Pedoman Klinis Amniocentesis
Pedoman klinis terkait amniocentesis adalah untuk mengetahui bahwa prosedur ini merupakan diagnosis prenatal invasif yang digunakan untuk pemeriksaan kromosom janin yang dilakukan dibawah panduan ultrasound. Prosedur ini bermanfaat untuk membantu wanita hamil dan keluarganya dalam persiapan persalinan dan masa depan bayi. Amniosentesis juga membantu dokter untuk membuat diagnosis akurat untuk perencanaan tata laksana lebih lanjut.[1,2]
Ketika memutuskan untuk melaksanakan prosedur amniosentesis, keuntungan nilai prosedur harus selalu dipertimbangkan terhadap risikonya. Prosedur amniosentesis ini relatif aman, dengan komplikasi yang lebih sedikit jika dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Persetujuan secara tertulis melalui informed consent (IC), ekspektasi, komplikasi, dan batasan hasil amniosentesis harus jelas bagi pasien dan pasangan. Komplikasi seperti kemungkinan tertusuknya janin dengan jarum, adanya persalinan prematur, infeksi, dan keguguran juga harus disampaikan.[10-17]
Amniosentesis untuk pemeriksaan genetik secara ideal dilakukan pada usia kehamilan yang cukup dini biasanya kurang dari 20 minggu, namun paling aman pada usia 15 dan 18 minggu. Jika dilakukan lebih dari 20 minggu, kemungkinan komplikasi seperti keguguran dan kelainan bentuk kaki meningkat. Risiko talipes equinovarus meningkat jika amniosentesis dilakukan sebelum usia kehamilan 15 minggu. Namun, amniosentesis untuk indikasi lain dapat dilakukan di akhir kehamilan. Amniosentesis pada trimester ketiga kehamilan diperlukan untuk konfirmasi perkembangan paru janin. Sterilitas prosedur amniosentesis penting karena risiko kontaminasi kulit ibu dapat masuk ke dalam cairan amnion sehingga menyebabkan infeksi pada janin. Sebelum dan sesudah prosedur, detak jantung janin harus dipantau untuk menunjukkan viabilitas janin.[10-17]
Mengetahui lokasi plasenta merupakan hal yang sangat penting dalam prosedur amniosentesis. Saat melakukan prosedur, usahakan untuk menghindari penetrasi ke plasenta karena penetrasi pada plasenta anterior dan fundus dikaitkan dengan jumlah komplikasi yang lebih tinggi . Namun, hal ini tidak terkait dengan peningkatan jumlah angka kematian janin akibat prosedur melainkan berkaitan dengan peningkatan angka kelahiran prematur. Prosedur dilakukan secara steril untuk mengurangi komplikasi, cairan amnion kemudian dikirimkan untuk analisa kromosom microarray (CMA), biokimia, dan studi molekuler. Setelah cairan amniom di berikan untuk pemeriksaan, kultur sel diperoleh dalam waktu 14 hari. Teknik Fluorescent In Situ Hybridization (FISH) dan Quantitative Fluorescence-Polymerase Chain Reaction (QF-PCR) dapat diperoleh 1-2 hari.[10,13-16]