Model dan Teori Pengambilan Keputusan Pemberian Resep: Sebuah Ulasan dan Usulan Model Baru – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

Models and theories of prescribing decisions: A review and suggested a new model.

Murshid MA, Mohaidin Z. Models and theories of prescribing decisions: A review and suggested a new model. Pharmacy Practice. 2017;15(2):990.

Abstrak

Sampai saat ini, penelitian mengenai keputusan dokter dalam pemberian resep masih belum memiliki landasan teori yang kuat. Pada kenyataannya, pemberian obat oleh dokter masih menjadi fenomena kompleks yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagian besar studi mengenai pemberian resep memperlihatkan adanya pemberian keputusan oleh tenaga kesehatan masih lebih banyak melalui pendekatan eksplorasi dibandingkan dengan teori. Oleh karena itu, studi ini akan membahas mengenai model konseptual yang menerangkan hubungan teori antara usaha pemasaran, karakteristik pasien dan apoteker, serta keputusan dokter dalam meresepkan obat. Studi ini mengikutsertakan telaah pendekatan dan terapan dari teori mengenai kebiasaan peresepan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan. Laporan ini menggunakan beberapa perspektif seperti ‘persuasion theory-elaboration likelihood model’, ‘the stimuli-response marketing model’, ‘the agency theory’, ‘the theory of planned behaviour’, dan ‘social power theory’ dalam mengembangkan paradigma konseptual yang inovatif. Berdasarkan kombinasi dari berbagai metode dan model-model sebelumnya, tulisan ini memberikan suatu model konseptual baru dalam membantu dokter dalam proses membuat keputusan. Model ini dapat menjadi bahan penelitian yang potensial di masa mendatang.

shutterstock_134290640

Ulasan Alomedika

Penelitian ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu menjelaskan tentang berbagai model dan teori terdahulu mengenai dampak dari usaha pemasaran (marketing), karakteristik pasien, dan faktor tenaga kesehatan dalam pemberian resep oleh dokter serta memberikan diskusi teoritik yang sederhana mengenai faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan pemberian resep. Studi ini dilakukan karena penelitian-penelitian mengenai pemberian keputusan (decision making) oleh dokter kurang memiliki landasan teori yang kuat, lebih banyak berdasarkan pendekatan eksplorasi.

Ulasan Metode Penelitian

Metode telaah jurnal ini dilakukan dengan pencarian dari database online, seperti Google Scholar, Scopus, PubMed, Science Direct, ProQuest, disertasi, dan artikel ilmiah pada beberapa publikasi. Telaah ini menguji beberapa teori sosial dan perilaku, seperti teori kekuatan sosial dan teori perilaku respons stimulus untuk menilai efek usaha marketing. Kriteria inklusi telaah ini mengikutkan karakteristik pasien dan faktor apoteker. Kriteria eksklusinya adalah penelitian mengenai model pemberian resep yang tidak mendukung faktor-faktor inklusi serta studi tentang model peresepan empiris.

Ulasan Hasil Penelitian

Pada studi ini dibahas berbagai teori mengenai fenomena kompleks dari pengambilan keputusan dokter dalam hal pemberian resep. Studi ini membuat model teori baru dengan mengintegrasikan berbagai teori terdahulu, yaitu menghubungkan antara usaha pemasaran, karakteristik pasien, faktor apoteker, dan faktor kontekstual. Model teori baru ini diintegrasikan dari 7 model teori terdahulu yang dikombinasikan dan diintegrasikan menjadi sebuah kerangka konsep baru.

Terdapat empat kategori faktor yang menjadi penentu dalam pengambilan keputusan dalam meresepkan obat. Kategori pertama adalah usaha pemasaran, memiliki komponen seperti informasi obat, merk obat, promosi, dan efektivitas perwakilan medis dalam memasarkan obat. Komponen-komponen tersebut dapat meyakinkan dokter untuk menggunakan obat tersebut sesuai dengan teori planned behavior dan teori persuasi.

Kategori faktor kedua, yaitu karakteristik pasien yang mencakup ekspektasi pasien dan pasien sendiri yang meminta obat untuk diresepkan. Hal ini dapat menyebabkan dokter memberikan resep yang berlebihan, tetapi di lain sisi dapat juga mengingatkan dokter pada diagnosis yang lain. Kondisi ini disesuaikan dengan teori agensi.

Faktor ketiga adalah kolaborasi antara apoteker dan dokter serta kekuatan apoteker yang sudah ahli dapat menjadi elemen yang penting dalam hal pemilihan resep. Hal ini sesuai dengan teori social power.

Faktor terakhir adalah faktor kontekstual yang mencakup rasa percaya dokter terhadap apoteker, rasio keuntungan dan kerugian suatu obat, karakteristik obat (efikasi, kualitas, efek samping), dan adanya kebiasaan tenaga medis meresepkan obat berdasarkan pengalaman juga dapat memengaruhi keputusan pemberian resep.

Kelebihan Penelitian

Studi ini menampilkan sebuah model konseptual yang disadur dari berbagai model teori terdahulu yang dihubungkan dengan variabel terkait dengan keputusan dokter dalam memberikan resep. Studi ini dapat menjadi acuan dan kerangka untuk pengembangan dan menilai berbagai faktor dalam peresepan obat.

Limitasi Penelitian

Studi ini terbatas pada faktor-faktor yang telah disebutkan, masih terdapat faktor-faktor lain yang mungkin dapat menjadi variabel perancu. Studi ini hanya berupa pengembangan dan pengumpulan data dari berbagai teori terdahulu, sehingga butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan validitas dari konsep teori yang diajukan pada studi ini. Studi ini juga belum dapat menentukan apakah efek dari usaha pemasaran, karakteristik pasien, faktor farmasi pada peresepan benar-benar ditentukan oleh variabel kontekstual yang diajukan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Studi ini memiliki implikasi yang cukup penting untuk tenaga kesehatan, pemuat kebijakan kesehatan, dan pabrik obat. Berdasarkan model teori yang baru ini, farmasi dapat merancang strategi pemasaran untuk mengembangkan pemasaran produk obat dan mengukur efeknya dari tingkat peresepan. Bagi dokter/tenaga kesehatan, perlu mempertimbangkan adanya faktor karakteristik pasien dan faktor kontekstual. Untuk ekspektasi atau permintaan pasien, perlu dikaji lebih lanjut apakah persepan hanya untuk memenuhi keinginan pasien atau memang diperlukan, agar menghindari pemberian resep yang berlebihan (over prescribing).

Dokter juga perlu mempertimbangkan adanya rasio cost-benefit obat, karakteristik obat seperti efek samping dan efikasi, pengalaman dokter sebelumnya, serta pengetahuan tentang produk obat dari ahli apoteker dalam meresepkan obat. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, diharapkan dokter dapat memberikan resep sesuai dengan kebutuhan pasien.

Referensi