Terapi Akne Vulgaris dengan Topikal Kombinasi Nicotinamide, ABA dan ZnPCA

Oleh :
dr. Fresa Nathania Rahardjo, M.Biomed, Sp.KK

Peranan terapi topikal dalam tata laksana akne vulgaris atau jerawat dapat digunakan pada fase pengobatan maupun pemeliharaan. Terapi topikal kombinasi nicotinamide 4%, ABA (antibacterial adhesive), dan ZnPCA (zinc pyrrolidone carboxylic acid), adalah dermokosmetik yang telah menjalani uji klinis baik di luar negeri maupun di Indonesia, dan telah dinyatakan memiliki efektivitas yang baik dengan efek samping minimal.[1-3]

Sampai saat ini, terapi topikal kombinasi tersebut adalah satu-satunya agen topikal untuk terapi akne vulgaris yang telah diuji klinis di Indonesia sampai, yaitu dilakukan oleh Sitohang et al di divisi Dermatologi pada 5 rumah sakit pendidikan, pada Agustus 2016 sampai Januari 2017.[5-10]

shutterstock_567628360-min

Terapi topikal dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan terapi sistemik sesuai kebutuhan, tergantung dari derajat keparahan akne. Pemilihan terapi topikal yang efektif dan aman sangat penting dalam tata laksana akne vulgaris.[1,2,4]

Sekilas tentang Akne Vulgaris

Akne vulgaris atau jerawat adalah kelainan kulit inflamatorik kronis yang terjadi pada unit pilosebasea dengan gejala yang polimorfik. Secara klinis ditandai dengan adanya papul, pustul, nodul, dan kista. Penyebab dari kelainan kulit ini multifaktorial, antara lain produksi sebum yang berlebihan, sumbatan muara kelenjar sebasea, infeksi bakteri oleh Propionibacterium acne, dan peradangan.[1,2,4]

Akne vulgaris merupakan salah satu kelainan kulit yang banyak dijumpai dan mempengaruhi kualitas hidup penderita. Prevalensi kejadian penyakit ini terjadi pada 80% populasi. Predileksi lokasi akne vulgaris antara lain wajah, leher, punggung atas, bahu, dan lengan atas, karena pada area tersebut banyak terdapat unit pilosebasea. Predileksi usia adalah 11-30 tahun.[4-8]

Derajat keparahan akne vulgaris ditentukan berdasarkan temuan klinis. Acne Consensus Conference (ACC) American Academy of Dermatology (AAD) memberikan panduan klasifikasi akne vulgaris berdasarkan jumlah jenis lesi secara relatif. Sedangkan Agency of Healthcare Research and Quality menetapkan klasifikasi berdasarkan hitungan jenis lesi komedo, lesi inflamasi, kistik, dan total lesi. Cara ini disebut klasifikasi derajat keparahan akne vulgaris kombinasi atau Comprehensive Acne Severity Scale (CASS).[2,5]

Kriteria yang dipakai pada panduan tata laksana akne vulgaris di Indonesia adalah kriteria Lehmann, yaitu sebagai berikut:

  • Ringan, bila ditemukan lesi komedo kurang dari 20, lesi papul dan pustul kurang dari 15, tidak ditemukan lesi nodul dan kista, serta total lesi tidak lebih dari 30
  • Sedang, bila ditemukan lesi komedo 20-100, lesi papul dan pustul 15-50, lesi nodul dan kista kurang dari 5, serta total lesi 30-125
  • Berat, bila ditemukan lesi komedo lebih dari 100, lesi papul dan pustul lebih dari 50, lesi nodul dan kista lebih dari 5, serta total lesi lebih dari 125[9]

Klasifikasi derajat keparahan penting karena berkaitan erat dengan rekomendasi pengobatan. Pada derajat ringan dapat diberikan terapi topikal saja, derajat sedang diberikan terapi topikal kombinasi dengan antibiotik sistemik dan terapi hormonal untuk wanita. Untuk derajat berat perlu diberikan isotretinoin oral setelah gagal pengobatan dengan antibiotik oral yang dikombinasikan dengan terapi topikal selama 6-8 minggu.[1,2,5,9]

Terapi Topikal pada Akne Vulgaris

Terapi topikal pada akne vulgaris dapat digunakan dalam fase pengobatan maupun pemeliharaan. Terapi topikal bisa digunakan monoterapi pada akne vulgaris derajat ringan dan sedang, serta bisa bersama dengan terapi oral pada derajat sedang dan berat.[1,2,4,7]

Terdapat berbagai jenis terapi topikal nonantibiotik yang digunakan pada akne vulgaris, antara lain benzoil peroksida (BPO) 2,5% dan 5%, sulfur, nicotinamide 4%, zinc, asam salisilat, tretinoin 0,05% dan 0,025%, adapalen 0,1%, tazaroten, dan asam azelaik 15%. Terapi antibiotik topikal yang paling sering digunakan adalah klindamisin 1% dan 1,2%, sedangkan yang lebih jarang adalah eritromisin 4% dan dapson 5%.[1,7,9]

Berdasarkan panduan tata laksana akne vulgaris di Indonesia, agen topikal pilihan pertama adalah golongan asam retinoat, seperti tretinoin dan adapalen. Efek samping asam retinoat antara lain iritasi, eritema, deskuamasi, kulit kering, dan keluhan subyektif seperti kulit terasa tertarik, gatal, dan panas terbakar.[1,7,9]

Farmakologi Terapi Topikal Nicotinamide, ABA dan ZnPCA

Dermokosmetik berupa kombinasi agen terapi topikal nonantibiotik seperti nicotinamide, ABA (antibacterial adhesive), dan ZnPCA (zinc pyrrolidone carboxylic acid), dipercaya dapat mengurangi penggunaan asam retinoat.[3,4,7,8-10]

Nicotinamide

Nicotinamide adalah derivat vitamin B3 dan merupakan bentuk aktif dari niacinamide. Pada tata laksana akne vulgaris, nicotinamide dapat digunakan dalam fase pengobatan maupun fase pemeliharaan. Biasanya agen ini tersedia dalam sediaan gel maupun krim.[3,4,8-10]

Mekanisme kerja nicotinamide adalah:

  • Menghambat kemotaksis neutrofil dan sekresi sitokin pro-inflamatorik seperti IL-1, IL-6 dan TNFα, sehingga memiliki efek anti inflamasi dan ini berguna dalam penanganan lesi inflamasi seperti papul dan pustul
  • Menghambat sekresi kelenjar sebasea sehingga mengurangi minyak pada permukaan kulit, sehingga berguna untuk mengurangi sumbatan folikel pilosebasea dan lesi komedo
  • Memiliki efek mencerahkan kulit dalam terapi pemeliharaan, sehingga dapat digunakan untuk terapi hiperpigmentasi pascainflamasi (HPI)[3,4,8-10]

Nicotinamide menjadi terapi pilihan untuk kasus akne vulgaris dengan resistensi antibiotik karena memiliki efek anti inflamasi tanpa risiko resistensi bakteri terhadap antibiotik.[3,4,8-10]

Antibacterial Adhesive (ABA)

Antibacterial adhesive merupakan suatu agen yang berfungsi mencegah infeksi dengan efektivitas yang baik, sehingga bisa digunakan sebagai pengganti antibiotik. Terdapat dalam bentuk gel, ABA dapat digunakan tanpa risiko terjadinya resistensi terhadap antibiotik. [5,9-12]

Mekanisme kerja ABA adalah:

  • Menghambat perlekatan antara sel bakteri dan korneosit (host) melalui inaktivasi reseptor bakteri dan host, yang akan menghambat replikasi dan kolonisasi bakteri sehingga mencegah infeksi pada kulit
  • Mengatur biogenesis host (korneosit) dengan cara mengubah struktur reseptor glikosfingolipid host sehingga tidak dapat berikatan dengan membran bakteri
  • Mempengaruhi biogenesis reseptor permukaan sel bakteri dengan merubah susunan kimia dan fisiknya sehingga reseptor terdegradasi dan tidak dapat melakukan perlekatan dengan sel host[11,12]

Penelitian Rougier et al pada tahun 2003 mengevaluasi efektivitas gel yang mengandung 3% ABA dalam menghambat perlekatan P. acnes pada korneosit, pada subyek dengan akne vulgaris. Pada 7 orang subyek dengan kulit berjerawat, diberikan ABA tanpa disertai pengobatan ataupun bahan oles lain selama 3 hari. Jumlah koloni P. acnes pada korneosit dihitung dengan alat fluorometer dengan aliran sitometri. Hasilnya didapatkan penurunan intensitas kolonisasi P. acnes yang signifikan (p<0,05). [11]

Zinc Pyrrolidone Carboxylic Acid (ZnPCA)

Zinc merupakan mikronutrien yang diperlukan oleh tubuh. Zinc PCA adalah zinc dalam bentuk garam pyrrolidone carboxylic acid, yang disebut juga L-PCA, pyroglutamic acid, pidolic acid, atau 5-oxoproline. Senyawa ini ditemukan pada tahun 1882 oleh Haitinger dari variasi struktur kimia asam glutamat, yaitu suatu asam amino yang ditemukan pada substrat tanaman. L-PCA secara alami ada dalam konsentrasi tinggi pada stratum korneum, pada Natural Moisturizing Factor (NMF) epidermis.[5,6-10]

Mekanisme kerja ZnPCA:

  • Menghambat enzim lipase dan asam lemak pada acnes sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri P. acnes

  • Memiliki aktivitas anti androgenik sehingga dapat menekan produksi sebum, membantu mengurangi sumbatan pada muara kelenjar sebasea, dan mengurangi jumlah komedo
  • Memodulasi makrofag dan neutrofil serta mengaktivasi fagositosis oleh natural killer cells (sel NK) dan berbagai sitokin inflamatorik, sehingga membantu meredakan peradangan pada lesi inflamatorik, seperti papul dan pustul
  • Membantu absorbsi antibiotik bila digunakan sebagai terapi kombinasi dengan antibiotik topikal [5,6-10]

Zinc sebagai terapi kombinasi dengan nicotinamide maupun dengan agen topikal lain direkomendasikan sebagai terapi alternatif akne vulgaris untuk mengurangi resistensi antibiotik.[6,8,9]

Efektivitas Terapi Topikal Kombinasi Nikotinamid, ABA dan zinc PCA dalam Tata Laksana Akne Vulgaris

Telah dilakukan uji coba berlabel terbuka non-kontrol pada 514 pasien di Roma, Italia dengan derajat keparahan akne vulgaris yang berbeda-beda. Pasien diberikan oil free cream dengan bahan aktif nicotinamide 4%, ABA, dan ZnPCA di area jerawat di wajah. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu mengaplikasikan krim 1 kali sehari, 1-2 kali sehari, dan 2-3 kali sehari. Hasil pengamatan pada minggu ke-3 mendapatkan penurunan jumlah lesi tipe papul dan komedo pada 55%, dan penurunan jumlah lesi papulo pustul hanya 42%.  Pada pengamatan minggu ke-6 didapatkan penurunan jumlah lesi akne vulgaris pada 79% pasien dengan dominan lesi papul dan komedo, dan memang efektivitasnya lebih baik daripada tipe akne papulopustular. Efek samping berupa eritema dilaporkan terjadi pada 4% pasien.  Studi ini menyimpulkan bahwa penggunaan kombinasi bahan aktif nicotinamide, ABA, dan ZnPCA efektif untuk tata laksana akne vulgaris, dengan tingkat keamanan yang tinggi.[5,8]

Studi lain tentang efektivitas dan tingkat keamanan agen topikal kombinasi nicotinamide, ABA, dan ZnPCA dibanding plasebo pernah dilakukan sekaligus di 5 rumah sakit Pendidikan di Indonesia. Studi ini dilakukan pada 140 pasien, yaitu 28 orang dari setiap rumah sakit. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok penelitian yaitu kelompok yang menerima kombinasi bahan aktif, dan kelompok yang menerima krim tanpa bahan aktif / plasebo. Skala penilaian perbaikan klinis dibagi menjadi terjadi perbaikan sangat signifikan (76%-100%); perbaikan signifikan (51-75%); perbaikan sedang (26-50%); perbaikan minimal (11-25%); dan tidak ada perbaikan (0-10%). Evaluasi efek samping dilakukan untuk menilai reaksi kulit subyek dengan 4 angka, yaitu (0) tidak ada; (1) ringan, ditandai dengan rasa gatal, tidak ada gejala obyektif, tidak perlu penanganan; (2) sedang, ditandai dengan rasa gatal, ada gejala obyektif sedikit eritema, tidak perlu penanganan; (3) berat, ditandai dengan eritema, iritasi, rasa terbakar, dan pengelupasan kulit, reaksi ini memerlukan penanganan.[5,9]

Hasil dari studi tersebut menunjukkan adanya pengurangan jumlah lesi noninflamasi pada kelompok yang mendapatkan bahan aktif, dibandingkan dengan yang menerima plasebo pada minggu kedua percobaan. Hasil didapatkan signifikan secara statistik (p<0,05). Pengurangan jumlah lesi terjadi pada minggu ketiga, dan tidak terjadi efek samping yang signifikan pada kelompok yang mendapat bahan aktif maupun plasebo. Jadi dari penelitian ini disimpulkan kombinasi bahan aktif nicotinamide, ABA dan ZnPCA efektif dalam tata laksana akne vulgaris dan aman digunakan. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Aulisa et al, dimana terjadi penurunan jumlah lesi noninflamasi dibandingkan pada lesi inflamasi.[5,9]

Kesimpulan

Akne vulgaris adalah kelainan kulit yang banyak dialami masyarakat dan dapat mengganggu kualitas hidup. Terjadinya akne vulgaris diawali oleh sumbatan kelenjar pilosebasea yang kemudian mengalami peradangan. Secara klinis ditandai dengan lesi noninflamasi yaitu  komedo, dan lesi inflamasi yaitu papul, pustul, nodul, dan kista. Tata laksana pada akne vulgaris derajat ringan dan sedang dapat diberikan agen topikal saja sebagai terapi tunggal, sedangkan pada derajat sedang dan berat diberikan kombinasi terapi topikal dan sistemik.[1,2,4,5,9]

Contoh terapi topikal pada akne vulgaris nonantibiotik yang aman adalah nicotinamide, ABA, dan ZnPCA. Nicotinamide memiliki efek antiinflamasi, menurunkan produksi kelenjar sebasea, dan mencerahkan kulit sehingga bisa digunakan pada terapi pemeliharaan. ABA merupakan bahan gel yang dapat mencegah perlekatan bakteri dengan sel korneosit di kulit, dan mencegah proliferasi bakteri P. acnes secara signifikan tanpa risiko terjadi resistensi terhadap antibiotik. Sedangkan ZnPCA memiliki efek mengurangi jumlah P. acnes, mengurangi produksi sebum sehingga mengurangi jumlah komedo, dan memiliki efek antiinflamasi.[1,4,5,8,9]

Telah dilakukan uji klinis terhadap kombinasi nicotinamide, ABA, dan ZnPCA, termasuk di Indonesia. Hasilnya menyatakan bahwa kombinasi 3 bahan aktif tersebut memiliki efektivitas yang baik dalam penatalaksanaan akne vulgaris, dengan efek samping minimal sehingga dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit.[5,9]

Referensi