Nebulisasi Salin Hipertonik dalam Tata Laksana Asthma Dewasa

Oleh :
dr.Nurfanida Librianty, Sp.P, FAPSR

Suatu studi menunjukkan efikasi nebulisasi cairan salin hipertonik dalam tata laksana serangan asthma. Selama ini, nebulisasi cairan salin hipertonik banyak digunakan pada pasien asthma untuk tes provokasi bronkus. Metode ini juga sering digunakan untuk induksi sputum pada gangguan saluran napas, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).[1,2]

Dilaporkan terdapat lebih dari 300 juta orang menderita asthma secara global. Hal ini menjadikan asthma sebagai masalah kesehatan serius yang berdampak pada semua kelompok umur, meningkatkan biaya kesehatan, serta meningkatkan beban bagi pasien dan masyarakat. Di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi asthma pada tahun 2018 sebesar 2,4%.[3-5]

Nebulisasi Salin Hipertonik dalam Tata Laksana Asthma Dewasa-min

Efek Salin Hipertonik pada Saluran Napas

Selama ini, salin hipertonik 3% telah diteliti secara ekstensif untuk tes provokasi bronkus dan induksi sputum pada penyakit-penyakit saluran napas, seperti penyakit paru obstruktif kronik, fibrosis kistik, dan bronkiolitis.[1,6-8]

Studi yang ada menunjukkan bahwa cairan salin hipertonik mampu meningkatkan bersihan mukosiliar saluran napas dan oleh karenanya akan meningkatkan pertahanan saluran napas terhadap iritan dan patogen. Cairan salin hipertonik mampu menyerap air dari submukosa, sehingga mengurangi edema dan meningkatkan bersihan mukosiliar. Secara in vitro dan in vivo, cairan salin hipertonik juga dilaporkan meningkatkan kecepatan transport mukus (mucus transport rates).[9,10]

Efek Salin Hipertonik pada Asthma Dewasa

Mekanisme pasti terkait manfaat salin hipertonik dalam tata laksana asthma dewasa masih belum diketahui. Salin hipertonik diduga mampu menginduksi aliran osmotik air ke lapisan mukus, sehingga merehidrasi permukaan saluran napas dan meningkatkan bersihan mukus. Salin hipertonik juga diduga mampu memecahkan ikatan ionik dalam gel mukus, sehingga menurunkan derajat ikatan silang, kekentalan, dan elastisitas sekret mukus.

Selain itu, salin hipertonik juga dianggap mampu menstimulasi gerakan silia dengan melepaskan prostaglandin E2. Salin hipertonik juga diduga mampu menginduksi sputum dan batuk yang akan mengurangi obstruksi pada saluran napas.[2]

Suatu studi yang melibatkan 12 subjek dengan asthma nokturnal menunjukkan bahwa inhalasi salin hipertonik dapat menyebabkan periode refrakter yang bermanfaat dalam menurunkan derajat keparahan asthma nokturnal. Namun, masih dibutuhkan studi dengan jumlah subjek yang lebih besar dan kekuatan bukti yang lebih baik, sebelum kesimpulan pasti terkait hal ini bisa diambil.[11]

Efikasi Nebulisasi Salin Hipertonik pada Pasien Asthma Dewasa

Pemberian inhalasi agonis-β kerja singkat, seperti salbutamol, melalui nebulizer, spray, dan spacer masih menjadi penatalaksanaan standar untuk serangan asthma. Sementara itu, nebulisasi dengan cairan salin hipertonik secara rutin, masih belum dimasukkan ke dalam pedoman tata laksana asthma.[3,12]

Cairan salin hipertonik memiliki berbagai kelebihan, di antaranya adalah mudah didapat, harga terjangkau, relatif jarang menimbulkan efek samping, dan dapat menjadi alternatif pengobatan pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap pengobatan standar.[8]

Studi terkait efikasi nebulisasi salin hipertonik pada pasien asthma dewasa masih belum banyak tersedia. Sebuah studi oleh Forouzan et al yang dipublikasikan pada tahun 2017, melibatkan 340 pasien dengan serangan asthma akut yang datang ke instalasi gawat darurat rumah sakit Ahvaz Golestan and Emam. Pasien dirandomisasi untuk masuk ke dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan 2,5 mg salbutamol dan cairan salin hipertonik 3% selama 20 menit berturut-turut. Sedangkan kelompok kontrol mendapatkan 2,5 mg salbutamol saja. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pasien dalam kelompok perlakuan memiliki peak expiratory flow rate (PEFR) di menit ke-40 dan ke-60 yang lebih baik secara signifikan dibandingkan pasien pada kelompok kontrol. Studi ini menunjukkan potensi cairan salin hipertonik dalam tata laksana serangan asthma pasien dewasa.[2]

Kesimpulan

Cairan salin hipertonik telah diteliti secara luas dan banyak digunakan dalam tes provokasi bronkus dan induksi sputum berbagai penyakit saluran napas. Pada pasien asthma, cairan salin hipertonik diduga mampu meningkatkan bersihan mukosiliar, menurunkan kekentalan sekret mukus, dan mengurangi obstruksi saluran napas.

Belum banyak studi tersedia terkait efikasi cairan salin hipertonik dalam tata laksana serangan asthma pasien dewasa. Sebuah studi acak terkontrol dengan penyamaran ganda menunjukkan bahwa nebulisasi cairan salin hipertonik yang dikombinasikan dengan nebulisasi salbutamol, memberikan manfaat yang lebih baik pada pasien dengan serangan asthma dibandingkan pemberian salbutamol saja. Namun, studi yang ada saat ini masih dalam bentuk kohort kecil, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi efikasi dan keamanan dari tindakan ini.

Referensi