Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Prolaktinoma general_alomedika 2022-01-10T08:36:53+07:00 2022-01-10T08:36:53+07:00
Prolaktinoma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Prolaktinoma

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:

Penatalaksanaan prolaktinoma disesuaikan dengan ukuran tumor serta gejala klinis yang ditimbulkan. Prolaktinoma yang ditemukan secara insidental dan tidak menimbulkan gejala cukup diobservasi dengan pemantauan kadar prolaktin dan pencitraan MRI berkala.[2]

Terapi Medikamentosa

Agonis dopamin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada prolaktinoma. Sebagian besar penderita prolaktinoma memberikan respon yang baik terhadap agonis dopamin seperti bromokriptin dan kabergolin. Agonis dopamin menghambat sintesis dan sekresi hormon prolaktin sekaligus menghambat proliferasi sel laktotrof. Obat ini mampu mengurangi gejala yang berhubungan dengan hiperprolaktinemia, memperbaiki fungsi penglihatan, dan efektif untuk mereduksi ukuran tumor hingga 50%. Bromokriptin memiliki harga yang lebih terjangkau meskipun memiliki lebih banyak efek samping dibanding kabergolin. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah mual, muntah, gangguan psikiatri, dan hipotensi postural.[2-4]

Bromokriptin diberikan dengan dosis awal 1,25 mg satu kali sehari (malam hari) untuk minggu pertama. Dilanjutkan dengan dosis 1,25 mg dua kali sehari (pagi dan malam hari) untuk minggu kedua dan seterusnya. Evaluasi kadar prolaktin dilakukan setiap 4 minggu, dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 5 mg dua kali sehari jika kadar prolaktin belum memenuhi target. Setelah kadar prolaktin mencapai target dan tumor sudah tidak terdeteksi pada pemeriksaan MRI, dosis obat dapat diturunkan perlahan (tapering off). Pengobatan dapat dihentikan setelah pengobatan selama 2 tahun.[2-4]

Terapi Pengganti Hormon

Amenorea dan manifestasi hipogonadisme lain pada wanita yang tidak ingin mempertahankan fertilitas dapat diatasi dengan terapi pengganti hormon estrogen dalam bentuk kontrasepsi oral. Meskipun estrogen diketahui memicu sekresi prolaktin dan berperan dalam tumorigenesis, terapi estrogen pada pasien mikroprolaktinoma tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tumor. Terapi ini tidak direkomendasikan untuk makroprolaktinoma karena pertumbuhan tumor yang tidak dapat diprediksi.

Pasien laki-laki yang tidak berespon baik dengan agonis dopamin dapat diberikan terapi hormon testosteron (jika tidak ingin mempertahankan fertilitas) atau hormon hCG (jika ingin mempertahankan fertilitas).[2,5]

Pembedahan

Tujuan dari tindakan pembedahan adalah mengangkat tumor secara keseluruhan, dekompresi kiasma optikum dan nervus optikus, memperbaiki fungsi endokrin, debulking tumor berukuran besar sebelum dilakukan radioterapi, dan konfirmasi histopatologis pada kasus yang masih diragukan. Berikut adalah indikasi dilakukannya pembedahan:

  • Kegagalan untuk mencapai target kadar prolaktin dan reduksi ukuran tumor setelah mendapat agonis dopamin dosis maksimal serta pasien yang tidak toleran terhadap agonis dopamin
  • Wanita dengan ukuran tumor > 3 cm yang sedang merencanakan kehamilan
  • Makroprolaktinoma yang menekan kiasma optikum dan menyebabkan gangguan pengelihatan progresif
  • Invasi sinus kavernosus
  • Terjadi komplikasi akut dari tumor, seperti apopleksi hipofisis dan kebocoran cairan serebrospinal

Terdapat dua teknik operasi, yaitu operasi endonasal transfenoidal dan kraniotomi. Operasi transfenoidal lebih dipilih sebagai terapi pada kasus adenoma hipofisis, kecuali pada kasus dengan lesi yang sangat besar dan ekstensif. Operasi transfenoidal memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, namun dapat menyebabkan hipopituitarisme sebagai komplikasi yang paling sering terjadi.[2-4,9]

Radioterapi

Radioterapi dapat dipertimbangkan jika terjadi rekurensi pascaoperasi, terdapat residu tumor pascaoperasi, kondisi pasien tidak memungkinkan atau pasien menolak untuk dilakukan operasi. Stereotactic radiosurgery, gamma knife radiosurgery, atau fractionated stereotatic radiotherapy (FRST) dapat diberikan pada adenoma hipofisis dengan diameter < 3 cm dengan jarak terdekat tumor dengan organ kritis seperti batang otak atau nervus kranialis > 3 mm. Tujuan dari stereotactic radiosurgery adalah melakukan kontrol tumor secara permanen. Pertumbuhan tumor yang sudah ada akan dihambat dan ukuran tumor akan dipantau secara berkala dengan pemeriksaan neuroimaging. Radiasi berpotensi menimbulkan komplkasi jangka panjang berupa hipopituitarisme (12-100%), neuropati optikum (1-2%), dan berkembangnya tumor sekunder dalam waktu 2-10 tahun.[3-5,9]

Penatalaksanaan Prolaktinoma pada Kehamilan

Pada mikroprolaktinoma, risiko pertumbuhan tumor selama kehamilan tergolong rendah. Sehingga, pengobatan agonis dopamin dapat segera dihentikan untuk meminimalisir paparan terhadap janin. Makroprolaktinoma memiliki potensi pertumbuhan tumor sebesar 30% selama kehamilan. Agonis dopamin dapat dihentikan atau dilanjutkan tergantung dari penilaian dokter. Konsumsi agonis dopamin sebisa mungkin dihentikan pada ibu menyusui karena dopamin dapat menurunkan produksi ASI.

Pemeriksaan lapang pandang perlu dilakukan setiap trimester pada pasien dengan makroprolaktinoma. Untuk pasien mikroprolaktinoma, pemeriksaan cukup dilakukan jika pasien mengeluhkan gangguan pengelihatan atau nyeri kepala yang progresif.

Jika gejala kembali muncul selama terapi dihentikan, diperlukan evaluasi radiologis dengan MRI dan pengobatan agonis dopamin harus kembali dilanjutkan. Saat ini, bromokriptin dinilai lebih aman dikonsumsi selama kehamilan dibandingkan kabergolin. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut. Prosedur operasi sangat berisiko bagi ibu dan janin, sehingga hanya dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir.[5,9]

Follow up

Target terapi prolaktinoma adalah mengembalikan kadar hormon prolaktin ke nilai normal serta mereduksi ukuran tumor. Pasien dalam pengobatan agonis dopamin perlu melakukan kontrol rutin untuk menyesuaikan dosis obat dengan kadar prolaktin. Pengobatan rumatan diberikan dengan dosis yang paling rendah yang dapat mempertahankan kadar prolaktin dalam kisaran normal.

Setelah kadar prolaktin kembali normal atau mendekati normal, kadar prolaktin dapat dievaluasi kembali setiap 3-6 bulan sekali selama 1 tahun pertama, dan 6-12 bulan sekali pada tahun berikutnya. Pemantauan ukuran tumor dengan MRI serial diindikasikan untuk pasien dengan makroprolaktinoma. Kebutuhan MRI serial pada pasien mikroadenoma dengan kadar prolaktin normal masih menjadi perdebatan karena pertumbuhan tumor jarang sekali terjadi pada pasien dengan kadar prolaktin yang sudah terkontrol. Pemeriksaan lapang pandang perlu dilakukan secara berkala sampai kembali normal atau setidaknya stabil dan tidak memburuk.[9,14]

Referensi

2. Yatavelli RKR, Bhusal K. Prolactinoma. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459347/?report=classic
3. Aman, RA. Diagnosis dan Manajemen Tumor Hipofisis. Medicinus, 2019; 32(2): 3-7
4. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tumor Otak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019.
5. Nassiri F, Cusimano MD, Scheithauer BW, Rotondo F, Fazio A, Syro LV, Kovacs K, Lloyd RV. Prolactinomas: diagnosis and treatment. Expert Rev. Endocrinol. Metab., 2014; 7(2), 233–241. DOI: https://doi.org/10.1586/eem.12.4
9. Molitch ME, Drummond J, Korbonits M. Prolactinoma Management. 2018. In: Feingold KR, Anawalt B, Boyce A, et al., editors. Endotext. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279174/
14. Medscape. Prolactinoma. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/124634-overview#showall

Diagnosis Prolaktinoma
Prognosis Prolaktinoma

Artikel Terkait

  • Menangani Prolaktinoma Saat Kehamilan
    Menangani Prolaktinoma Saat Kehamilan
  • Luaran Prolaktinoma Setelah Kehamilan dan Laktasi
    Luaran Prolaktinoma Setelah Kehamilan dan Laktasi
Diskusi Terkait
dr. Diva Riamilda Irianto
19 Februari 2021
Kehamilan pada wanita prolaktinoma - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Diva Riamilda Irianto
1 Balasan
Alo dr. Aditya.. apakah wanita usia produktif dengan prolaktinoma berisiko susah hamil? terimakasih

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.