Epidemiologi Tinea Cruris
Epidemiologi tinea cruris atau kudis di selangkang paha dilaporkan lebih tinggi pada iklim yang lembap, dan 3 kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Di Indonesia, data tinea cruris secara nasional belum ada, tetapi salah satu studi di RS Dr. Cipto Mangunkusumo melaporkan penyebab tinea cruris paling sering adalah Tricophyton rubrum.[2,6]
Global
Di Amerika Serikat, tinea cruris dilaporkan mengenai 10-20% pasien yang datang ke dokter kulit. Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophyte adalah etiologi yang paling banyak dilaporkan di Asia.[2,5]
Indonesia
Data tinea cruris secara nasional belum ada. Sebuah studi yang dilakukan pada Agustus–Oktober 2015 di Ciamis Jawa Barat melaporkan bahwa tinea cruris dan tinea corporis lebih banyak didapatkan pada perempuan (52,5%), dan kelompok usia 45-64 tahun.[9]
Mortalitas
Tinea cruris tidak menyebabkan kematian dan apsien umumnya berespon baik dengan terapi tanpa komplikasi. Namun, tinea cruris bisa mengalami relaps maupun komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder akibat garukan.[3]