Patofisiologi Cutaneous Larva Migrans
Patofisiologi cutaneous larva migrans adalah melalui infestasi larva filariformis cacing tambang di kulit. Cacing tambang dewasa hidup pada usus halus anjing dan kucing. Telurnya banyak ditemukan pada feses hewan-hewan tersebut.
Telur akan menetas menjadi larva rhabditiformis dalam 1-2 hari bila berada pada kondisi yang sesuai, yaitu tanah lembab dan berpasir sebagai inkubatornya dengan temperatur 23-30 C. Setelah telur menetas, larva kemudian berpindah dari feses ke tanah. Dalam siklus hidupnya, di tanah larva rhabditiformis kemudian berkembang menjadi larva filariformis dalam 5-10 hari, fase larva filariformis ini adalah fase infektif cacing tambang.
Larva filariformis ini yang kemudian mempenetrasi kulit manusia secara tidak sengaja saat kulit bersentuhan langsung dengan tanah yang terkontaminasi. Karena larva filariformis cacing tambang tidak dapat memproduksi protease dan kolagenase yang dapat mempenetrasi membran basalis kulit manusia, larva akhirnya akan mati dengan sendirinya karena tidak dapat bereproduksi. [3,4,6,7]