Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Lugol Iodin
Penggunaan Lugol iodin pada kehamilan dimasukkan FDA dalam Kategori D, yang berarti sudah ada bukti efek buruk pada janin manusia. Pada ibu menyusui, lugol iodin diketahui dikeluarkan ke ASI dan bisa mempengaruhi bayi yang disusui.[1,21]
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori D (FDA): Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Kategori N (TCA): Belum dikategorikan.
Lugol iodin mudah melewati plasenta dan dapat mengganggu fungsi tiroid janin, terutama pada akhir kehamilan ketika kelenjar tiroid fetal paling sensitif. Efek yang mungkin terjadi meliputi hipotiroidisme dan goiter pada neonatus. Karena itu, Lugol iodin umumnya dikontraindikasikan pada ibu hamil, termasuk sebagai ekspektoran dan terapi yang tidak mendesak.
Dalam situasi darurat radiasi, FDA tetap merekomendasikan pemberian Lugol iodin pada ibu hamil untuk melindungi diri dan janin, tetapi pemberian berulang harus dihindari dan bayi perlu dipantau fungsi tiroidnya.[1]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Lugol iodin dapat diekskresikan ke dalam ASI, sehingga efek obat dapat masuk ke dalam tubuh bayi. Tingginya kadar iodin pada ASI yang masuk ke bayi dapat memberikan umpan balik (feedback) negatif pada fungsi tiroid bayi sehingga menyebabkan hipotiroid. Namun, keadaan hipotiroid ini bersifat transien.[21]
American Academy of Paediatricians (AAP) menganggap Lugol iodin kompatibel dengan laktasi dalam penggunaan rutin terbatas. Dalam keadaan darurat radiasi, FDA juga merekomendasikan pemberian untuk melindungi ibu, tetapi pemberian berulang harus dihindari kecuali tidak ada alternatif lain. Karena radioiodin juga dapat masuk ke ASI, beberapa ahli menyarankan penghentian sementara menyusui setelah pajanan radiasi.[1]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha