Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Malignant Hyperthermia general_alomedika 2018-10-24T14:07:06+07:00 2018-10-24T14:07:06+07:00
Malignant Hyperthermia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Malignant Hyperthermia

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Diagnosis malignant hyperthermia cukup sulit ditegakkan. Diagnosis awal malignant hyperthermia umumnya ditandai dengan meningkatnya end-tidal CO2, rigiditas otot, takikardia, asidosis, aritmia.

Anamnesis

Dalam mendiagnosis malignant hyperthermia, anamnesis yang perlu digali meliputi:

  • Riwayat penyakit sekarang atau dahulu: ada tidaknya miopati turunan, dengan menanyakan kelemahan otot bawaan
  • Riwayat operasi sebelumnya: ada tidaknya malignant hyperthermia atau kekakuan otot saat pemberian anestesi
  • Riwayat keluarga: ada tidaknya kejadian malignant hyperthermia pada keluarga
  • Ada tidaknya pemeriksaan genetik/biopsi otot sebelumnya dan bagaimana hasilnya

Pemeriksaan Penunjang

Saat ini masih belum ada skrining untuk malignant hyperthermia. Diagnosis malignant hyperthermia ditegakkan dengan in vitro contracture test (IVCT) dan saat ini sudah mulai diaplikasikan analisis DNA di Amerika dan Eropa.

In Vitro Contracture Test (IVCT)

Diagnosis gold standard malignant hyperthermia dilakukan dengan in vitro contracture test (IVCT) pada biopsi otot. Pada tes ini, kontraktilitas serat otot dinilai pada pajanan halothane atau kafein. Tes ini disebut IVCT di Eropa atau caffeine halothane contracture test (CHCT) di Amerika.[3,5]

Menurut protokol dari European Malignant Hyperthermia Group (EMHG), seseorang dikatakan malignant hyperthermia susceptible (MHS) bila kedua tes (halothane dan kafein) positif dan tidak malignant hyperthermia bila kedua hasilnya negatif.

Seseorang dikatakan MHS(h) bila positif terhadap halothane, dan MHS(c) bila positif terhadap kafein. Penamaan ini sesuai kesepakatan pada pertemuan EMHG ke-32 di Swiss pada tahun 2013.[5,19]

Tes IVCT serupa dengan CHCT, hanya saja pada CHCT, protokol North American Malignant Hyperthermia Group (NAMHG) menggunakan konsentrasi agen uji yang berbeda. Namun sensitivitas dan spesifisitas protokol EMHG (99% dan 94%) lebih superior daripada NAMHG (97% dan 78%).[5]

Analisis DNA

Dahulu analisis DNA dilakukan dengan sequencing dari genom atau complementary DNA dari biopsi otot. Saat ini, analisis DNA dilakukan dengan sampel darah dan next generation sequencing (NGS), yang lebih cepat dan cost-effective, serta dapat mendeteksi berbagai varian terkait. Dalam praktiknya, penggunaan analisis ini masih terbatas di Amerika dan Eropa.[3,5]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding malignant hyperthermia meliputi:

  • Sepsis
  • Pheochromocytoma
  • Krisis tiroid
  • Reaksi anafilaktik
  • Di luar ruang operasi: sindroma neuroleptik maligna, serotonin syndrome, overdosis kokain atau overdosis 3,4-methylenedioxy-methamphetamine (MDMA)[3,5]

Kriteria Diagnosis

Diagnosis malignant hyperthermia terutama didasari secara klinis dan laboratorium. Secara klinis dapat ditegakkan dengan Clinical Grading Scale yang dijabarkan di tabel 1. [17]

Tabel 1. Clinical Grading Scale Malignant hyperthermia

Proses Indikator Poin
Rigiditas

·         Kaku otot menyeluruh (saat/segera setelah anestesi inhalasi)

·         Spasme masseter setelah suksinilkolin

15

15

Disintegrasi otot

·         Creatinine kinase >20.000 IU setelah suksinilkolin

·         Creatinine kinase >10.000 IU tanpa suksinilkolin

·         Urin kecoklatan (cola urine) saat perioperatif

·         Myoglobin urin >60 µg/L

·         Myoglobin serum >170 µg/L

·         Serum K+ >6 mEq/L (di luar gagal ginjal)

15

15

10

5

5

3

Asidosis respiratorik

·         PETCO2 >55mmHg dengan ventilasi terkontrol

·         PaCO2 >60 mmHg dengan ventilasi terkontrol

·         PETCO2 >60 mmHg dengan ventilasi spontan

·         PaCO2 >65 mmHg dengan ventilasi spontan

·         Hiperkarbia tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi)

·         Takipnea tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi)

15

15

15

15

15

 

10

Kenaikan suhu

·         Peningkatan suhu sangat cepat yang tidak wajar (penentuan klinis dari spesialis anestesi)

·         Peningkatan suhu tidak wajar >38.8oC saat perioperatif

15

 

10

Jantung

·         Sinus takikardia tidak wajar

·         Ventrikular takikardia atau ventrikular fibrilasi

3

3

Lainnya

·         Base excess < -8 mEq/L

·         Arterial pH <8.25

·         Reversal tanda-tanda malignant hyperthermia/asidosis respiratorik dengan pemberian Dantrolene IV

10

10

5

 

Cara menggunakan tabel 1 yaitu sebagai berikut:

  • Dibutuhkan setidaknya 1 indikator pada setiap proses untuk dapat dilakukan skoring
  • Bila pada 1 proses terdapat ≥2 indikator yang memenuhi, hanya hitung poin dari 1 indikator tertinggi saja, kecuali pada proses VI (lainnya), di mana semua indikator yang memenuhi dihitung poinnya

Skor diartikan sebagai berikut:

  • 0 = never

  • 3-9 = unlikely

  • 10-19 = somewhat less than likely

  • 20-34 = somewhat greater than likely

  • 35-49 = very likely

  • ≥50 = almost certain

Pada kasus krisis malignant hyperthermia, manifestasi klinis dan laboratorium yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Tabel 2). [18]

Tabel 2. Manifestasi Klinis dan Laboratorium Krisis Malignant hyperthermia

  Klinis Laboratorium
Awal

Takikardia

Peningkatan progresif ekspirasi CO2

Takipnea

Kaku otot terlokalisir (rigiditas masseter)

Sianosis

Aritmia

Hipertermia

Diaphoresis

Hiperkapnia (asidosis respiratorik)

Asidosis metabolik

Hiperlactacidemia

Hiperkalemia

Desaturasi vena sentral

Lanjut

Demam >40oC

Sianosis

Perfusi kulit terganggu

Tekanan darah tidak stabil

Kaku otot generalisata

Myoglobinemia

Peningkatan serum kreatinin kinase

Peningkatan serum kreatinin

Disseminated intravascular coagulation

Referensi

3. National Organization for Rare Disorders. Malignant hyperthermia. https://rarediseases.org/rare-diseases/malignant-hyperthermia/.
5. Rosenberg H, Pollock N, Schiemann A, Bulger T, Stowell K. Malignant hyperthermia: a review. Orph J Rare Dis. 2015;10(93):1-19. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4524368/.
17. Larach MG, Localio AR, Allen GC, Denborough MA, Ellis FR, Gronert GA, et al. A clinical grading scale to predict malignant hyperthermia susceptibility. Anesthesiology. 1994;80(4):771-9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8024130.
18. Correia AC, Silva PC, Silva BA. Malignant hyperthermia: clinical and molecular aspects. Rev Bras Anestesiol. 2012;62:6:820-37. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23176990.
19. The European Malignant Hyperpyrexia Group. A protocol for the investigation of malignant hyperpyrexia (MH) susceptibility. British Journal of Anaesthesia. 1984; 56(11):1267-9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6487446.

Epidemiologi Malignant Hyperthermia
Penatalaksanaan Malignant Hypert...
Diskusi Terbaru
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 13:53
Suplemen Omega-3 Meningkatkan Risiko Atrial Fibrilasi - Artikel SKP ALOMEDIKA
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
ALO Dokter!Tahukah, Dok? Beberapa studi telah melaporkan bahwa penggunaan suplemen asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko atrial fibrilasi. Padahal...
dr.Dizi Bellari Putri
Hari ini, 09:35
Ask the Expert Spesialis Mata di Forum Diskusi Alomedika - Selasa 5 Juli 2022
Oleh: dr.Dizi Bellari Putri
1 Balasan
Alo Dokter!Alomedika akan kembali mengadakan "Ask the Expert" bersama Dokter Spesialis Mata. Yuk, catat tanggal dan jamnya!- Hari: Selasa, 5 Juli 2022-...
Anonymous
Hari ini, 08:06
Salep 24 bagaimana cara penggunaannya
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Izin dok berdiskusi perihal salep 24 yang digunakan untuk pasien scabies dibawah 2 bulan dipakai 3 hari berturut” 72 jam terus menerus atau seperti permetrin...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.