Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Malignant Hyperthermia general_alomedika 2019-11-29T15:46:39+07:00 2019-11-29T15:46:39+07:00
Malignant Hyperthermia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Malignant Hyperthermia

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Malignant hyperthermia adalah kelainan genetik langka yang menyebabkan timbulnya respon hipermetabolik terhadap agen anestesi inhalasi (misal: halothane, isoflurane, sevoflurane, desflurane) atau muscle relaxant suksinilkolin. Respon hipermetabolik ini menghasilkan panas sehingga menyebabkan hipoksemia, asidosis metabolik, rhabdomiolisis, dan peningkatan suhu tubuh secara cepat dan sering berdampak fatal.[1]

Malignant hyperthermia disebabkan defek pembentukan reseptor ryanodine (calcium release channel) pada otot skeletal. Dua gen etiologi yang telah diketahui berperan menyebabkan malignant hyperthermia adalah mutasi autosomal dominan pada gen RYR1 (50% kasus) dan CACNA1S (1% kasus). Mayoritas individu dengan central core disease (CCD), kelemahan otot akibat miopati herediter, mudah terkena malignant hyperthermia. Selain itu multi-minicore disease (MmD), central nuclear myopathy, dan King-Denborough syndrome juga menjadi predisposisi terhadap malignant hyperthermia.[2,3] Pada dasarnya, sulit untuk dapat mencurigai adanya potensi malignant hyperthermia pada pasien karena tidak adanya gejala atau perubahan fenotipe pada individu dengan mutasi gen tersebut.

malignant hyperthermia

Diagnosis awal malignant hyperthermia umumnya ditandai dengan meningkatnya end-tidal CO2, rigiditas otot, takikardia, asidosis, aritmia. Hasil analisa gas darah dapat menunjukkan kombinasi asidosis metabolik dan respiratorik dengan base excess negative, laktemia, hiperkapnia, dan hipoksemia. Sementara hasil laboratorium elektrolit menunjukkan hiperkalemia.[1,3] Namun, diagnosis definitif atau gold standard untuk malignant hyperthermia hanyalah biopsi otot dan in-vitro contracture test di mana respon kontraktilitas otot yang dipajankan dengan halothane dan kafein dinilai.[3]

Tatalaksana malignant hyperthermia yaitu dengan segera menghentikan pemberian agen anestesi inhalasi pemicu dan memberikan dantrolene intravena 2.5 mg/kg setiap 5-10 menit sampai pasien stabil. Resusitasi cairan dan vasopressor mungkin dibutuhkan untuk menstabilkan hemodinamik. Pendinginan pasien menggunakan carian intravena dingin atau pemberian es secara topikal juga berguna untuk menurunkan suhu.[3]

Referensi

1. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. Philadelphia: McGraw-Hill; 2012.
2. Carpenter D, Robinson RL, Quinnell RJ, Ringrose C, Hogg M, Casson F, et al. Genetic variation in RYR1 and malignant hyperthermia phenotypes. Br J Anaesth. 2009;103(4):538-48. https://academic.oup.com/bja/article/103/4/538/232705.
3. National Organization for Rare Disorders. Malignant hyperthermia. https://rarediseases.org/rare-diseases/malignant-hyperthermia/.

Patofisiologi Malignant Hyperthe...
Diskusi Terbaru
dr. Khalisah Atma Aulia
Kemarin, 20:49
Dramamine
Oleh: dr. Khalisah Atma Aulia
1 Balasan
Alo dokter, izin diskusi.Dramamine saat ini kan tidak bisa dijual bebas lg di apotek, harus dengan resep dokter krn takut disalahgunakan.Saya ada mendapatkan...
Anonymous
Kemarin, 19:00
Apakah kapsul di puyer akan turun efektifitas nya?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok. Saya sering mendapat pasien rhinitis alergi di fktp. Di alomedika dan artikel2 lain cetirizine lebih efektif dibanding Loratadine. Namun sediaan di...
Anonymous
Kemarin, 11:24
Kelainan kulit pada bayi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya mendapat pasien bayi 14 hari, lahir cukup bulan secara SC. Riwayat terapi sinar saat umur 4 hari karena ikterik. Saat ini muncul keluhan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.