Patofisiologi Prolaps Rektum
Patofisiologi prolaps rektum adalah jaringan ikat pada mukosa rektum yang mengendur disertai sistem saraf dan otot pelvis yang melemah, serta tonus sfingter yang menurun. Kerja otot dan sfingter yang mengalami kemunduran tersebut menyebabkan gerakan rektum menjadi tidak terkoordinasi, pada kondisi kronis bisa mengakibatkan rektum jatuh ke bawah keluar dari lubang anus. [3,4]
Selain itu, ada pula beberapa teori yang menjelaskan terjadinya prolaps rektum. Teori yang pertama adalah prolaps rektum terjadi akibat sliding hernia melalui defek pada fascia pelvis. Teori yang kedua menjelaskan prolaps rektum dimulai dari intususepsi internal sirkumferensial rektum sebesar 6-8 cm proksimal menuju ke kanalis analis. [3,4]
Pada keadaan normal, sistem saraf, otot, sfingter, dan jaringan ikat pada pelvis bekerja secara sinergis ketika seseorang berubah posisi, mengejan, atau batuk. Pada keadaan defekasi atau mengejan, terjadi gerakan volunter yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal disertai dengan kontraksi otot-otot pelvis. Pada saat yang sama, sfingter akan berelaksasi dan jaringan ikat akan mengendur supaya feses dapat turun dari rektum ke anus. [3,4] Peningkatan tekanan intraabdominal yang terjadi akibat asites, masa intraperitoneal, obstipasi, organomegali, dan batuk kronis juga dapat mempengaruhi pembentukan hernia inguinalis.