Keamanan Penggunaan Ciprofloxacin pada Anak di Bawah 18 Tahun

Oleh :
dr.Trisni Untari Dewi Sp.FK

Meskipun ciprofloxacin merupakan agen antiinfeksi yang efektif, penggunaannya pada anak di bawah 18 tahun sangat terbatas karena kekhawatiran terkait profil keamanannya. Ciprofloxacin merupakan obat golongan kuinolon generasi kedua yang memiliki spektrum luas, yang biasa digunakan pada infeksi saluran kemih, pneumonia, dan diare. Ciprofloxacin bekerja dengan menyebabkan kerusakan DNA bakteri dan kematian sel bakteri yang cepat, serta memiliki penetrasi yang baik ke jaringan.

Keamanan penggunaan ciprofloxacin pada pasien anak masih menjadi perdebatan karena efek sampingnya terhadap muskuloskeletal. Di Amerika Serikat sendiri, FDA telah menyetujui penggunaan ciprofloxacin pada anak dalam kondisi khusus, termasuk inhalational anthraxinfeksi saluran kemih komplikata, dan pyelonephritis.[1-4]

Keamanan Penggunaan Ciprofloxacin pada Anak di Bawah 18 Tahun-min

Mekanisme Efek Muskuloskeletal Akibat Ciprofloxacin

Mekanisme toksisitas muskuloskeletal akibat ciprofloxacin masih belum diketahui dengan pasti. Ciprofloxacin diduga menyebabkan penghambatan sintesis DNA mitokondria dalam kondrosit yang belum matang. Selain itu, konsumsi ciprofloxacin dan fluorokuinolon lainnya diduga berpotensi menyebabkan defisiensi magnesium pada kartilago akibat khelasi dengan kuinolon.

Konsumsi ciprofloxacin juga diduga mengganggu sintesis proteoglikan dan prokolagen, serta penurunan penggabungan timidin tritiasi oleh kondrosit. Meski demikian, belum ada mekanisme tunggal yang telah terbukti jelas menyebabkan artropati akibat konsumsi ciprofloxacin.[5]

Bukti Ilmiah Risiko Muskuloskeletal Terkait Penggunaan Ciprofloxacin pada Anak di Bawah 18 Tahun

Kekhawatiran terkait keamanan penggunaan ciprofloxacin diawali oleh studi pada hewan coba yang menunjukkan risiko kerusakan kartilago artikular akibat pemberian kuinolon dosis tinggi pada anak. Ciprofloxacin dan kuinolon lainnya juga dilaporkan dapat menyebabkan artropati pada sendi berdasarkan studi in vitro pada hewan coba muda (anjing, mencit, dan kelinci).[1]

Bukti yang Mendukung Penggunaan Ciprofloxacin pada Anak

Dalam sebuah meta analisis (2020), dilakukan evaluasi untuk membandingkan risiko kejadian muskuloskeletal pada anak yang mengonsumsi antibiotik fluorokuinolon dengan antibiotik non-fluorokuinolon. Meta analisis ini mengevaluasi hasil dari 10 studi dan melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna terkait risiko efek samping muskuloskeletal pada anak yang mengonsumsi fluorokuinolon dengan antibiotik lain. Saat dilakukan analisis subgrup, efek pada kelompok trovafloxacin dan levofloxacin ditemukan berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol, namun efek ini tidak dilaporkan setelah pemantauan jangka panjang.[6]

Hasil serupa diperlihatkan oleh tinjauan literatur komprehensif pada populasi anak-anak dan remaja yang diobati dengan ciprofloxacin. Sebagai contoh, dalam suatu tinjauan komprehensif dari 31 laporan dengan total lebih dari 7000 anak dan remaja yang menerima ciprofloxacin, asam nalidiksat, atau ofloxacin, tidak ditemukan bukti artropati terkait kuinolon.

Selain itu, pencarian sistematik lain yang mengevaluasi data dari 105 penelitian dengan 16.184 pasien yang menerima ciprofloxacin menunjukkan bahwa arthralgia merupakan keluhan muskuloskeletal yang paling umum timbul pada pediatrik (50% dari semua kejadian muskuloskeletal). Semua kasus artropati yang muncul teratasi atau membaik dengan melanjutkan obat, penghentian obat, penggunaan analgesik, pengurangan dosis, atau kombinasi dari intervensi ini.[5]

Tinjauan sistematik dan meta analisis lain juga melaporkan hal serupa. Studi ini mengevaluasi hasil dari 26 studi dengan total 16.155 pasien anak yang mengonsumsi ciprofloxacin. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ciprofloxacin pada anak dibandingkan dengan fluorokuinolon lain menghasilkan risiko artropati relatif rendah dan reversibel. Efek samping ini lebih kecil kemungkinannya pada penggunaan jangka pendek.[1]

Bukti yang Tidak Mendukung Penggunaan Ciprofloxacin pada Anak

Dalam sebuah kohort berbasis populasi di Korea, ditemukan adanya peningkatan risiko efek samping muskuloskeletal pada penggunaan fluorokuinolon, termasuk ciprofloxacin, dibandingkan penggunaan amoxicillin. Studi ini melibatkan 1 juta partisipan, dimana pengguna fluorokuinolon sebanyak 15.706 anak dan pembanding amoxicillin 147.840 anak. Studi ini menunjukkan adanya peningkatan kecil dalam risiko efek samping muskuloskeletal pada kelompok fluorokuinolon (harm rate 1,19). Peneliti menyatakan bahwa studi lebih lanjut masih diperlukan dan penggunaan fluorokuinolon pada anak harus disertai dengan kewaspadaan dan pengawasan efek samping.[2]

Indikasi dan Dosis Ciprofloxacin yang Direkomendasikan pada Anak di Bawah 18 Tahun

FDA Amerika Serikat telah menyetujui penggunaan ciprofloxacin pada anak untuk kasus inhalational anthrax, infeksi saluran kemih komplikata, dan pyelonephritis.[1-3,5]

Infeksi Saluran Kemih Komplikata dan Pyelonephritis

Penggunaan ciprofloxacin untuk indikasi ini pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun belum disarankan. Pada anak berusia di atas 1 tahun, ciprofloxacin dapat diberikan secara intravena dalam dosis 6-10 mg/kg diberikan per 8 jam, dosis tidak lebih dari 400 mg, selama 10-21 hari. Jika digunakan secara oral, maka dosis yang disarankan adalah 10-20 mg/kg diberikan per 12 jam, dosis tidak lebih dari 750 mg setiap pemberian, selama 10-21 hari.[7]

Inhalational Anthrax

Ciprofloxacin diberikan pasca paparan dan harus segera diganti menjadi amoxicillin segera setelah kerentanan terhadap penicillin dikonfirmasi. Ciprofloxacin dapat diberikan intravena dan per oral. Jika diberikan intravena, maka dosisnya adalah 10 mg/kg setiap 12 jam selama 60 hari, dosis tidak melebihi 400 mg setiap kali pemberian. Pemberian per oral dengan dosis 15 mg/kg setiap 12 jam selama 60 hari, dosis tidak melebihi 500 mg setiap kali pemberian.[7]

Kesimpulan

Ciprofloxacin dihindari penggunaannya pada anak karena potensi risikonya. Walaupun artropati berat masih perlu menjadi perhatian yang signifikan, data yang tersedia saat ini mengindikasikan bahwa artralgia dan artropati relatif jarang terjadi pada anak dan umumnya akan sembuh setelah penghentian paparan ciprofloxacin. Perlu diingat bahwa aspek keamanan yang juga penting diwaspadai adalah potensi resistensi antibiotik jika penggunaan ciprofloxacin berlebihan atau tidak sesuai rekomendasi.

Referensi