Kontraindikasi dan Peringatan Testosteron
Kontraindikasi testosteron dapat dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan relatif. Peringatan pada penggunaan testosteron adalah risiko timbulnya reaksi serius, seperti pulmonary oil embolism, dan peningkatan tekanan darah. Pada anak-anak dapat ditemukan kasus virilisme.
Kontraindikasi
Kontraindikasi testosteron dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif.
Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut pada penggunaan testosteron, yaitu:
- Pria dengan kanker payudara atau kanker prostat
- Riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau komponennya
- Eritrositosis
- PSA > 4 ng/ml atau munculnya nodul atau indurasi pada pemeriksaan rektal digital
- Ibu hamil dan menyusui[4,11,14,15]
Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif pada penggunaan testosteron, yaitu:
- Hematokrit >50%
- Obstructive sleep apnea
- Gagal jantung kongestif (kelas III atau IV)
- Gejala saluran kemih bawah berat
- Wanita usia subur yang berencana hamil atau tidak menggunakan kontrasepsi[4,11,14,15]
Peringatan
Virilisasi dilaporkan pada anak yang terpapar testosteron gel. Jauhkan obat dari anak dan gunakan obat pada area yang tertutup pakaian untuk menghindari paparan pada kulit anak.[1]
Penggunaan injeksi testosteron pernah dilaporkan menyebabkan reaksi serius pulmonary oil microembolism dan anafilaksis. Sebaiknya dilakukan observasi selama 30 menit setelah injeksi. Perhatikan munculnya gejala seperti batuk, sesak, nyeri dada, pusing, dan sinkop.
Penggunaan testosteron dilaporkan dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko kejadian kardiovaskuler, seperti stroke dan infark miokard. Sebelum memulai terapi testosteron, pertimbangkan risiko kardiovaskuler pasien dan pastikan tekanan darah terkontrol. Lakukan pemantauan tekanan darah berkala, dan berikan terapi jika terjadi hipertensi.[9]
Pada beberapa pasien dengan obesitas dan penyakit paru kronik, penggunaan testosteron dilaporkan dapat menyebabkan sleep apnea.[9,13]
Penggunaan jangka lama dosis tinggi testosteron berhubungan dengan efek samping serius pada hepar, yaitu peliosis hepatis, neoplasma hepatik, hepatitis kolestatik, dan ikterus. Peliosis hepatis dapat bersifat mengancam nyawa.[9]