Risiko Kardiovaskuler pada Ibu dengan Anak Penyakit Jantung Bawaan

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra

Berbagai studi terbaru menunjukkan adanya risiko penyakit kardiovaskuler pada ibu dengan anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan merupakan jenis kelainan kongenital yang paling umum ditemukan di seluruh dunia.

Penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung pada dewasa pun diketahui memiliki faktor risiko yang serupa, seperti diabetes mellitus, obesitas, dan preeklampsia. Kelainan kongenital nonspesifik dinilai meningkatkan risiko kematian kardiovaskular jangka panjang pada ibu, menurut sebuah studi kohort di tahun 2016. Selain itu, sebuah kohort terbaru dan berskala besar menyatakan bahwa penyakit jantung bawaan meningkatkan risiko penyakit jantung maternal di kemudian hari.[1,2]

Secara statistik, kelainan kongenital umum ditemukan di berbagai belahan dunia. Di Amerika Serikat, penyakit jantung bawaan ditemukan pada 7 per 1000 kelahiran hidup. Penyakit jantung bawaan juga dilaporkan sebagai penyebab kematian terbanyak di antara defek lahir lainnya. Sementara di Indonesia sendiri, insidensi penyakit jantung bawaan di tahun 2014 mencapai 134/10.000 person-years di Rumah Sakit Sardjito pada tahun 2014.[3-5]

heart attack woman

Publikasi tahun 2016 di Denmark menunjukkan bahwa memiliki anak dengan kelainan kongenital dapat meningkatkan risiko kematian ibu akibat penyakit jantung di kemudian hari sebanyak 26%. Sehingga, peneliti dari Universitas McGill dan Hospital Research Center Universitas Montreal melakukan penelitian lebih lanjut berskala besar yang mencakup >1juta wanita yang melahirkan anak dengan penyakit jantung bawaan dan melakukan follow up hingga 25 tahun setelah melahirkan untuk menilai ada tidaknya peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada ibu dalam rentang waktu tersebut. Studi ini dipublikasi tahun 2018 di Circulation oleh American Heart Association.[1,2]

Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung Maternal

Sebuah studi kohort berbasis populasi melibatkan lebih dari 400.000 subjek penelitian di Denmark. Studi ini meneliti mengenai risiko mortalitas dari segala penyebab pada ibu yang pernah melahirkan anak dengan penyakit jantung bawaan. Studi ini menemukan bahwa ibu pada kelompok kasus memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular 1.26 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak memiliki anak dengan penyakit jantung bawaan.[2]

Penelitian terbaru di Quebec, Kanada, mencakup 1.084.251 wanita yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital antara tahun 1989 dan 2013. Penyakit jantung bawaan yang teliti diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: kritis (butuh tatalaksana segera pasca lahir), non-kritis (tidak membutuhkan tatalaksana segera pasca lahir), dan tanpa penyakit jantung bawaan. Penelitian bertujuan menghitung angka kejadian dan risiko rawat inap ibu akibat penyakit jantung (termasuk infark miokard, aterosklerosis, gagal jantung) dalam rentang follow-up 25 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan anak tanpa penyakit jantung bawaan:

  • Penyakit jantung bawaan non-kritis berkaitan dengan insidensi rawat inap kardiovaskular ibu yang lebih tinggi (24%) – peningkatan risiko rawat inap 1.24 kali
  • Penyakit jantung bawaan kritis berkaitan dengan insidensi rawat inap kardiovaskular ibu yang jauh lebih tinggi (43%) – peningkatan risiko rawat inap 1.43 kali

Penyebab hubungan antara penyakit jantung bawaan pada bayi dengan risiko terjadinya penyakit jantung pada ibu di kemudian hari masih belum sepenuhnya dipahami. Meskipun demikian, peneliti beranggapan bahwa hubungan antara keduanya dapat dijelaskan oleh beberapa hal berikut:

  • Faktor genetik – adanya penyakit jantung bawaan bisa disebabkan karena adanya kelainan genetik familial yang mendasari predisposisi kondisi patologis kardiovaskular[1]
  • Faktor stres psikososioekonomi - merawat bayi dengan penyakit jantung bawaan kritis erat berkaitan dengan stres psikososial dan keuangan, sehingga dapat meningkatkan risiko jangka panjang terjadinya penyakit jantung pada ibu[6]

Namun demikian, perlu diingat bahwa hubungan antara penyakit jantung bawaan pada anak dengan peningkatan risiko penyakit jantung pada ibu ini masih perlu diteliti lebih lanjut, terutama karena analisis studi ini belum mempertimbangkan parameter lainnya seperti indeks massa tubuh, gaya hidup, perilaku merokok, serta tingkat stres.

Kesimpulan

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak dengan penyakit jantung bawaan memiliki risiko menderita penyakit kardiovaskuler di kemudian hari. Namun demikian, mekanisme pastinya masih belum diketahui jelas. Peningkatan risiko penyakit jantung pada ibu diduga dapat disebabkan karena stresor psikososial, tingkat stres dan kecemasan yang tinggi dalam membesarkan anak dengan penyakit jantung bawaan, yang dapat mempercepat perkembangan aterosklerosis. Namun demikian, perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini sehingga dapat ditentukan pencegahan primer yang efektif dan bermanfaat.

Referensi