Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Makrognatia general_alomedika 2023-03-01T15:15:59+07:00 2023-03-01T15:15:59+07:00
Makrognatia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Makrognatia

Oleh :
dr. Sandy S Sopandi
Share To Social Media:

Tata laksana makrognatia atau macrognathia terdiri dari terapi ortodontik dan bedah ortognatik. Tidak terdapat terapi farmakologis. Prosedur ortodontik maupun bedah sebaiknya tidak melibatkan bagian mandibula tempat perlekatan otot mastikasi primer agar tidak mengganggu fungsi mengunyah dan mencapai keberhasilan terapi yang optimal. Otot mastikasi primer adalah otot masseter, otot temporalis, dan otot pterygoid.[2,6]

Terapi Ortodontik

Terapi ortodontik bertujuan untuk memperbaiki oklusi rahang. Berbagai sarana ortopedi yang tersedia antara lain protraction facemask, chin cup, alat FR3 Frankel, bionator, reverse Twin-block, retraktor mandibula bongkar pasang, korektor double-piece, elastik Kelas III, headgear mandibula, alat Jasper Jumper termodifikasi, busur tandem traksi termodifikasi, serta alat dan plat lidah terfiksasi.[4-6]

Sebagian studi melaporkan bahwa terapi ortodontik sebaiknya dilakukan sejak dini, usia <10 tahun, untuk mencapai efek maksimal dan mengurangi kemungkinan diperlukannya terapi bedah. Sementara studi lain menyebutkan bahwa usia pasien hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap hasil akhir terapi. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi hasil terapi ortodontik dalam jangka panjang.[5]

Terapi ortodontik dengan facemask memiliki risiko efek samping seperti iritasi dan abrasi jaringan lunak serta ketidaknyamanan karena bulky. Kedua hal ini bukan merupakan masalah bagi ortodontik intraoral yang terfiksasi. Hasil terapi yang optimal memerlukan compliance pasien jangka panjang.[4]

Perkembangan terapi genetik memungkinkan regulasi gen-gen yang berperan dalam peningkatan risiko prognatia seperti Matrilin-1, TGF-β3, EVC, ADAMTS1, RUNX2, dan lain-lain.[3]

Pembedahan Ortognatik

Terapi bedah pada makrognatia diindikasikan bila derajat keparahan tidak dapat diperbaiki hanya dengan intervensi ortodontik, atau bila terapi ortodontik belum berhasil. Terapi bedah paling efektif setelah pertumbuhan selesai, yaitu ketika pusat pertumbuhan mandibula berhenti berfungsi pada usia 18-20 tahun.[11]

Terapi pembedahan meliputi osteotomi untuk mengoreksi deformitas, yaitu mengurangi bagian mandibula yang terlalu besar, biasanya ramus dan korpus mandibula. Insisi untuk mengakses tulang mandibula dapat dilakukan di sisi bawah mandibula, atau intraoral pada mukosa mulut. Sekarang, osteotomi ramus split bilateral sagital untuk memposisikan mandibula ke arah posterior merupakan terapi paling universal pada pasien dengan prognatisme.[3,6,11]

Bila kelainan pasien meliputi hipoplasia maksila, prosedur bedah dapat menyertakan osteotomi maksila Le Fort I. Selain itu, genioplasti dapat dilakukan untuk memperbaiki prominensia dagu. Segmen rahang difiksasi pada posisi yang diinginkan dengan screw. Splint dipasang untuk mempertahankan oklusi pascaoperasi.[8,11]

Paratiroidektomi

Pada makrognatia yang disebabkan oleh osteodistrofi renal pada pasien dialisis ginjal, paratiroidektomi dapat menghentikan hiperparatiroidisme akibat stimulasi maladaptif hormon paratiroid. Efektivitas terapi ini masih diperdebatkan.[9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

2. Joshi N, Hamdan AM, Fakhouri WD. Skeletal malocclusion: a developmental disorder with a life-long morbidity. J Clin Med Res. 2014;6(6):399–408.
3. Liu H, Wu C, Lin J, Shao J, Chen Q, Luo E. Genetic etiology in nonsyndromic mandibular prognathism. J Craniofac Surg. 2017;28(1):161–9.
4. Farhadian N, Soheilifar S, Abolvardi M, Miresmailei A, Mohammadi Y. Effects of facemasks versus intraoral appliances in treating maxillary deficiency in growing patients: a systematic review and meta-analysis. Dent Med Probl. 2019;56(4):401-10.
5. Woon SC, Thiruvenkatachari B. Early orthodontic treatment for Class III malocclusion: a systematic review and meta-analysis. Am J Orthod Dentofac Orthop. 2017;151(1):28–52.
6. Brandon SA. Bilateral osteotomy of the mandible for the correction of macrognathia. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1949;2(7):832-41.
8. Doraczynska-kowalik A, Nelke KH, Pawlak W, Sasiadek MM, Gerber H. Genetic factors involved in mandibular prognathism. J Craniofac Surg. 2017;00(00):1–9.
9. Hata T, Irei I, Tanaka K, Nagatsuka H, Hosoda M. Macrognathia secondary to dialysis-related renal osteodystrophy treated successfully by parathyroidectomy. J Oral Maxillofac Surg. 2006;378–82.

Diagnosis Makrognatia
Prognosis Makrognatia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 41 menit yang lalu
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 52 menit yang lalu
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 1 jam yang lalu
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
1 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.