Pemeriksaan Endokrinologi pada Adolescent Gynecomastia

Oleh :
dr. Johannes Albert B. SpBP-RE

Pemeriksaan endokrinologi merupakan komponen penting dalam manajemen kasus adolescent gynecomastia. Adolescent gynecomastia merupakan suatu kondisi medis di mana terjadi pembesaran jaringan kelenjar payudara pada remaja pria. Klinisi perlu mengetahui indikasi pemeriksaan endokrinologi pada kasus adolescent gynecomastia agar dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat dan cost-efficient.

Gynecomastia merupakan suatu kondisi patologis pembesaran kelenjar payudara yang ditemukan pada laki-laki. Gynecomastia  dapat ditemukan pada kelompok usia tertentu, salah satunya adalah pada usia remaja. Adolescent gynecomastia ditemukan pada sekitar 65% remaja pria. Kondisi ini biasanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam waktu 1–2 tahun.[1,2]

ginekomastia, alomedika

 

Profil Endokrin pada Adolescent Gynecomastia

Sebagian besar kasus adolescent gynecomastia disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal pada masa remaja, yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen dan androgen. Ketidakseimbangan yang terjadi dapat berupa peningkatan kadar estrogen bebas, penurunan produksi endogen hormon androgen, peningkatan rasio estrogen terhadap androgen bebas, atau insensitivitas androgen.[1,2]

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada kasus adolescent gynecomastia adalah pemeriksaan kadar hormon testosteron, estradiol, dan gonadotropin. Hasil yang dapat ditemukan adalah:

  • Peningkatan rasio estrogen terhadap androgen di mana kadar estrogen dalam plasma mungkin saja masih berada dalam batas normal
  • Lebih rendahnya konsentrasi plasma testosteron pada kasus-kasus congenital anorchia, primary hypogonadism, secondary hypogonadism, atau tumor testis. Pada kondisi-kondisi tersebut, peningkatan konsentrasi plasma gonadotropin releasing hormone (GnRH) umumnya ditemukan
  • Kadar testosteron dan estrogen normal, yang berarti bahwa gynecomastia dapat disebabkan oleh peningkatan sensitivitas jaringan payudara terhadap hormon estrogen[2]

Pada pasien adolescent gynecomastia yang juga mengalami obesitas, peningkatan konsentrasi estrogen dan penurunan konsentrasi testosteron plasma dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi karena jaringan lemak dalam tubuh mengandung enzim aromatase yang mengubah testosteron dan androstenedion menjadi hormon estrogen (estradiol dan estron).[2]

Perlu Tidaknya Pemeriksaan Endokrinologi pada Adolescent Gynecomastia

Banyak ahli memperdebatkan apakah pemeriksaan endokrinologi seperti pemeriksaan konsentrasi estrogen dan androgen dalam plasma perlu dilakukan pada semua pasien adolescent gynecomastia. Keraguan ini disebabkan beberapa alasan. Selain karena biaya pemeriksaan endokrinologi yang tinggi, pemeriksaan ini juga tidak memberikan nilai diagnostik yang cukup berarti serta tidak banyak mengubah pemilihan tata laksana pasien gynecomastia.[3]

Nilai Diagnostik

Pemeriksaan endokrinologi dapat memberikan hasil yang sangat bervariasi, tergantung pada ketidakseimbangan hormonal yang terjadi. Bahkan, hasil pemeriksaan endokrin mungkin menunjukkan nilai normal pada kasus gynecomastia yang disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan endokrinologi ini tidak memberikan tambahan nilai diagnostik yang cukup berarti. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan baik sangat penting untuk menegakkan diagnosis adolescent gynecomastia.[3]

Pemilihan Tata Laksana

Mayoritas kasus adolescent gynecomastia hanya bersifat sementara. Pembesaran payudara pada remaja pria ini umumnya hanya bertahan selama 1–2 tahun. Oleh sebab itu, penatalaksanaan awal adalah pemberian edukasi dan reassurance kepada pasien dan keluarga bahwa kondisi ini kemungkinan besar bersifat sementara. Pasien yang mengalami obesitas juga perlu diedukasi untuk menurunkan berat badan.[3]

Tata Laksana dan Rujukan Spesialis pada Kasus Adolescent Gynecomastia

Kasus adolescent gynecomastia klasik tanpa penyulit apa pun umumnya cukup ditata laksana dengan observasi dan edukasi. Namun, beberapa kasus gynecomastia perlu dirujuk ke spesialis anak, spesialis bedah plastik, maupun spesialis kedokteran jiwa.

Rujukan ke Dokter Spesialis Anak

Bila gynecomastia  disebabkan oleh kondisi sekunder atau dokter ragu mengenai kemungkinan tersebut, pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis anak. Beberapa kelainan yang menyebabkan gynecomastia sekunder dapat berakibat fatal bila tidak diidentifikasi secara dini, misalnya pada kasus neoplasma. Dokter spesialis anak dapat melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologis lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan memberikan tata laksana yang tepat.[2,3]

Rujukan ke Dokter Spesialis Bedah Plastik

Beberapa pasien gynecomastia mungkin mengalami bullying karena kondisinya dan mengalami masalah psikososial, sehingga penatalaksanaan yang lebih agresif kadang dapat dilakukan. Contohnya adalah prosedur untuk mengurangi jaringan payudara yang berlebih, baik berupa liposuction maupun eksisi langsung pada jaringan payudara yang berlebih.[2,3,5]

Pasien adolescent gynecomastia yang telah melewati masa remaja atau melewati masa observasi selama 1–2 tahun tetapi masih mengalami gynecomastia yang menetap juga dapat dirujuk ke dokter spesialis bedah plastik. Walaupun dapat mengubah penampilan pasien, prosedur bedah plastik untuk kasus ini tidak dikategorikan sebagai tindakan estetik.[1,6,7]

Rujukan ke Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikolog

Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap pengaruh sosial. Apabila gynecomastia menyebabkan pasien mendapatkan masalah psikososial dan emosional yang signifikan, pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis kedokteran jiwa atau ke psikolog. Intervensi ahli kesehatan jiwa bertujuan untuk memastikan bahwa masalah psikososial pasien teratasi.[5]

Pemeriksaan Endokrinologi pada Kasus Gynecomastia Sekunder

Pemeriksaan endokrinologi menjadi penting pada kasus gynecomastia sekunder, yaitu gynecomastia yang disebabkan oleh kondisi patologis lain. Gynecomastia sekunder jauh lebih jarang ditemukan daripada adolescent gynecomastia. Penyebab terjadinya gynecomastia  sekunder juga sangat bervariasi. Contohnya adalah:

Sebagian besar kelainan sekunder tersebut dapat diidentifikasi melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. Pada anamnesis, riwayat kelainan yang sudah ditemukan sejak masa kecil dapat mengarahkan ke kemungkinan adanya kelainan kongenital. Pemeriksaan fisik pada area genital dapat membantu menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pada testis, baik kelainan kongenital maupun neoplasma.[2,3]

Kesimpulan

Pemeriksaan endokrinologi tidak perlu dilakukan secara universal pada semua kasus adolescent gynecomastia. Pemeriksaan ini umumnya hanya diperlukan pada kasus gynecomastia sekunder yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Kemampuan dokter untuk mengenali adolescent gynecomastia dan membedakannya dengan gynecomastia sekunder berperan penting untuk menilai perlu tidaknya pemeriksaan endokrinologi.[3]

Pemahaman mengenai masalah pasien juga berperan penting untuk menentukan penatalaksanaan serta sistem rujukan yang baik bagi pasien adolescent gynecomastia. Tata laksana bedah tidak diputuskan berdasarkan hasil pemeriksaan endokrinologi melainkan ditentukan berdasarkan ada tidaknya gynecomastia yang menetap setelah 1–2 tahun dan ada tidaknya masalah psikososial pada pasien.[3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi