Limfedema Ekstremitas Inferior Pasca Operasi Kanker Ginekologi

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Limfedema ekstremitas inferior pasca operasi kanker ginekologi merupakan salah satu contoh dari limfedema sekunder. Limfedema sekunder terjadi akibat bertambahnya akumulasi cairan limfatik pada tubuh karena adanya penyakit sistemik, trauma, atau pembedahan yang menyebabkan cedera maupun obstruksi sistem limfatik. Hal ini menyebabkan pembengkakan dan perubahan pada kulit serta jaringan.[1-4]

Penyebab tersering dari limfedema sekunder adalah kanker dan pengobatan terkait kanker. Lokasi anatomis dan intervensi terhadap struktur anatomi sekitarnya berhubungan erat dengan kejadian limfedema sekunder. Kejadian limfedema seringkali muncul setelah prosedur diseksi operatif dan radiasi.[5]

LimfedemaEkstremitasInferior

Limfedema Akibat Kanker

Di negara berkembang, limfedema di ekstremitas superior paling sering berkaitan dengan operasi kanker payudara yang melibatkan diseksi nodus limfatikus axilla dan radiasi pada aliran limfe di ekstremitas superior. Sedangkan limfedema di ekstremitas inferior sering berkaitan dengan post-operasi kanker ginekologi. [2-4]

Terdapat bukti terjadinya limfedema pada 50% wanita yang menjalani operasi terkait kanker ginekologi dalam 2 tahun. Sekitar 60% kasus merupakan limfedema persisten sedangkan 40% kasus transien. Limfedema yang berkaitan dengan kanker dapat mempengaruhi fungsi, derajat kesehatan, dan kualitas hidup pasien. [4,6]

Cedera pada sistem limfatik pelvis menyebabkan gangguan pada kemampuan menyerap cairan berlebih serta mengurangi permeabilitas membran yang menyebabkan lolosnya cairan, protein, dan sel ke ruang ekstraseluler dengan pembengkakan sebagai akibatnya.[5]

Edema yang persisten dapat menyebabkan terbentuknya fibrosis karena proliferasi parenkim dan elemen stromal secara jangka panjang serta adanya deposit berlebih dari matriks ekstraseluler. Sementara protein yang terkumpul dapat menjadi media terjadinya infeksi dan menyebabkan selulitis atau limfangitis.[5]

Limfedema Ekstremitas Inferior Pasca Operasi Kanker Ginekologi

Limfedema ekstremitas inferior merupakan limfedema yang sering terjadi pada anggota tubuh bagian bawah. Pengobatan kanker ginekologi berhubungan dengan rangkaian yang melibatkan sistem limfatik seperti limfosele yang dilaporkan terjadi pada 20-30% pasien dan kebanyakan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan radiologi post-operatif.[5]

Prevalensi limfedema pada populasi kelompok yang menjalani operasi terkait keganasan ginekologi berkisar antara 0-70%. Variasi dari prevalensi berkaitan dengan kriteria diagnosa yang berbeda-beda. Perbedaan insiden ini juga bergantung pada tipe kanker, terapi, tipe tindakan bedah, dan perbedaan teknik pembedahan. [5,6]

Faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya limfedema ekstremitas inferior pada pasien dengan kanker ginekologi di antaranya adalah stadium berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), radioterapi, serta jumlah nodus limfatikus yang didiseksi.[7,8]

Stadium FIGO berpengaruh karena saat ini limfadenektomi dilakukan pada kasus kanker ginekologi dengan stadium yang lebih tinggi. Pada kanker endometrium, limfadenektomi direkomendasikan pada invasi miometrium >50% atau stadium III dengan invasi miometrium <50%. Sementara pada kanker serviks, histerektomi radikal dengan diseksi nodus pelvis merupakan tata laksana untuk stadium I-IIA.[5,7,8]

Meski jumlah nodus limfatikus dilaporkan berisiko menyebabkan limfedema, hingga saat ini belum ada cut off yang jelas akan berapa jumlah nodus yang diseksi yang berisiko.

Sementara faktor prediktif yang signifikan untuk terjadinya limfedema ekstremitas inferior pada pasien dengan kanker ginekologi adalah indeks massa tubuh > 25 kg/m2, adanya limfadenektomi pelvis dengan limfadenektomi para-aorta, formasi limfosit, dan terapi radiasi post-operasi.[9]

Pada kasus kanker endometrium, faktor risiko terjadinya limfedema ekstremitas inferior adalah obesitas, komorbiditas, dan jumlah nodus limfatikus yang terdiseksi atau menjadi target kemoterapi. [10]

Sementara pada kasus kanker vulva, 3 dari 10 wanita yang menjadi penyintas kanker vulva mengalami limfedema ekstremitas inferior. Risiko meningkat 5 kali pada wanita yang menjalani diseksi nodus limfatikus inguinofemoral.[11]

Risiko ini lebih tinggi dibanding wanita yang menjalani biopsi nodus limfatikus. Faktor risiko lain pada kasus kanker vulva yaitu infeksi luka, limfadenektomi inguinofemoral, usia lebih tua, indeks massa tubuh, dan radioterapi.[11]

Efek Limfedema Ekstremitas Inferior Pasca Operasi Kanker Ginekologi terhadap Luaran Pasien

Secara konsisten limfedema ekstremitas inferior berdampak pada banyak indikator kualitas hidup pasien. Selain ketidaknyamanan, limfedema di ekstremitas inferior menyebabkan morbiditas dan beban finansial pada pasien yang terdampak.[6]

Berdasarkan penelitian yang melibatkan 75 pasien yang dilakukan penilaian dari Agustus 2012 sampai Oktober 2016, didapatkan hasil bahwa pasien dengan limfedema ekstremitas inferior secara signifikan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibanding yang tidak mengalami limfedema ekstremitas inferior pada domain kesejahteraan fisik setelah terapi (P=0,026) dan kesejahteraan emosi setelah terapi (P=0,020).[12]

Secara klinis, pada limfedema yang berat dapat mengakibatkan komplikasi lain yang dapat memperberat kondisi pasien kanker. Komplikasi mulai dari ulkus kronis, infeksi local berulang, hingga sepsis.[6]

Ulkus kronis seringkali sulit diobati dan menjadi sumber infeksi. Saluran limfatik yang terganggu akan menghambat pergerakan T-cell dan sel Langerhans ke kelenjar getah bening yang seharusnya memunculkan respons imunologis terhadap benda asing.[6]

Dengan kondisi seperti itu, komplikasi lebih lanjut dari limfedema adalah selulitis dan limfangitis berulang sehingga menciptakan lingkaran infeksi berulang. Dalam kasus yang sangat jarang, keganasan kulit yaitu limfangiosarkoma dapat terjadi.[6]

Kesimpulan

Limfedema ekstremitas inferior merupakan kondisi sekunder yang sering didapati pada pasien dengan kanker ginekologi. Terapi dari kanker ginekologi seperti tindakan pembedahan dan radiasi dapat menyebabkan limfedema ekstremitas inferior terutama jika tindakan pembedahan atau radiasi melibatkan langsung nodus limfatikus.[3,4,6]

Prevalensi limfedema ekstremitas inferior yang berkaitan dengan keganasan ginekologi cukup tinggi. Limfedema ekstremitas inferior dapat mengakibatkan terganggunya struktur kulit, imobilisasi, infeksi berulang, serta memperburuk luaran pasien dengan kanker ginekologi.[5,7,8]

Faktor risiko terjadinya limfedema ekstremitas inferior yaitu indeks massa tubuh, usia, dan nodus limfatikus yang terlibat. Faktor risiko berbeda-beda berdasarkan jenis kanker, jenis terapi atau tindakan bedah, serta teknik pembedahan yang dipilih. [9-11]

Mengingat dampaknya pada pasien, limfedema ekstremitas inferior yang berhubungan dengan kanker ginekologi perlu diperhatikan sebelum dan selama memberikan terapi sebagai bagian dari pencegahan dan pengelolaan penyakit.[6]

Referensi