Diagnosis Sifilis
Diagnosis sifilis dapat ditegakkan dengan mencari gejala yang timbul seperti chancre dan condyloma lata, menggali faktor risiko pasien, dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti VDRL. [1,4]
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat seksual dan sosial pasien. Pertanyaan meliputi jumlah pasangan seksual, penggunaan kondom, riwayat infeksi menular seksual pada pasien dan pasangannya, penggunaan napza, dan paparan terhadap produk darah. Tanyakan juga riwayat munculnya chancre yang sembuh sendiri pada daerah kelamin, anus, vulva, atau perineum. [1]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien sifilis berbeda-beda pada setiap stadium sifilis.
Sifilis Primer
Chancre berbentuk ulkus tunggal, tepi teratur, indurasi, dengan dasar bersih, tidak nyeri. Biasanya lesi dimulai dengan papul soliter, kemerahan dan keras yang muncul pada glans penis, vulva, serviks, anus, jari, orofaring, lidah, dan puting. Lesi umumnya sembuh dalam 4 minggu atau 2 minggu dengan antibiotik.
Bisa juga didapatkan pembesaran kelenjar getah bening regional. [1,3,4]
Sifilis Sekunder
Pada sifilis sekunder lesi berbentuk polimorfik, tidak gatal dan seringkali terdapat pembesaran kelenjar getah bening generalisata. Umumnya lesi muncul 3 minggu setelah lesi primer dengan durasi 2-10 minggu. Bila tidak diterapi keseluruhan dapat hilang sendiri atau dapat pula rekuren dalam 2 tahun.
Gambaran yang sering ditemukan adalah ruam mukokutan difus, berbentuk makulopapular, papular, makular, atau anular papular, nonpruritik, dan simetris. Lesi seringkali ditemukan pada telapak tangan dan kaki.
Gambaran lain yang dapat muncul yaitu patchy alopecia, condyloma lata, dan gejala sistemik berupa malaise, demam, myalgia dan arthralgia. [3,4,6]
Sifilis Laten
Sifilis laten umumnya asimptomatik dan terbagi menjadi laten awal dan laten akhir. Periode laten awal adalah 1 tahun pertama setelah resolusi dari sifilis primer atau sekunder dengan hasil tes serologi reaktif. Bila durasi lebih dari 1 tahun atau tidak diketahui, maka dianggap sebagai periode laten akhir. [3,4]
Sifilis Tersier
Sifilis tersier memiliki progresifitas lambat dan dapat mengenai organ manapun dan menyebabkan kematian. Secara umum sifilis tersier terbagi menjadi sifilis gummatosa, sifilis kardiovaskular, dan neurosifilis. [1,4]
Lesi gummatosa sering muncul dalam 3-10 tahun setelah terinfeksi berupa infiltrat sirkumskrip kronis, berbatas tegas,dan destruktif yang dapat mengenai kulit, mukosa, atau tulang.
Sifilis kardiovaskular umumnya mengenai aorta dan dapat menyebabkan terbentuknya aneurisma, gangguan katup, dan penyempitan ostium koroner.
Neurosifilis dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pada jenis asimtomatik tidak ditemukan tanda dan gejala tetapi ditemukan abnormalitas pada cairan serebrospinal. Pada jenis simptomatik, neurosifilis dapat muncul sebagai meningitis sifilis, neurosifilis meningovaskular, dan neurosifilis parenkimatosa. [3,4]
Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital terbagi menjadi sifilis kongenital awal (terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan) dan sifilis kongenital akhir (terjadi pada anak berusia diatas 2 tahun.) Tanda yang muncul pada sifilis kongenital awal dapat berupa ruam difus, pengelupasan kulit, hepatosplenomegali, anemia, limfadenopati, demam, ikterik, saddle nose, pseudoparalisis, periostitis, glomerulonefritis, dan gangguan neurologi.
Pada sifilis kongenital akhir, tanda yang muncul mirip dengan gejala sifilis tersier pada orang dewasa. [1,4]
Diagnosis Banding
Pada pasien yang terdiagnosis sifilis sebaiknya dilakukan penelusuran infeksi menular seksual lainnya. Begitu pula bila terdapat ruam generalisata pada pasien dengan infeksi menular seksual, sifilis perlu dipikirkan. [1,2]
Diagnosis banding sifilis berdasarkan stadium antara lain:
-
Sifilis Primer: ulkus piogenik, herpes simpleks, balanitis, scabies, limfogranuloma venereum, chancroid, karsinoma sel skuamosa kulit, penyakit behcet
-
Sifilis Sekunder: alopecia areata, morbili, erupsi obat alergi, psoriasis, pityriasis rosea, condyloma acuminata, dermatitis seboroik
- Sifilis Tersier: aktinomikosis, sporotrikosis, neoplasma, tuberculosis kulit, gagal jantung kongestif, sarcoidosis, stroke [1,3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis. [2]
Sifilis Didapat
Pada sifilis yang didapat, mula-mula dilakukan pemeriksaan skrining nontreponema menggunakan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). Oleh karena dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu, perlu dilakukan konfirmasi dengan tes treponema seperti fluorescent treponemal antibody-absorbed test (FT-ABS), Treponema Pallidum Particle Agglutination (TPPA), dan Enzyme Immuno Assay (EIA).
Titer antibodi pemeriksaan nontreponema dipengaruhi oleh aktivitas penyakit dan dapat digunakan untuk mengetahui respon terapi dimana titer akan non reaktif seiring penyembuhan penyakit. Peningkatan titer 4 kali lipat mengindikasikan perbedaan yang signifikan antara dua pemeriksaan nontreponemal.
Pemeriksaan treponema umumnya akan tetap positif dalam waktu lama dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas penyakit atau terapi. [2,3]
Sifilis Kongenital
Pemeriksaan sifilis pada ibu hamil disarankan pada saat kunjungan prenatal yang pertama kali. Wanita berisiko tinggi untuk tertular sifilis harus diperiksa kembali pada trimester ketiga dan saat kelahiran anak. Wanita hamil dengan hasil tes seropositif harus dianggap infeksius kecuali terdapat riwayat terapi yang adekuat dalam rekam medis dan hasil titer antibodi sekuensial menunjukkan penurunan sebesar 4 kali lipat.
Titer serologi harus diperiksa setiap bulan bila pasien memiliki resiko untuk terinfeksi sifilis atau tinggal pada daerah dengan prevalensi tinggi penyakit ini. Setiap wanita yang melahirkan bayi lahir mati setelah 20 minggu masa gestasi disarankan untuk menjalani pemeriksaan sifilis.
Menentukan diagnosis sifilis kongenital tidak mudah karena antibodi IgG nontreponema dan treponema dari ibu dapat disalurkan pada bayi. [1,2]
Tabel. Klasifikasi Sifilis Kongenital Berdasarkan
Klasifikasi | Kriteria | Pemeriksaan lanjutan |
Proven atau highly probable | Pemeriksaan fisik abnormal yang konsisten dengan sifilis kongenital. Hasil kuantitatif pemeriksaan serologi nontreponema titernya 4 kali lipat dibandingkan titer ibu. Hasil positif pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau PCR menggunakan cairan lesi atau cairan tubuh. | VDRL, hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan lain sesuai indikasi seperti rontgen tulang, rontgen thoraks, fungsi hati, pencitraan neurologi, pemeriksaan oftalmologi dan auditory brainstem response. |
Possible | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: - Ibu tidak diterapi secara adekuat atau tidak ada bukti telah diterapi - Ibu diterapi menggunakan regimen yang berada diluar rekomendasi | VDRL, hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan radiologi pada tulang panjang |
Less likely | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: - Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan lebih dari 4 minggu sebelum kelahiran - Tidak ada bukti reinfeksi atau relaps pada ibu | Tidak ada |
Unlikely | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: - Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan sebelum kehamilan - Hasil titer serologi nontreponemal tetap rendah dan stabil sebelum hail, saat hamil dan saat kelahiran. | Tidak ada |