fraktur Segond
Fraktur Segond adalah avulsi tulang pada sisi lateral tibia yang sering kali berkaitan dengan cedera ACL, namun dapat muncul sebagai entitas tersendiri. Pasien biasanya mengalami trauma valgus dengan rotasi internal tibia dan menunjukkan nyeri lokal serta efusi ringan.
Diagnosis dapat dibedakan melalui radiografi lutut yang menunjukkan avulsi. Selain itu, meskipun dapat terjadi bersamaan dengan ruptur ACL, stabilitas anterior lutut tidak terganggu secara signifikan jika ACL masih utuh.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk memvalidasi diagnosis ruptur ACL antara lain adalah MRI. Sensitivitas dan spesifisitas MRI 86% dan 95% dalam membantu menegakkan diagnosis ruptur ACL. Pemeriksaan MRI sangat bermanfaat pada fase akut karena nyeri serta efusi pada area sendi lutut dapat menyulitkan penegakan diagnosis ruptur ACL.[3,4]
Pada MRI, ruptur ACL ditandai oleh hilangnya kontinuitas serabut ligamen yang normalnya tampak sebagai struktur hipointens homogen yang memanjang dari femur ke tibia pada potongan sagital. Temuan lain yang mendukung mencakup peningkatan intensitas sinyal pada ligamen (edema intraligamen), perubahan arah atau disorganisasi serabut, dan retraksi ujung ligamen.
Selain untuk mengidentifikasi adanya ruptur ACL, MRI juga dapat menunjukkan tanda tidak langsung seperti translasi anterior tibia, bone bruise pada aspek lateral femur dan tibia, serta cedera struktur terkait seperti meniskus atau MCL.[1-4]
Derajat Keparahan Ruptur ACL
Ruptur ACL diklasifikasikan ke dalam tiga derajat menurut tingkat kerusakan serabut ligamen dan stabilitas sendi yang dihasilkan, yaitu:
- Grade I: cedera ringan dengan regangan minimal pada serabut ligamen tanpa disrupsi struktural yang nyata dan tanpa instabilitas klinis
- Grade II: robekan parsial dengan beberapa serabut ligamen tetap utuh, biasanya disertai instabilitas ringan hingga sedang pada pemeriksaan fisik
- Grade III: ruptur total dengan hilangnya kontinuitas ligamen secara menyeluruh dan instabilitas anterior serta rotasional yang nyata, sering kali memerlukan intervensi bedah.[14]