Diagnosis Malignant Hyperthermia
Diagnosis malignant hyperthermia cukup sulit ditegakkan. Diagnosis awal malignant hyperthermia umumnya ditandai dengan meningkatnya end-tidal CO2, rigiditas otot, takikardia, asidosis, aritmia.
Anamnesis
Dalam mendiagnosis malignant hyperthermia, anamnesis yang perlu digali meliputi:
- Riwayat penyakit sekarang atau dahulu: ada tidaknya miopati turunan, dengan menanyakan kelemahan otot bawaan
- Riwayat operasi sebelumnya: ada tidaknya malignant hyperthermia atau kekakuan otot saat pemberian anestesi
- Riwayat keluarga: ada tidaknya kejadian malignant hyperthermia pada keluarga
- Ada tidaknya pemeriksaan genetik/biopsi otot sebelumnya dan bagaimana hasilnya
Pemeriksaan Penunjang
Saat ini masih belum ada skrining untuk malignant hyperthermia. Diagnosis malignant hyperthermia ditegakkan dengan in vitro contracture test (IVCT) dan saat ini sudah mulai diaplikasikan analisis DNA di Amerika dan Eropa.
In Vitro Contracture Test (IVCT)
Diagnosis gold standard malignant hyperthermia dilakukan dengan in vitro contracture test (IVCT) pada biopsi otot. Pada tes ini, kontraktilitas serat otot dinilai pada pajanan halothane atau kafein. Tes ini disebut IVCT di Eropa atau caffeine halothane contracture test (CHCT) di Amerika.[3,5]
Menurut protokol dari European Malignant Hyperthermia Group (EMHG), seseorang dikatakan malignant hyperthermia susceptible (MHS) bila kedua tes (halothane dan kafein) positif dan tidak malignant hyperthermia bila kedua hasilnya negatif.
Seseorang dikatakan MHS(h) bila positif terhadap halothane, dan MHS(c) bila positif terhadap kafein. Penamaan ini sesuai kesepakatan pada pertemuan EMHG ke-32 di Swiss pada tahun 2013.[5,19]
Tes IVCT serupa dengan CHCT, hanya saja pada CHCT, protokol North American Malignant Hyperthermia Group (NAMHG) menggunakan konsentrasi agen uji yang berbeda. Namun sensitivitas dan spesifisitas protokol EMHG (99% dan 94%) lebih superior daripada NAMHG (97% dan 78%).[5]
Analisis DNA
Dahulu analisis DNA dilakukan dengan sequencing dari genom atau complementary DNA dari biopsi otot. Saat ini, analisis DNA dilakukan dengan sampel darah dan next generation sequencing (NGS), yang lebih cepat dan cost-effective, serta dapat mendeteksi berbagai varian terkait. Dalam praktiknya, penggunaan analisis ini masih terbatas di Amerika dan Eropa.[3,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding malignant hyperthermia meliputi:
- Sepsis
- Pheochromocytoma
- Krisis tiroid
- Reaksi anafilaktik
- Di luar ruang operasi: sindroma neuroleptik maligna, serotonin syndrome, overdosis kokain atau overdosis 3,4-methylenedioxy-methamphetamine (MDMA)[3,5]
Kriteria Diagnosis
Diagnosis malignant hyperthermia terutama didasari secara klinis dan laboratorium. Secara klinis dapat ditegakkan dengan Clinical Grading Scale yang dijabarkan di tabel 1. [17]
Tabel 1. Clinical Grading Scale Malignant hyperthermia
Proses | Indikator | Poin |
Rigiditas | · Kaku otot menyeluruh (saat/segera setelah anestesi inhalasi) · Spasme masseter setelah suksinilkolin | 15 15 |
Disintegrasi otot | · Creatinine kinase >20.000 IU setelah suksinilkolin · Creatinine kinase >10.000 IU tanpa suksinilkolin · Urin kecoklatan (cola urine) saat perioperatif · Myoglobin urin >60 µg/L · Myoglobin serum >170 µg/L · Serum K+ >6 mEq/L (di luar gagal ginjal) | 15 15 10 5 5 3 |
Asidosis respiratorik | · PETCO2 >55mmHg dengan ventilasi terkontrol · PaCO2 >60 mmHg dengan ventilasi terkontrol · PETCO2 >60 mmHg dengan ventilasi spontan · PaCO2 >65 mmHg dengan ventilasi spontan · Hiperkarbia tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi) · Takipnea tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi) | 15 15 15 15 15
10 |
Kenaikan suhu | · Peningkatan suhu sangat cepat yang tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi) · Peningkatan suhu tidak wajar >38.8oC saat perioperatif | 15
10 |
Jantung | · Sinus takikardia tidak wajar · Ventrikular takikardia atau ventrikular fibrilasi | 3 3 |
Lainnya | · Base excess < -8 mEq/L · Arterial pH <8.25 · Reversal tanda-tanda malignant hyperthermia/asidosis respiratorik dengan pemberian Dantrolene IV | 10 10 5
|
Cara menggunakan tabel 1 yaitu sebagai berikut:
- Dibutuhkan setidaknya 1 indikator pada setiap proses untuk dapat dilakukan skoring
- Bila pada 1 proses terdapat ≥2 indikator yang memenuhi, hanya hitung poin dari 1 indikator tertinggi saja, kecuali pada proses VI (lainnya), di mana semua indikator yang memenuhi dihitung poinnya
Skor diartikan sebagai berikut:
- 0 = never
- 3-9 = unlikely
- 10-19 = somewhat less than likely
- 20-34 = somewhat greater than likely
- 35-49 = very likely
- ≥50 = almost certain
Pada kasus krisis malignant hyperthermia, manifestasi klinis dan laboratorium yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Tabel 2). [18]
Tabel 2. Manifestasi Klinis dan Laboratorium Krisis Malignant hyperthermia
Klinis | Laboratorium | |
Awal | Takikardia Peningkatan progresif ekspirasi CO2 Takipnea Kaku otot terlokalisir (rigiditas masseter) Sianosis Aritmia Hipertermia Diaphoresis | Hiperkapnia (asidosis respiratorik) Asidosis metabolik Hiperlactacidemia Hiperkalemia Desaturasi vena sentral |
Lanjut | Demam >40oC Sianosis Perfusi kulit terganggu Tekanan darah tidak stabil Kaku otot generalisata | Myoglobinemia Peningkatan serum kreatinin kinase Peningkatan serum kreatinin Disseminated intravascular coagulation |