Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hiperpigmentasi Pascainflamasi general_alomedika 2022-12-01T11:39:46+07:00 2022-12-01T11:39:46+07:00
Hiperpigmentasi Pascainflamasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hiperpigmentasi Pascainflamasi

Oleh :
dr.Dina Fauziah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) utamanya dengan mengidentifikasi dan mengatasi penyebab utama, dan berusaha menghilangkan hiperpigmentasi yang telah muncul. Penting juga untuk diketahui bahwa terapi HPI memiliki risiko memicu iritasi dan inflamasi, sehingga dapat berisiko memperburuk kondisi HPI.

Oleh karena itu, terapi HPI memerlukan pengawasan ketat. Perlu diingat juga bahwa secara umum pengobatan HPI cenderung sulit dan memakan waktu hingga 6-12 bulan untuk mencapai hasil yang diinginkan.[3,8]

Medikamentosa

Medikasi yang umumnya digunakan pada pasien HPI adalah topical depigmenting agent, seperti hydroquinone, azelaic acid, kojic acid, ekstrak licorice, dan retinoid. Obat-obatan ini dapat diberikan tunggal maupun kombinasi.[3]

Agen Depigmentasi

Salah satu agen depigmentasi yang berguna untuk memutihkan daerah hiperpigmentasi adalah hydroquinone. Hydroquinone merupakan 1,4-benzenediol yang dapat menekan proses metabolisme dari melanosit, terutama proses oksidasi enzimatik dari tyrosine menjadi 3,4-dihyroxyphenylamine. Akan tetapi, paparan sinar matahari dapat menyebabkan repigmentasi ulang, sehingga pasien perlu diedukasi untuk selalu menggunakan tabir surya.[2,3]

Agen Topikal

Agen topikal untuk mengobati jerawat atau biasa disebut produk antijerawat dipergunakan karena efek antibakterial, komedolitik, serta tambahan efek memutihkan. Pada pasien dengan kecenderungan HPI karena jerawat diperlukan langkah pencegahan dengan memberikan terapi antijerawat yang efektif sejak dini untuk meminimalisir abnormalitas pigmentasi. Salah satu obat yang menjadi pilihan adalah azelaic acid karena memiliki efek anti-jerawat sekaligus baik untuk mengatasi hiperpigmentasi.[2,3]

Agen Keratolitik

Agen keratolitik merupakan agen yang dapat melembutkan struktur jaringan epitel terkornifikasi hingga kemudian terjadilah proses maserasi dan deskuamasi. Salah satu agen keratolitik yang dapat digunakan pada pasien HPI adalah topical trichloroacetic acid yang merupakan agen pengering yang bersifat sangat korosif dapat membakar lesi pada jaringan kulit. Meskipun agen ini bersifat tajam dan dapat membakar namun dibandingkan agen lain dari kelas yang sama trichloroacetic acid menyebabkan lebih sedikit iritasi lokal dan toksisitas sistemik.[1,3]

Agen Retinoid

Agen retinoid merupakan golongan obat yang berguna menurunkan perlekatan antar hiperproliferatif keratinosit yang abnormal serta memodulasi proses diferensiasi keratinosit. Salah satu obat yang masuk kategori ini adalah tretinoin topical yang dapat menghambat pembentukan microcomedo dan menghilangkan lesi. Tretinoin  dapat menurunkan pelekatan keratinosit di folikel sebasea serta memudahkan pelepasan.[3,2]

Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat memicu berbagai macam perubahan metabolik. Obat ini dapat memodifikasi respons imun tubuh terhadap berbagai macam stimulus. Obat-obat golongan ini digunakan pada HPI setelah tercapai pemulihan yang memuaskan pada hiperpigmentasi untuk memicu proses penyembuhan. Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dikombinasikan dengan Hydroquinone. Beberapa pilihan yang dapat digunakan meliputi hydrocortisone topikal, desonide, dan betamethasone topikal.[3,4]

Pilihan-pilihan obat-obatan di atas dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk memudarkan lesi hiperpigmentasi. Akan tetapi penggunaan kombinasi obat topikal, agen pengelupasan (peeling) kimiawi, serta penggunaan tabir surya diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pilihan terapi diatas untuk saat ini hanya terbukti efektif untuk mengatasi hiperpigmentasi epidermal. Hingga saat ini pengobatan yang efektif untuk hipermelanosis dermal masih belum ditemukan.[3,6,7]

Prosedur Menggunakan Agen Kimia dan Laser

Modalitas terapi selain medikamentosa adalah penggunaan intervensi pengelupasan kimiawi dan terapi berbasis laser. Untuk terapi pengelupasan terdapat berbagai macam pilihan agen kimiawi yang dapat digunakan. Penggunaan dua metode diatas memerlukan perhatian khusus karena dapat beresiko menyebabkan perlukaan baru dan dispigmentasi permanen.[8,10]

Pengelupasan Kimiawi

Pada pasien dengan kulit yang lebih gelap agen pengelupas kimiawi akan bekerja sebatas papillary dermis sehingga masih dapat ditolerir dan menghasilkan hasil klinis yang baik. Akan tetapi perlu diperhatikan agen kimiawi yang digunakan untuk menghindari iritasi yang dapat memperburuk HPI dan menimbulkan komplikasi seperti timbul area dispigmentasi yang baru, munculnya keloid, dan perlukaan hipertropik.[3,8]

Beberapa agen kimiawi yang biasa digunakan untuk pengelupasan kimiawi meliputi:

  • Asam Glikolat, merupakan golongan alpha-hydroxy acid (AHA) yang dapat diekstrak secara alami dari tebu. Bersifat epidermolysis dan dapat mendispersi lapisan basal melanin, dan meningkatkan sintesis kolagen dermis. Sediaan asam glikolat bervariasi mulai rentang konsentrasi 20% hingga 70% dan memerlukan air atau sodium bikarbonat untuk menghentikan proses pengelupasan[8,14]
  • Asam salisilat, merupakan golongan beta-hydroxy acid (BHA) yang diekstrak dari kulit pohon willow. Asam salisilat dapat menginduksi keratolisis dengan memutuskan ikatan lipid interseluler antara sel-sel epiteloid. Sediaan yang digunakan untuk pengelupasan bervariasi antara 20-30% tanpa memerlukan penetralisir untuk menghentikan proses pengelupasan[6,8]

  • Trichloroacetic acid (TCA) bisa digunakan juga sebagai pilihan agen pengelupasan kimiawi. Agen ini terbukti efektif untuk mengobati melasma. Akan tetapi penggunaannya pada pasien berkulit gelap dengan HPI masih belum memiliki bukti klinis yang mencukupi[8,15]

Terapi Berbasis Laser

Walaupun penggunaan agen topikal pencerah kulit tetap menjadi terapi pilihan pada pasien HPI, penggunaan terapi laser dapat menjadi tambahan terapi yang efektif maupun alternatif terapi bagi pasien yang mengalami kegagalan terapi. Akan tetapi referensi yang secara spesifik membahas penggunaan terapi laser sebagai terapi HPI pada berbagai jenis kulit masih terbatas.

Laser hijau (panjang gelombang 510 nm, 532 nm), merah (694 nm), dan near-infrared (755 nm, 1064 nm) merupakan jenis sinar yang bersifat pigment-specific dengan sasaran utama melanosome intraseluler. Namun, laser dengan panjang gelombang pendek hanya dapat diserap dengan efektif oleh melanin epidermal.

Sedangkan laser dengan panjang gelombang yang lebih panjang seperti blue light dan neodymium-doped yttrium aluminium garnet dapat menembus lapisan kulit yang lebih dalam dengan penyerapan yang lebih selektif pada target di lapisan dermis sehingga lebih aman digunakan pada pasien berkulit gelap.[3,8]

Terapi Suportif

Bagian yang tak terpisahkan dari terapi HPI yang harus diperhatikan dan tidak dianggap remeh adalah pentingnya perlindungan dari paparan matahari untuk mencegah perburukan lesi HPI. Pasien harus rutin menggunakan tabir surya dengan SPF 15 atau lebih dan beberapa langkah perlindungan lain seperti menghindari paparan sinar matahari langsung serta penggunaan pakaian yang menutup.[8,10]

Referensi

1. Halder RM, Nootheti PK. Ethnic skin disorders overview. J Am Acad Dermatol. 2003;48(6 Suppl):S143–8.
2. Taylor S, Grimes P, Lim J, Im S, Lui H. Postinflammatory hyperpigmentation. J Cutan Med Surg. 2009;13(4):183–91.
3. Kaufman, Bridget P., Aman, Taulun., Alexis, Andrew F. Postinflammatory Hyperpigmentation: Epidemiology, Clinical Presentation, Pathogenesis and Treatment.Am J Clin Dermatol. 2018. https://doi.org/10.1007/s40257-017-0333-6.
4. Lacz NL, Vafaie J, Kihiczak NI, Schwartz RA. Postinflamma- tory hyperpigmentation: a common but troubling condition. Int J Dermatol. 2004;43(5):362–5.
6. Joshi SS, Boone SL, Alam M, Yoo S, White L, Rademaker A, et al. Effectiveness, safety, and effect on quality of life of topical salicylic acid peels for treatment of post inflammatory hyper- pigmentation in dark skin. Dermatol Surg. 2009;35(4):638.
7. Callender VD, Alexis AF, Daniels SR, Kawata AK, Burk CT, Wilcox TK, et al. Racial differences in clinical characteristics, perceptions and behaviors, and psychosocial impact of adult female acne. J Clin Aesthet Dermatol. 2014;7(7):19–31.
8. Davis, Erica C., Callender, Valerie D. 2010. Postinflammatory Hyperpigmentation A Review of the Epidemiology, Clinical Features, and Treatment Options in Skin of Color. The Journal of Clinical Aesthetic Dermatology Volume 3.
9. Abad-casintahan F, Chow SKW, Goh CL, et al. Frequency and characteristic of acne-related post-inflammatory hyperpigmentation. Journal of dermatology. 2016. doi: 10.1111/1346-8138.13263
10. Melyawati, Nilasari, Hanny., Sirait, Sondan P., et al. 2014. Korelasi Klinikopatologis Pada Kelainan Kulit Hiperpigmentasi. MDVI Vol. 41 No. 4 Tahun 2014; 170 - 176 .
14. Song JY, Kang HA, Kim MY, et al. Damage and recovery of skin barrier function after glycolic acid chemical peeling and crystal microdermabrasion. Dermatol Surg. 2004;30: 390–394.
15. Nanda S, Grover C, Reddy BS. Efficacy of hydroquinone (2%) versus tretinoin (0.025%) as adjunct topical agents for chemical peeling in patients of melasma. Dermatol Surg. 2004;30:385–388.

Diagnosis Hiperpigmentasi Pascai...
Prognosis Hiperpigmentasi Pascai...
Diskusi Terkait
Anonymous
12 hari yang lalu
Cara menghilangkan bekas gigitan tomcat di leher
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya mendapat pasien bekas gigitan tomcat di Leher. Sayangnya pasien tidak mau difotoBekas gigitan sudah mengering, tidak gatal. Sehingga tidak...
Anonymous
07 September 2022
Pasien wanita usia 20 tahun dengan hiperpigmentasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alodok, selamat siangPasien Nn. N /20 tahun, datang dengan keluhan kulit kehitaman sejak 2 minggu yll, muncul tiba², awalnya sedikit kelamaan jd banyak,...
Anonymous
23 Agustus 2022
Tatalaksana PIH di tingkat faskes tingkat I - Kulit Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter, apa saran atau tata laksana untuk pasien diskromia ec post burn/ PIH yang dapat kita berikan di faskes tingkat I ya, Dok?Terima kasih banyak  

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.