Jangan Dilewatkan, Ini Jurnal Pediatri Tahun 2020 yang Harus Dibaca

Oleh :
dr.Ciho Olfriani

Tim Alomedika telah meninjau beberapa jurnal dan artikel pediatri dari tahun 2020 yang patut Anda baca. Sebuah jurnal telah menantang dogma bahwa neonatus tidak dapat merasakan nyeri. Penelitian bagus dari Kenya ini menunjukkan bagaimana mengembangkan bukti klinis tentang analgesik sehingga dapat diimplementasikan ke dalam pedoman neonatus, yang dapat diterapkan baik pada fasilitas kesehatan tersier maupun fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Sebanyak 2 jurnal meneliti tentang penyakit paru-paru pediatri. Penelitian pertama menunjukkan bahwa antibiotik tidak diperlukan pada pneumonia komunitas ringan.  Penelitian kedua meneliti tentang peran antibodi monoklonal untuk mencegah pneumonia yang disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV) dan bronkiolitis pada bayi. Kedua hal ini dapat menjadi game changer dalam upaya pengendalian pneumonia, yang merupakan salah satu penyebab mortalitas pada bayi.

Sementara itu, suplementasi vitamin D juga terlihat semakin populer akhir-akhir ini, sehingga kami meninjau data tentang hubungan antara vitamin D dan pertumbuhan anak usia dini.

Terakhir, di masa pandemi COVID-19 ini, kami ingin mengajak teman sejawat untuk menyimak sebuah artikel perspektif mengenai pelajaran apa saja yang dapat kita petik dari program vaksinasi sebelumnya, yang dapat diterapkan dalam vaksinasi COVID-19 pada anak di Indonesia.

jurnal pediatric covid-min

Penggunaan Antibiotik dan Luarannya pada Anak dengan Dugaan Pneumonia di Departemen Emergensi

Antibiotic Use and Outcomes in Children in the Emergency Department With Suspected Pneumonia

Lipshaw MJ, Eckerle M, Florin TA, et al. Antibiotic Use and Outcomes in Children in the Emergency Department With Suspected Pneumonia. Pediatrics. 2020 Apr;145(4):e20193138. doi: https://doi.org/10.1542/peds.2019-3138

Uji acak terkontrol ini meneliti anak dengan dugaan pneumonia komunitas yang datang berobat ke instalasi gawat darurat, tetapi dalam kondisi yang tidak serius sehingga dapat dipulangkan. Studi ini membandingkan luaran anak yang mendapatkan antibiotik dengan anak yang mendapatkan plasebo.

Kedua grup menunjukkan hasil yang serupa, tanpa adanya perbedaan dalam jumlah anak yang mengalami kegagalan terapi, jumlah kunjungan kembali ke rumah sakit, jumlah kebutuhan akan inisiasi atau penggantian antibiotik, maupun kualitas hidup anak yang dinilai oleh orang tua.

Meskipun kebanyakan kasus disebabkan oleh virus, antibiotik sering kali diresepkan di instalasi rawat jalan pada anak dengan pneumonia. Studi ini mengonfirmasi temuan dari studi lain di negara berkembang yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan pneumonia komunitas yang tidak diobati dengan antibiotik memiliki angka kegagalan terapi yang rendah.

Oleh karena itu, tampaknya aman untuk menangani pneumonia komunitas pada anak tanpa memberikan antibiotik, apabila tidak ada indikasi klinis untuk rawat inap.

Perkembangan Pedoman Klinis Lokal dan Relevan untuk Praktik Prosedur Analgesik pada Neonatus di Kenya: Tinjauan Sistematik dan Meta Analisis

Development of locally relevant clinical guidelines for procedure-related neonatal analgesic practice in Kenya: a systematic review and meta-analysis

Wade C, Frazer JS, Qian E, et al. Development of locally relevant clinical guidelines for procedure-related neonatal analgesic practice in Kenya: a systematic review and meta-analysis. Lancet Child Adolesc Health. 2020 Oct;4(10):750-760. doi: 10.1016/S2352-4642(20)30182-6.

Pemberian analgesik yang adekuat sering terlewatkan saat melakukan tindakan medis yang menyakitkan pada neonatus. Beberapa klinisi masih percaya akan dogma bahwa neonatus belum bisa merasakan sakit, sehingga tidak mempertimbangkan untuk memberikan analgesik. Studi ini menelaah bagaimana mengembangkan pedoman yang dapat menyediakan pemilihan analgesik untuk neonatus yang akan menjalani tindakan medis.

Studi ini dilakukan di Kenya, negara yang berpenghasilan menengah ke bawah. Dari meta analisis ini, sebuah pedoman nasional telah dikembangkan dan diimplementasikan. Peneliti menemukan bahwa menyusui dapat menjadi analgesik yang baik terhadap beberapa tindakan medis, seperti heel prick, pemasangan infus, dan pungsi arteri. Apabila menyusui tidak memungkinkan, maka alternatif lain seperti memberikan ASI perah, larutan gula, atau sentuhan skin to skin dapat dilakukan.

Respons nyeri neonatus dinilai dengan pengukuran yang terstandarisasi dan diimplementasikan ke dalam pedoman. Pedoman ini secara spesifik didesain agar dapat diaplikasikan pada fasilitas kesehatan primer atau sekunder, di mana sumber daya mungkin terbatas.

Nirsevimab Dosis Tunggal untuk RSV pada Bayi Prematur

Single-Dose Nirsevimab for Prevention of RSV in Preterm Infants

Griffin MP, Yuan Y, Takas T, et al. Nirsevimab Study Group. Single-Dose Nirsevimab for Prevention of RSV in Preterm Infants. N Engl J Med. 2020 Jul 30;383(5):415-425. doi: 10.1056/NEJMoa1913556

Respiratory syncytial virus (RSV) merupakan penyebab utama infeksi saluran napas (pneumonia dan bronkiolitis) pada bayi dan balita yang membutuhkan perawatan inap di rumah sakit. Infeksi RSV merupakan penyebab utama kematian bayi di negara dengan sosioekonomi menengah ke bawah. Bayi prematur, bayi dengan penyakit jantung bawaan, dan bayi dengan penyakit paru-paru memiliki risiko tinggi mengalami infeksi berat dan mortalitas. Padahal, sebagian besar epidemi RSV merupakan kejadian yang dapat diprediksi.

Uji acak terkontrol ini membandingkan antara pemberian antibodi monoklonal, yaitu nirsevimab, dan plasebo pada bayi prematur yang sehat pada awal musim RSV. Hasil studi menunjukkan bahwa nirsevimab dapat mencegah infeksi RSV dan menurunkan angka rawat inap akibat infeksi saluran napas bawah. Nirsevimab juga ditemukan aman dan tidak menghasilkan reaksi hipersensitivitas.

Hal ini dapat menjadi game changer untuk mencegah morbiditas dan mortalitas pada bayi akibat patogen yang umum ditemukan. Studi yang lebih besar pada populasi bayi lain perlu dilakukan untuk mengonfirmasi studi ini.

Efek Suplementasi Vitamin D pada Pertumbuhan Linear dan Luaran Kesehatan Lainnya di antara Anak Berusia di Bawah Lima Tahun

Effects of oral vitamin D supplementation on linear growth and other health outcomes among children under five years of age

Huey SL, Acharya N, Silver A, et al. Effects of oral vitamin D supplementation on linear growth and other health outcomes among children under five years of age. Cochrane Database Syst Rev. 2020 Dec 8;12:CD012875. doi: 10.1002/14651858.CD012875.pub2

Sampai saat ini, masih timbul pertanyaan apakah ada bukti klinis yang mendukung suplementasi vitamin D untuk meningkatkan pertumbuhan dan luaran kesehatan lainnya. Vitamin D telah diresepkan pada hampir semua gangguan kesehatan, mulai dari COVID-19 hingga schizophrenia. Meta analisis tersebut meninjau efek suplementasi vitamin D oral terhadap pertumbuhan linear bayi dan balita. Gangguan pertumbuhan linear, seperti stunting, masih menjadi indikator buruknya status gizi bayi dan balita di seluruh dunia. Kadar vitamin D yang rendah juga telah dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan.

Bukti ilmiah dari studi ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D oral hanya memiliki sedikit manfaat atau bahkan tidak sama sekali pada perbaikan pertumbuhan linear dan stunting dibandingkan dengan plasebo atau tanpa intervensi. Sedikit peningkatan pada tinggi badan berdasarkan usia mungkin dapat ditemukan.

Keterbatasan meta analisis ini adalah banyak studi kecil yang diikutkan dalam penelitian. Selain itu, perbedaan pada populasi studi dan intervensi dapat memengaruhi hasil penelitian. Studi yang lebih besar dengan metodologi yang lebih baik perlu dilakukan untuk memberikan bukti yang kuat mengenai dampak suplementasi vitamin D pada pertumbuhan anak serta untuk mengembangkan pedoman nasional tentang suplementasi vitamin pada anak.

Vaksinasi COVID-19 pada Anak—Pelajaran dari Campak

Vaccinating Children against Covid-19 — The Lessons of Measles

Klass P, Ratner AJ. Vaccinating Children against Covid-19 - The Lessons of Measles. N Engl J Med. 2021 Jan 20. doi: 10.1056/NEJMp2034765

Artikel ini mengulas tentang sebuah perspektif mengenai vaksinasi pada anak. Meskipun bukan berdasarkan uji klinis, sudut pandang ini menarik untuk diketahui dan didiskusikan oleh semua dokter yang menangani pasien anak atau mendapatkan pertanyaan dari orang tua mengenai vaksinasi COVID-19 pada anak.

Jika melihat kembali pada program vaksinasi yang telah ada sebelumnya, seperti polio, campak, dan rubella, ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dan gunakan sebagai contoh dalam diskusi tentang vaksinasi COVID-19 dengan orang tua dan teman sejawat.

Semua dokter yang terlibat dalam kesehatan masyarakat, terutama para pengambil keputusan, diimbau untuk membaca artikel tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan vaksinasi COVID-19 pada anak.