Diagnosis Hernia Inguinalis
Diagnosis hernia inguinalis umumnya dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang jarang dilakukan, namun dapat bermanfaat pada kondisi tertentu misalnya untuk mendeteksi komplikasi. [18]
Anamnesis
Hernia inguinalis dapat asimtomatis dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan fisik. Pada pasien simtomatis, keluhan pasien dapat berupa rasa tidak nyaman di daerah benjolan.
Pasien juga dapat menyadari adanya benjolan yang keluar masuk secara spontan di area inguinal atau skrotum. Biasanya keluarnya benjolan dipicu oleh peningkatan tekanan intraabdomen, misalnya saat pasien mengedan atau batuk. Benjolan umumnya menghilang spontan setelah beberapa saat atau jika pasien berbaring.
Regangan pada jaringan sekitar hernia dapat menyebabkan rasa terbakar atau nyeri lokalis pada area hernia. Nyeri dapat memberat dengan manuver Valsava.
Setiap hernia reponibilis memiliki risiko untuk menjadi inkarserata, yang dapat menyebabkan obstruksi dan strangulasi. Pada strangulasi, terdapat pemutusan aliran darah yang menyebabkan iskemia usus. Pada kondisi ini pasien umumnya datang dengan keluhan nyeri akut hebat. [18]
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis hernia inguinalis umumnya dapat ditegakkan secara adekuat dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi terutama pada area inguinal dan femoral ketika pasien sedang berdiri. Pada inspeksi dapat dicari tanda-tanda penonjolan, pembengkakan, perubahan warna, dan adakah asimetri pada kedua sisi bilateral inguinalis. Lalu pasien diminta untuk melakukan manuver valsava untuk melihat apakah benjolan membesar.
Palpasi dimulai dari kulit longgar terbawah skrotum hingga annulus inguinalis interna. Pada regio skrotum, palpasi mengikuti arah korda spermatika ke atas hingga ligamentum inguinalis dan orifisium annulus inguinalis eksterna. Annulus inguinalis eksterna berada pada sisi medial dan inferior dari tuberkel pubis. Kanalis inguinalis berada pada sisi lateral dari annulus tersebut. Pada posisi palpasi kanalis tersebut, pasien kembali diminta untuk melakukan manuver valsava untuk mencari tonjolan hernia.
Pada kondisi nyeri akut pada hernia harus selalu dicurigai adanya hernia strangulasi. Pada hernia strangulasi akan ditemukan nyeri tekan, hiperemis, disertai mual muntah. Hernia strangulasi merupakan kondisi kegawatdaruratan dan membutuhkan tatalaksana bedah segera. [18]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding nyeri maupun benjolan pada area inguinalis meliputi sports hernia, hernia femoralis, osteitis pubis, adduktor tendinopati, dan limfoma.
Sports Hernia
Sports hernia atau sering disebut juga dengan athletic pubalgia, merupakan kondisi dimana terjadi robekan serabut jaringan ikat pada regio inguinal akibat penggunaan berulang terus-menerus (overuse). Kondisi ini sering terjadi pada atlet dengan aktivitas fisik intensitas tinggi. Pasien umumnya keluhan berupa nyeri pada bagian inguinalis, namun tidak ditemukan benjolan. Kondisi ini sangat menyerupai hernia inguinalis, namun pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan benjolan meski dilakukan manuver valsava.
Pada umumnya sports hernia memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk dapat dibedakan dengan hernia inguinalis. Pemeriksaan penunjang yang paling disarankan pada kasus tersebut adalah dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang menunjukkan kerusakan jaringan ikat pada sports hernia. [18]
Hernia Femoralis
Pada hernia femoralis, hernia menonjol melalui defek pada kanalis femoralis dan cincin hernia. Secara klinis hernia femoralis menyerupai hernia inguinalis, namun pada hernia femoralis, masa ditemukan pada regio paha dalam.
Secara epidemiologis, hernia femoralis berbeda dengan hernia inguinalis, dimana hernia femoralis lebih sering ditemukan pada wanita. Presentasi klinis hernia femoralis juga kerap lebih berat, karena lebih sering ditemukan inkarserata dan obstruksi usus dibandingkan hernia inguinalis. Pada pemeriksaan CT scan, hernia femoralis ditandai dengan kompresi vena femoralis akibat penyempitan kanalis femoralis. Sedangkan pada hernia inguinalis, kanalis femoralis ditemukan lapang. [19]
Osteitis Pubis
Osteitis pubis merupakan peradangan noninfektif pada regio simfisis pubis dan otot sekitarnya akibat penggunaan berulang dan berlebih. Kondisi ini dapat dibedakan dengan hernia inguinalis berdasarkan keluhan nyeri yang dirasakan. Pada osteitis pubis, nyeri umumnya dirasakan sepanjang simfisis pubis, berbeda dengan hernia inguinalis dimana nyeri umumnya dirasakan pada salah satu sisi inguinal, memberat dengan aktivitas fisik yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen, dan lebih mengganggu pada sore atau malam hari setelah beraktivitas panjang.[18]
Adduktor Tendinopati
Adduktor tendinopati merupakan kondisi akibat peradangan pada hip tendon adductor. Gejala adduktor tendinopati berupa nyeri yang disertai kaku terutama pada pagi hari sebelum memulai aktivitas. Pada kondisi ini, nyeri bertambah dengan gerakan dan kontraksi otot adduktor. Keluhan nyeri tersebut berbeda dengan hernia inguinalis yang umumnya terjadi setelah beraktivitas dan bertambah pada gerakan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen. [20]
Limfoma
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Hal ini dapat menyerupai hernia inguinalis dengan presentasi klinis umumnya berupa massa padat. Limfoma dapat dibedakan dengan hernia inguinalis dengan mencari keterlibatan gejala sistemik lainnya. Pada limfoma dapat ditemukan organomegali dan gejala sistemik yang berhubungan dengan keganasan, yang tidak dijumpai pada hernia inguinalis. [18]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada hernia inguinalis, namun dapat bermanfaat pada kondisi tertentu seperti hernia rekurens, hernia dengan klinis tidak jelas, hernia dengan hidrokel, maupun pada nyeri kronis pasca pembedahan.
USG
Pemeriksaan USG dapat membantu membedakan hernia inkarserata dengan kelainan nodus limfe maupun massa lainnya. Sensitivitas ultrasonografi dilaporkan tinggi (sensitivitas 90%, spesifisitas 82-86%). [16]
MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) memiliki sensitivitas >95% dalam membedakan hernia inguinalis dari femoralis atau hernia yang tidak teraba pada pemeriksaan fisik. Pada kecurigaan hernia inguinalis dengan klinis tidak jelas, kecurigaan sports hernia, maupun nyeri pada regio inguinalis yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas, modalitas MRI dapat sangat membantu penegakan diagnosis. [16]