Pencarian Informasi Pasien Psikiatrik Secara Online

Oleh :
dr. Soeklola SpKJ MSi

Dengan berkembangnya internet, pencarian informasi pasien psikiatrik bisa dilakukan secara online. Pencarian informasi mengenai pasien dari data kolateral dalam bidang psikiatrik kadang dibutuhkan untuk memfasilitasi proses terapeutik. Adanya kemajuan teknologi, khususnya bidang daring atau online, juga banyak mempengaruhi. Selain penggunaan bidang daring sebagai sarana komunikasi antara pasien dengan dokter, tidak jarang beberapa praktisi melakukan pencarian informasi tentang pasien secara daring, misalnya dengan Google. Pencarian informasi terhadap pasien di media daring sering dikenal dengan sebutan patient-targeted googling (PTG). Pencarian informasi ini dapat bersifat diketahui ataupun tidak, dan disetujui ataupun tidak oleh pasien.[1-6]

Penggunaan Internet dalam Bidang Kesehatan

Penggunaan internet, mulai dari penggunaan surel hingga video call, saat ini selain digunakan sebagai sarana komunikasi antara dokter dan pasien, juga sebagai sarana melakukan psikoterapi.[1,4,6] Hubungan dokter dan pasien dalam psikoterapi merupakan hubungan profesional antara terapis dan pasien dalam bentuk aliansi terapeutik. Aliansi terapeutik hanya mungkin terlaksana dengan baik jika hubungan ini tetap bersifat objektif dan tidak mengarah ke hubungan pertemanan.[1,4]

shutterstock_739087891-min

Bias hubungan dapat saja terjadi dengan berkembangnya penggunaan sosial media. Kondisi ini terkaitan dengan tergeser bahkan menghilangnya sisi anonimitas dan privasi, baik untuk terapis maupun pasien yang bersangkutan.[1,2,4,6] Selain itu, juga terjadi pergeseran dari self menjadi cyberself, yang kemudian data tersebut menjadi data yang dapat diakses oleh siapa saja dalam rentang waktu tidak terbatas.[2,6]

Dampak Pencarian Data Pasien Secara Online di Bidang Psikiatri

Pencarian data pasien secara online atau patient-targeted googling (PTG) dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif yang dapat terjadi antara lain pasien dapat mengalami hilangnya kepercayaan (trust) terhadap terapisnya, karena merasa privasi dan autonominya hilang. Ditambah lagi, informasi yang tersedia di media online juga dapat menimbulkan perubahan persepsi terapis menjadi persepsi negatif ataupun menyebabkan penilaian klinis yang salah terhadap pasien. Perolehan data di daring oleh terapis juga akan mengaburkan batasan terhadap sisi pasien yang sebenarnya tidak ingin pasien ungkapkan.[1,2,4]

Di sisi lain, dampak positif yang dapat terjadi antara lain terapis mendapatkan informasi mengenai kondisi mental ataupun risiko self harm dan risiko bunuh diri pada pasiennya lewat unggahan yang dilakukan. Pengenalan yang lebih dini ini dapat membantu terapis segera melakukan pencegahan, khususnya terhadap risiko self harm atau risiko bunuh diri.[2,4]

Beberapa Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Melakukan Pencarian Data Pasien Secara Online

Dalam melakukan pencarian data pasien secara online atau daring, dokter perlu mempertimbangkan berbagai hal termasuk jenis psikoterapi yang diberikan, kemungkinan informasi bertentangan atau berkonflik, dan keakuratan data.

Jenis Psikoterapi yang Diberikan

Bagi terapis yang melakukan psikoanalisis psikoterapi, pencarian data pasien secara online atau patient-targeted googling (PTG) tidak disarankan. Hal ini karena PTG dapat mempengaruhi relasi terapeutik, khususnya aliansi terapeutik, abstinence, dan privasi. PTG yang tidak disetujui atau tanpa sepengetahuan pasien, selain dapat merusak trust yang terbentuk, juga melanggar hak pasien untuk menentukan informasi mana yang bersedia mereka ungkapkan.[6,7]

Informasi yang Bertentangan dan Berkonflik

Beberapa informasi yang didapat secara daring (online) tentang pasien dapat bertentangan dengan apa yang pernah pasien laporkan. Hal ini dapat terjadi karena pasien tidak melaporkan ataupun berbohong.[1,4] Tetapi, bahkan dengan alasan untuk mengkonfirmasi keterangan pasien, patient-targeted googling (PTG) tetap tidak disarankan karena bisa menghambat terbentuknya aliansi terapeutik yang lebih baik.[1]

Aliansi terapeutik merupakan penentu utama keberhasilan psikoterapi. Aliansi ini dapat terjadi saat pasien sudah memiliki trust dan nyaman dengan terapis, sehingga mampu berterus terang tentang apa yang terjadi pada dirinya. Selain itu, informasi yang bersifat privat atau penting sebaiknya ditanyakan secara langsung.

Data bebas yang berasal dari internet ini juga dapat mengaburkan penilaian terapis yang seharusnya objektif. PTG juga bisa menurunkan trust yang terbentuk dan meningkatkan perasaan tidak aman bagi pasien karena merasa daerah otonomi dan pribadinya diinvasi.[1,2,4] Hal lain yang tidak kalah penting adalah tidak adanya legalitas dalam menuliskan data yang didapat secara daring dalam rekam medis.[1,4]

Alasan lain yang banyak dikemukakan untuk membenarkan PTG adalah untuk menilai apakah gaya hidup dan terapi yang disarankan telah diterapkan oleh pasien. Termasuk dalam hal ini adalah melihat apakah ada pelanggaran penggunaan zat. Namun, perlu diingat bahwa inipun tetap bersifat merusak trust yang sudah terbina, karena pasien dapat menilai hal ini sebagai pelanggaran boundaries. Selain itu, sulit untuk mengetahui rentang waktu yang tepat dari informasi yang didapat secara daring, bisa jadi tindakan yang tampak di sosial media sudah tidak lagi dilakukan pasien.[1,4]

Keakuratan Data

Akurasi data yang didapat secara daring juga sulit ditentukan. Ada kemungkinan beberapa orang memiliki nama yang sama, sehingga bisa menyebabkan kesalahan interpretasi informasi.[1,4] Selain itu, beberapa orang juga terkadang menggunakan pseudonym,  sehingga akan menyulitkan pencarian.[1] Informasi yang tertulis juga sulit dikonfirmasi apakah memang ditulis langsung oleh orang yang bersangkutan atau dibuat oleh orang lain. Konteks dari data yang didapat juga sulit ditentukan, sehingga bisa terjadi misinterpretasi.[1,4]

Hal ini dapat dihindari dengan meminta persetujuan (consent) dan konfirmasi pasien jika memang patient-targeted googling (PTG) dirasa penting. Dengan adanya persetujuan pasien, aliansi terapeutik lebih bisa dijaga. Hal ini juga dapat membantu terapis untuk mengidentifikasi situasi saat pasien menjadi korban dari perundungan (cyber bullying).[1]

Kefasihan pasien dalam menggunakan media daring juga ditentukan oleh usia. Pasien yang berusia lebih muda mungkin akan lebih mampu mengekspresikan perasaannya secara jujur dan terbuka di media sosial dibandingkan dengan konsultasi tatap muka.[1,4]

Pertimbangan dalam Meminta Persetujuan Pasien

Meminta persetujuan atau informed consent terkait patient-targeted googling (PTG) hanya dapat dilakukan jika pasien kompeten, artinya pasien mampu menerima informasi yang diberikan oleh terapis mengenai potensi keuntungan dan risiko PTG, serta pasien mampu menyampaikan kehendaknya secara terbuka. [1,4] Perlu dipahami bahwa beberapa pasien mungkin merasa jika menjawab “tidak” maka dokter akan lebih curiga dan menjadi lebih invasif dalam mencari data mereka tanpa consent. Beberapa pasien juga akan berusaha menghapus beberapa data di internet sebelum pencarian dilakukan karena merasa malu. Oleh karena itu, penting bagi dokter untuk menjelaskan bahwa penolakan dengan alasan apapun akan tetap dihargai.[1]

Permintaan consen perlu dilakukan setiap kali dokter hendak melakukan PTG, sama seperti meminta persetujuan untuk berbicara dengan keluarga atau orang terdekat terkait kondisi pasien.[1,4]

Pedoman Terkait Penerapan Patient-Targeted Googling (PTG)

Alasan melakukan patient-targeted googling (PTG) harus jelas dan dipastikan memang benar dibutukan. Data yang didapat diharapkan tidak mengubah pandangan ataupun penilaian objektif terhadap pasien. Dokter juga perlu melakukan konfirmasi terkait informasi apapun yang ditemukan secara daring.[1,3]

Melindungi diri adalah hak terapis, tetapi PTG tidak diindikasikan jika tujuannya adalah untuk memastikan apakah pasien berbahaya atau tidak.[1] Penggunaan media daring sendiri tetap perlu menjaga therapeutic setting. Tabel 1 menunjukkan 6 pertanyaan dan refleksi yang perlu diajukan sebelum melakukan PTG.[6]

Penggunaan media daring sebagai sarana psikoterapi juga perlu mengikuti pedoman berikut:

  • Diskusi dilema klinis dilakukan secara terbuka, dengan tetap bertanggung jawab penuh, selalu menjaga kerahasiaan dan privasi pasien, mencegah pencemaran nama baik, serta mencegah penilaian negatif terhadap pasien
  • Supervisi klinis diperlukan untuk membantu diskusi dan proses penentuan keputusan yang bersifat profesional
  • Pengembangan peraturan dan pedoman institusi untuk menggunakan media daring secara profesional dan menjunjung tinggi kode etik[3,6]

Tabel 1. Pertanyaan dan Refleksi dalam Melakukan Patient Targeted Googling (PTG)

No. Pertanyaan Refleksi
1. Mengapa saya mau melakukan PTG? Jika hanya berdasarkan keingintahuan, eksploitasi atau perbuatan tidak beretika, maka jangan dilakukan
2 Apakah hasil PTG dapat bermanfaat dalam terapi? Jika pendekatan atau strategi lain dapat memberikan jawaban yang diinginkan, misalnya mencari informasi dari keluarga, maka hanya lakukan jika tidak ada cara lain.
3. Apakah perlu mendapatkan informed consent dari pasien? Diskusikan risiko termasuk pelanggaran privasi pasien dan potensi kerusakan hubungan terapis-pasien dalam psikoterapi
4. Apakah perlu berdiskusi tentang hasil pencarian? Pertimbangkan keuntungan dan beban dari berbagi informasi dan efek terhadap aliansi terapeutik
5. Apakah hasil perlu didokumentasikan dalam rekam medis? Secara umum, informasi yang berkaitan dengan kondisi klinis pasien perlu dicatat.
6. Bagaimana cara memantau motivasi saya dan potensi risiko-manfaat yang ada? Refleksikan secara terus menerus kebutuhan, keinginan, dorongan, dan sisi emosional selama melakukan PTG.

Kesimpulan

Pencarian data kolateral mengenai pasien tetap perlu mempertimbangkan sisi profesionalitas dan efeknya terhadap aliansi terapeutik. Kehadiran fasilitas daring turut mempengaruhi psikoterapi dan mempermudah pencarian informasi terhadap pasien melalui patient-targeted googling (PTG). Tetapi, perlu diketahui bahwa PTG memiliki potensi risiko dan manfaat tersendiri. Potensi risiko yang mungkin terjadi adalah rusaknya trust dalam aliansi terapeutik, pelanggaran boundaries dan privasi, pelanggaran etika medis, misinterpretasi informasi, perolehan data yang tidak akurat atau kurang spesifik, bias penilaian, serta masalah hukum. Potensi manfaat PTG mencakup pencegahan dan intervensi yang lebih dini terkait self harm ataupun suicide, kenyamanan pasien dalam mengungkapkan dirinya secara online dibandingkan tatap muka, dan dokter bisa mendapat informasi tambahan jika tidak mungkin dilakukan pemeriksaan data kolateral melalui cara lain.

Referensi