Peningkatan Obesitas pada Anak selama Pandemi COVID-19

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Kasus obesitas pada anak dilaporkan meningkat selama pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 menyebabkan penutupan sekolah dan pembatasan aktivitas sosial dalam waktu yang cukup lama. Pembatasan aktivitas di luar rumah ini ternyata berkontribusi pada peningkatan kasus obesitas anak.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Analisis yang dilakukan di rumah sakit di Philadelphia terhadap anak dengan rerata usia 9,2 tahun menunjukkan bahwa dari 500.417 kunjungan, prevalensi obesitas meningkat dari 13,7% (Juni 2019 hingga Desember 2019) menjadi 15,4% (Juni 2020 hingga Desember 2020). Peningkatan tertinggi terjadi pada anak usia 5–9 tahun.[1]

Menurut RISKESDAS (riset kesehatan dasar) Indonesia tahun 2018, sebanyak 1 dari 5 anak dan 1 dari 7 remaja mengalami obesitas. Dampak pandemi COVID-19 terhadap obesitas di Indonesia belum memiliki data yang adekuat tetapi diperkirakan serupa dengan data internasional karena adanya penutupan sekolah dan restriksi sosial.[2]

Peningkatan Obesitas pada Anak selama Pandemi COVID19-min

Bukti tentang Peningkatan Obesitas pada Anak selama Pandemi COVID-19

Suatu studi kohort retrospektif yang dilakukan di Kalifornia yang melibatkan 191.509 anak berusia 5–17 tahun membandingkan indeks massa tubuh (IMT) anak saat pandemi. Pengukuran dilakukan setidaknya 1 kali saat pandemi COVID-19 (Maret 2020 hingga Januari 2021) dan setidaknya 1 kali sebelum pandemi (Maret 2019 hingga Januari 2020).

Studi tersebut menunjukkan adanya peningkatan indeks massa tubuh sebesar 1,57 kali untuk anak usia 5–11 tahun, 0,91 kali untuk anak usia 12–15 tahun, dan 0,48 kali untuk anak usia 16–17 tahun. Tingkat overweight dan obesitas meningkat 8,7% pada anak usia 5–11 tahun, meningkat 5,2% pada anak usia 12–15 tahun, dan meningkat 3,1% pada anak usia 16–17 tahun.[3]

Data yang terekam secara digital di Amerika Serikat juga menunjukan peningkatan indeks massa tubuh pada usia 6–17 tahun. Dalam rentang waktu September 2020 hingga Desember 2020 terdapat peningkatan rerata indeks massa tubuh sebesar 0,62 dibandingkan tahun sebelumnya.[4]

Dampak Obesitas pada Anak

Pembatasan sosial terbukti mengurangi aktivitas fisik anak, meningkatkan paparan terhadap layar (screen time), dan menyebabkan gangguan tidur. Hal-hal ini diduga kuat berhubungan dengan peningkatan berat badan anak. Obesitas dan overweight yang terjadi pada anak ini dikhawatirkan akan meningkatkan kemungkinan komorbid, seperti hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, pubertas prekoks, perlemakan hati, kolelitiasis, asma, dan gangguan fungsi ginjal.[5]

Kebanyakan obesitas pada anak dilaporkan akan berlanjut sampai dewasa dan menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular dan kanker. Studi longitudinal besar di Israel membuktikan peningkatan indeks massa tubuh meningkatkan risiko meninggal karena penyakit jantung koroner sebesar 4,9 kali, meningkatkan risiko stroke sebesar 2,6 kali, dan meningkatkan risiko kematian mendadak sebesar 2,1 kali.

Selain masalah kesehatan fisik, obesitas juga berhubungan dengan masalah psikologis, seperti perubahan mood, gangguan pemusatan pikiran dan hiperaktif, depresi, kurang rasa percaya diri, gangguan makan, adiksi internet, dan menurunnya kualitas hidup.[6]

Upaya Pencegahan dan Penanganan Obesitas Anak selama Pandemi COVID-19

Orang tua memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan obesitas anak karena orang tua merupakan teladan utama anak selama di rumah saat pandemi. Studi yang dilakukan di Cina membuktikan bahwa intervensi selama 6 bulan pada anak dengan obesitas  antara kelompok orang tua dan petugas kesehatan menunjukan hasil yang sama baiknya dalam menurunkan indeks massa tubuh.[7]

Beberapa negara mulai mengurangi risiko obesitas pada anak ini selama pandemi. Di Amerika Serikat, kebijakan program makanan sehat sekolah dan program aktif anak di rumah dilakukan selama pandemi. Selain itu, iklan makanan dan minuman yang tidak sehat dibatasi karena berisiko memengaruhi preferensi makan anak di rumah. Ada beberapa negara lain yang memberlakukan pajak tambahan untuk makanan atau minuman manis agar dapat mengurangi konsumsinya.[8]

Kesimpulan

Kasus obesitas pada anak dilaporkan meningkat selama pandemi COVID-19 karena adanya pembatasan aktivitas di luar rumah. Obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup serius karena berisiko berlanjut hingga usia dewasa dan menyebabkan komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.

Di samping fokus penanganan COVID-19, obesitas pada anak juga perlu mendapatkan perhatian. Kerja sama antara orang tua, pemerintah, dan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memperbaiki pola makan anak dan mengajak anak menjalani aktivitas fisik yang sehat.

Referensi