Penggunaan Glukokortikoid dan Perlambatan Viral Clearance pada Pasien COVID-19 - Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed

Association between glucocorticoids treatment and viral clearance delay in patients with COVID-19: a systematic review and meta-analysis

Li J, Liao X, Zhou Y, et al. Association between glucocorticoids treatment and viral clearance delay in patients with COVID-19: a systematic review and meta-analysis. BMC Infect Dis 21, 1063 (2021). https://doi.org/10.1186/s12879-021-06548-z

Abstrak

Latar Belakang

Terdapat bukti ilmiah mengenai terjadinya perlambatan viral clearance pada pasien COVID-19 yang mengonsumsi obat golongan glukokortikoid. Viral clearance adalah hilangnya kontaminasi virus dalam tubuh pasien, dan saat ini sering menjadi pedoman efikasi terapi infeksi COVID-19.

Metode

Dalam systematic review dan meta-analisis ini, peneliti melakukan pencarian pada Medline, Embase, EBSCO, Science-Direct, Web of Science, Cochrane Library, dan ClinicalTrials.gov sejak tahun 2019 hingga 20 April 2021. Prioritas pengumpulan data berupa risk ratio (RR) dan perbedaan rerata (MD) untuk terjadinya perlambatan viral clearance dan melakukan analisis tambahan pada hubungan antara beratnya derajat penyakit dan dosis glukokortikoid yang digunakan.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Hasil

Sebanyak 38 penelitian dengan total 9.572 pasien berhasil terkumpul. Penggunaan glukokortikoid berhubungan dengan perlambatan viral clearance pada pasien COVID-19 (RR yang telah disesuaikan bernilai 1,52, KI 95% 1.29-1.80, I2=52%), berdasarkan bukti ilmiah yang moderat.

Pada analisis tambahan (subkelompok), perlambatan viral clearance berhubungan secara signifikan dengan COVID-19 derajat ringan atau sedang (RR yang telah disesuaikan sebesar 1,86, KI 95% 1.35-2.57, I2=48%), dan untuk pasien yang mengalami COVID-19 derajat berat atau dalam kondisi kritis (RR yang telah disesuaikan sebesar 1,59, KI 95%, 1,23-2.07, I2=0%).

Namun, risiko ini meningkat secara signifikan pada pasien yang mengonsumsi glukokortikoid dalam dosis tinggi (RR yang belum disesuaikan sebesar 1,85, KI 95% 1,08-3,18; MD 7.19, KI 95% 2,78-11,61) atau dalam dosis sedang (RR yang telah disesuaikan sebesar 1,86, KI 95% 0,96-3,62, I2=45%; MD 3,98, KI 95% 3,07-4,88, I2=4%), dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan dosis rendah (RR yang telah disesuaikan sebesar 1,38, KI 95% 0.94-2.02, I2=59%; MD 1,46, KI 95% -0,79-3,70, I2=82%).

Kesimpulan

Penggunaan glukokortikoid memperlambat viral clearance pada pasien COVID-19 yang mendapat dosis tinggi atau dosis sedang, tetapi tidak pada dosis rendah.

Penggunaan Glukokortikoid dan Perlambatan Viral Clearance pada Pasien COVID19-min

Ulasan Alomedika

Berbagai terapi potensial COVID-19 kerap dievaluasi oleh para ahli. Pada penyakit severe acute respiratory syndrome (SARS), glukokortikoid banyak digunakan sebagai salah satu terapi tambahan meskipun bukti ilmiahnya masih kontradiktif. Telah diketahui bahwa penggunaan glukokortikoid pada penyakit SARS, Middle East respiratory syndrome (MERS), dan H1N1 dapat memperlambat viral clearance.

Secara teori, glukokortikoid dapat menurunkan jumlah antibodi dan memperlambat viral clearance. Di sisi lain, sebuah penelitian di Inggris menyimpulkan bahwa pemberian dexamethasone mengurangi risiko kematian sebesar 12% pada pasien COVID-19 yang yang dipasang alat ventilator dan mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan oksigen tambahan selama perawatan COVID-19 sebesar 5% (dari 25% menjadi 20%).

Temuan tersebut menjadi bahan pertimbangan penggunaan glukokortikoid sebagai terapi tambahan pada COVID-19. Belum ada meta-analisis yang mengevaluasi dampak penggunaan glukokortikoid terhadap viral clearance.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi meta-analisis. Pencarian literatur dilakukan pada beberapa database, seperti: Medline (Ovid), Embase (Ovid), EBSCO, ScienceDirect, Web of Science, Cochrane Library, dan ClinicalTrials.gov untuk mencari penelitian yang dilakukan sejak 2019 hingga April 2021. Penelitian ini mengikutsertakan uji acak terkontrol atau randomized control trial (RCT) dan observasional.

Kriteria inklusi yang digunakan adalah: pasien yang dikonfirmasi menderita COVID-19 melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) serta mendapatkan terapi glukokortikoid apapun jenis dan dosisnya. Kelompok intervensi tersebut dipasangkan dengan kelompok kontrol, yaitu pasien COVID-19 yang tidak menerima glukokortikoid selama perawatannya.

Penggunaan metode meta-analisis dinilai sudah tepat untuk penelitian yang bertujuan mengevaluasi dampak suatu obat. Metode ini mengikutsertakan lebih banyak subjek penelitian didalamnya. Peneliti juga telah menetapkan kelompok kontrol sebagai penyeimbang kelompok penelitian.

Namun, peneliti tidak mencantumkan kata kunci yang digunakan saat melakukan pencarian literatur. Penelitian yang diikutsertakan dalam meta-analisis ini juga berbeda, sehingga meskipun hal ini secara teori dapat dilakukan, hasil yang didapatkan mungkin tidak optimal.

Luaran studi yang dinilai adalah viral clearance, yang didefinisikan sebagai ditemukannya hasil negatif pada pemeriksaan RNA virus sebanyak dua kali berturut-turut dengan interval 24 jam di antara kedua pemeriksaan. Tanggal ditemukannya hasil negatif pertama kali dicatat sebagai tanggal dicapainya viral clearance pada pasien COVID-19 tersebut.

Peneliti juga melakukan analisis subkelompok beberapa variabel, seperti: beratnya derajat penyakit (ringan, sedang, atau kritis), serta dosis glukokortikoid yang digunakan (rendah, sedang, atau tinggi).

Penentuan luaran studi ini juga sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Namun, tidak dijabarkan secara rinci metode dan alat pemeriksaan yang digunakan, sehingga tidak diketahui apakah tolak ukur luaran masing-masing studi yang dimasukkan ke dalam perhitungan meta-analisis sama atau tidak.

Ulasan Hasil Penelitian

Dari pencarian literatur, didapatkan 38 penelitian dengan total 9.572 subjek yang diikutkan ke dalam analisis kualitatif dan kuantitatif, serta 1 penelitian tambahan hanya diikutkan ke dalam analisis kualitatif. Total 39 penelitian tersebut mencakup 1 RCT, 13 case-control, dan 25 studi retrospektif.

Luaran dari perhitungan meta-analisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • Hasil perhitungan risk ratio (RR) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan glukokortikoid selama perawatan COVID-19 dan perlambatan viral clearance pada pasien (RR=1,52, KI 95% 1,29-1.80, I2=52%)
  • Pada analisis subkelompok, didapati bahwa perlambatan viral clearance terutama terjadi pada penggunaan glukokortikoid dengan dosis tinggi dan sedang (RR 1.85, KI 95% 1.08-3.18). Selain itu, perlambatan viral clearance secara signifikan lebih sering pada pasien COVID-19 derajat ringan dan sedang (RR 1.86, KI 95% 1.35-2.57, I2=48%)
  • Beberapa penelitian yang dimasukkan ke dalam perhitungan meta-analisis memberikan kesimpulan bahwa penggunaan glukokortikoid yang berdampak pada perlambatan viral clearance terutama terjadi pada akhir perjalanan penyakit COVID-19 alih-alih masa awal penyakit

Meskipun luaran dalam penelitian meta-analisis ini sudah cukup relevan dalam memenuhi tujuan penelitian, data yang digunakan dalam perhitungan berasal dari banyak penelitian dengan berbagai jenis metode penelitian (observasional maupun RCT) sehingga sifatnya inhomogen dan hasil perhitungan tidak dapat diharapkan optimal.

Luaran sekunder dan subkelompok penelitian ini juga tidak mencakup kelanjutan dampak perlambatan viral clearance, apakah hanya sebatas dokumentasi hasil PCR ulang sebagai evaluasi terapi atau memengaruhi kondisi pasien pada pemulihan pasca COVID-19.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini adalah studi meta-analisis pertama yang mengevaluasi pengaruh penggunaan glukokortikoid selama perawatan pasien COVID-19. Meskipun idealnya data yang diikutkan bersumber dari penelitian-penelitian dengan desain studi yang sama (observasional atau RCT), adanya urgensi kebutuhan rangkuman berbagai publikasi terkait dampak negatif penggunaan glukokortikoid pada pasien COVID-19 perlu segera diupayakan, salah satunya melalui penelitian meta-analisis ini.

Peneliti juga sudah mengusahakan mengadakan kelompok kontrol pada studi ini sehingga hasilnya diharapkan lebih valid. Selain itu, peneliti juga telah melakukan pemeriksaan bias publikasi dalam penentuan artikel penelitian yang akan dimasukkan ke dalam meta-analisis.

Limitasi Penelitian

Penelitian meta-analisis ini tidak mengikutsertakan studi dengan rancangan penelitian yang sama. Sebagian besar penelitian yang dimasukkan ke dalam perhitungan meta-analisis adalah studi observasional sehingga didapatkan hasil yang sangat heterogen baik pada sampel maupun data.

Penelitian ini juga tidak mempertimbangkan jenis glukokortikoid yang digunakan beserta durasi penggunaannya. Sebagian besar data yang digunakan dalam meta-analisis ini berasal dari studi di Cina pada awal masa pandemi sehingga tidak dapat diketahui dampaknya pada varian yang muncul di berbagai negara lain setelahnya. Faktor lain yang mungkin dapat memengaruhi perlambatan viral clearance juga tidak dianalisis lebih jauh.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak COVID-19 cukup berat sehingga sempat mengakibatkan over capacity pada fasilitas kesehatan. Kortikosteroid telah banyak mendapat perhatian dunia sebagai obat yang berpotensi sebagai terapi COVID-19. Ketersediaannya yang luas dan harganya yang tergolong murah menjadikan kortikosteroid disukai oleh para klinisi dalam mengantisipasi dan menanggulangi terjadinya badai sitokin pada pasien COVID-19.

Temuan studi ini merupakan bukti ilmiah awal agar berhati-hati dalam memberikan glukokortikoid pada pasien COVID-19, terutama dosis sedang hingga berat karena dapat memperlambat viral clearance. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hasil studi ini serta untuk mengetahui dampak mendetail dari masing-masing jenis, durasi penggunaan, waktu penggunaan glukokortikoid, serta status imunitas populasi terhadap berbagai variasi virus.

Namun, hasil studi ini terlihat konsisten dengan penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang tidak mendapat manfaat dari kortikosteroid.

Referensi