Edukasi Pasien Analisis Semen
Dokter perlu memberikan edukasi pada pasien untuk tidak menginterpretasikan hasil analisis semen sendiri. Hasil laboratorium saja tidak dapat menjadi satu-satunya penentu diagnosis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap diperlukan untuk diagnosis. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pasien juga perlu diedukasi bahwa jika ada hasil abnormal, diperlukan atau tidaknya pemeriksaan lanjutan tetap harus ditentukan oleh dokter yang menginterpretasikan hasil analisis sperma.[12]