Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Sifilis general_alomedika 2022-02-17T11:26:57+07:00 2022-02-17T11:26:57+07:00
Sifilis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Sifilis

Oleh :
Ricky Dosan
Share To Social Media:

Diagnosis sifilis dapat ditegakkan dengan mencari gejala yang timbul seperti chancre dan condyloma lata, menggali faktor risiko pasien, dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti VDRL. [1,4]

Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat seksual dan sosial pasien. Pertanyaan meliputi jumlah pasangan seksual, penggunaan kondom, riwayat infeksi menular seksual pada pasien dan pasangannya, penggunaan napza, dan paparan terhadap produk darah. Tanyakan juga riwayat munculnya chancre yang sembuh sendiri pada daerah kelamin, anus, vulva, atau perineum. [1]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien sifilis berbeda-beda pada setiap stadium sifilis.

Sifilis Primer

Chancre berbentuk ulkus tunggal, tepi teratur, indurasi, dengan dasar bersih, tidak nyeri. Biasanya lesi dimulai dengan papul soliter, kemerahan dan keras yang muncul pada glans penis, vulva, serviks, anus, jari, orofaring, lidah, dan puting. Lesi umumnya sembuh dalam 4 minggu atau 2 minggu dengan antibiotik.

Bisa juga didapatkan pembesaran kelenjar getah bening regional. [1,3,4]

Sifilis Sekunder

Pada sifilis sekunder lesi berbentuk polimorfik, tidak gatal dan seringkali terdapat pembesaran kelenjar getah bening generalisata.  Umumnya lesi muncul 3 minggu setelah lesi primer dengan durasi 2-10 minggu. Bila tidak diterapi keseluruhan dapat hilang sendiri atau dapat pula rekuren dalam 2 tahun.

Gambaran yang sering ditemukan adalah ruam mukokutan difus, berbentuk makulopapular, papular, makular, atau anular papular, nonpruritik, dan simetris. Lesi seringkali ditemukan pada telapak tangan dan kaki.

Gambaran lain yang dapat muncul yaitu patchy alopecia, condyloma lata, dan gejala sistemik berupa malaise, demam, myalgia dan arthralgia. [3,4,6]

Sifilis Laten

Sifilis laten umumnya asimptomatik dan terbagi menjadi laten awal dan laten akhir. Periode laten awal adalah 1 tahun pertama setelah resolusi dari sifilis primer atau sekunder dengan hasil tes serologi reaktif. Bila durasi lebih dari 1 tahun atau tidak diketahui, maka dianggap sebagai periode laten akhir. [3,4]

Sifilis Tersier

Sifilis tersier memiliki progresifitas lambat dan dapat mengenai organ manapun dan menyebabkan kematian. Secara umum sifilis tersier terbagi menjadi sifilis gummatosa, sifilis kardiovaskular, dan neurosifilis. [1,4]

Lesi gummatosa sering muncul dalam 3-10 tahun setelah terinfeksi berupa infiltrat sirkumskrip kronis, berbatas tegas,dan destruktif yang dapat mengenai kulit, mukosa, atau tulang.

Sifilis kardiovaskular umumnya mengenai aorta dan dapat menyebabkan terbentuknya aneurisma, gangguan katup, dan penyempitan ostium koroner.

Neurosifilis dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pada jenis asimtomatik tidak ditemukan tanda dan gejala tetapi ditemukan abnormalitas pada cairan serebrospinal. Pada jenis simptomatik, neurosifilis dapat muncul sebagai meningitis sifilis, neurosifilis meningovaskular, dan neurosifilis parenkimatosa. [3,4]

Sifilis Kongenital

Sifilis kongenital terbagi menjadi sifilis kongenital awal (terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan) dan sifilis kongenital akhir (terjadi pada anak berusia diatas 2 tahun.) Tanda yang muncul pada sifilis kongenital awal dapat berupa ruam difus, pengelupasan kulit, hepatosplenomegali, anemia, limfadenopati, demam, ikterik, saddle nose, pseudoparalisis, periostitis, glomerulonefritis, dan gangguan neurologi.

Pada sifilis kongenital akhir, tanda yang muncul mirip dengan gejala sifilis tersier pada orang dewasa. Dokter perlu memahami cara-cara skrining sifilis kongenital.[1,4]

Diagnosis Banding

Pada pasien yang terdiagnosis sifilis sebaiknya dilakukan penelusuran infeksi menular seksual lainnya. Begitu pula bila terdapat ruam generalisata pada pasien dengan infeksi menular seksual, sifilis perlu dipikirkan. [1,2]

Diagnosis banding sifilis berdasarkan stadium antara lain:

  • Sifilis Primer: ulkus piogenik, herpes simpleks, balanitis, scabies, limfogranuloma venereum, chancroid, karsinoma sel skuamosa kulit, penyakit behcet

  • Sifilis Sekunder: alopecia areata, morbili, erupsi obat alergi, psoriasis, pityriasis rosea, condyloma acuminata, dermatitis seboroik

  • Sifilis Tersier: aktinomikosis, sporotrikosis, neoplasma, tuberculosis kulit, gagal jantung kongestif, sarcoidosis, stroke  [1,3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis. [2]

Sifilis Didapat

Pada sifilis yang didapat, mula-mula dilakukan pemeriksaan skrining nontreponema menggunakan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). Oleh karena dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu, perlu dilakukan konfirmasi dengan tes treponema seperti fluorescent treponemal antibody-absorbed test (FT-ABS), Treponema Pallidum Particle Agglutination (TPPA), dan Enzyme Immuno Assay (EIA).

Titer antibodi pemeriksaan nontreponema dipengaruhi oleh aktivitas penyakit dan dapat digunakan untuk mengetahui respon terapi dimana titer akan non reaktif seiring penyembuhan penyakit. Peningkatan titer 4 kali lipat mengindikasikan perbedaan yang signifikan antara dua pemeriksaan nontreponemal.

Pemeriksaan treponema umumnya akan tetap positif dalam waktu lama dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas penyakit atau terapi. [2,3]

Sifilis Kongenital

Pemeriksaan sifilis pada ibu hamil disarankan pada saat kunjungan prenatal yang pertama kali. Wanita berisiko tinggi untuk tertular sifilis harus diperiksa kembali pada trimester ketiga dan saat kelahiran anak. Wanita hamil dengan hasil tes seropositif harus dianggap infeksius kecuali terdapat riwayat terapi yang adekuat dalam rekam medis dan hasil titer antibodi sekuensial menunjukkan penurunan sebesar 4 kali lipat.

Titer serologi harus diperiksa setiap bulan bila pasien memiliki resiko untuk terinfeksi sifilis atau tinggal pada daerah dengan prevalensi tinggi penyakit ini. Setiap wanita yang melahirkan bayi lahir mati setelah 20 minggu masa gestasi disarankan untuk menjalani pemeriksaan sifilis.

Menentukan diagnosis sifilis kongenital tidak mudah karena antibodi IgG nontreponema dan treponema dari ibu dapat disalurkan pada bayi.  [1,2]

Tabel. Klasifikasi Sifilis Kongenital Berdasarkan

Klasifikasi

Kriteria

Pemeriksaan lanjutan

Proven atau highly probable

Pemeriksaan fisik abnormal yang konsisten dengan sifilis kongenital.

Hasil kuantitatif pemeriksaan serologi nontreponema titernya 4 kali lipat dibandingkan titer ibu.

Hasil positif pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau PCR menggunakan cairan lesi atau cairan tubuh.

VDRL, hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan lain sesuai indikasi seperti rontgen tulang, rontgen thoraks, fungsi hati, pencitraan neurologi, pemeriksaan oftalmologi dan auditory brainstem response.

Possible

Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal  dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut:

- Ibu tidak diterapi secara adekuat atau tidak ada bukti telah diterapi

- Ibu diterapi menggunakan regimen yang berada diluar rekomendasi

- Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan kurang dari 4 minggu sebelum kelahiran

VDRL, hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan radiologi pada tulang panjang
Less likely

Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal  dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut:

- Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan lebih dari 4 minggu sebelum kelahiran

- Tidak ada bukti reinfeksi atau relaps pada ibu

Tidak ada
Unlikely

Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal  dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut:

- Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan sebelum kehamilan

- Hasil titer serologi nontreponemal tetap rendah dan stabil sebelum hail, saat hamil dan saat kelahiran.

Tidak ada

 

Referensi

1. Chandrasekar PH. Syphilis. In: Bronze MS, editors. Medscape. Jul 2017.Available from: https://emedicine.medscape.com/article/229461-overview
2. Centers of Disease Control and Prevention. Syphilis. In: Sexually Transmitted Diseases. 2017. Available from: https://www.cdc.gov/std/tg2015/syphilis.htm
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia. Sifilis. In: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit di Indonesia. 2017. Available from: https://www.perdoski.id/buku/read/114-panduan-praktik-klinis
4. Ingram B. The Many Presentations of Syphilis. In: Journal of Dermatology Nurse Association. 2016;8(5):318-24. Available from: https://nursing.ceconnection.com/ovidfiles/01412499-201609000-00005.pdf
5. Lafond RE, Lukehart SA. Biological Basis for Syphilis. In: Clin Microbiol Rev. 2006;19(1):29-49. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16418521
6. Peeling RW, Hook EW. The Pathogenesis of Syphilis: the Great Mimicker Revisited. In: J Pathol. 2006;208(2):224-32. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16362988

Epidemiologi Sifilis
Penatalaksanaan Sifilis

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
    Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
  • Red Flag Keringat Malam
    Red Flag Keringat Malam
Diskusi Terkait
dr.Nova Megawati Sinaga
15 Januari 2022
Penanganan sifilis selanjutnya pada ibu pasca melahirkan
Oleh: dr.Nova Megawati Sinaga
2 Balasan
Alodokter, mohon panduannya terkait panduan pengobatan pasien ibu hamil aterm dengan keluhan keputihan, hasil RPR test positif (laboratorium puskesmas) sudah...
Anonymous
28 Desember 2021
Sifilis pada ibu hamil apakah boleh melahirkan normal - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO Dr. Raissa Sp.OG, Ijin bertanya dok, jika ibu hamil dengan sifilis, apa yang disarankan dalam proses melahirkan, normal atau sc? Antibiotik yang aman...
drg. Annisa Widiandini
17 Desember 2021
Live Webinar Alomedika-Menuju Tercapainya Triple Eliminasi dalam Kehamilan. Minggu 19 Desember 2021 (15.00 - 17.00 WIB)
Oleh: drg. Annisa Widiandini
0 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Menuju Tercapainya Triple Eliminasi dalam Kehamilan".Pembukaan: dr. Ari K Januarto, SpOG(K)Moderator...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.