Perlu Tidaknya Suplementasi Nutrisi Oral untuk Anak Picky Eater

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Suplementasi nutrisi oral sering diberikan kepada anak picky eater. Kebiasaan picky eating atau kebiasaan memilih-milih makanan adalah salah satu spektrum kesulitan makan (feeding difficulties) yang sering dijumpai pada anak prasekolah berusia 12–36 bulan. Anak picky eater biasanya menolak untuk mencoba makanan baru atau hanya mau mengonsumsi makanan tertentu.[1-3]

Picky eating dapat membatasi asupan energi dan nutrisi anak, sehingga memengaruhi status gizi anak. Beberapa studi menunjukkan bahwa picky eating persisten berisiko menyebabkan kondisi underweight, siklus penyakit rekuren, faltering growth, dan efek negatif pada pertumbuhan jangka panjang serta kemampuan kognitif anak.[2,4,5]

Perlu Tidaknya Suplementasi Nutrisi Oral untuk Anak Picky Eater-min

Untuk mencegah maupun mengatasi faltering growth pada picky eaters, orang tua dan tenaga medis sering meningkatkan asupan energi dan nutrien anak dengan beberapa cara, salah satunya dengan memberikan suplementasi nutrisi oral. Artikel ini akan membahas hasil studi mengenai efektif atau tidaknya pemberian suplementasi nutrisi oral pada anak-anak picky eaters.[2,4]

Sekilas tentang Definisi Picky Eater

Saat ini belum ada konsensus mengenai definisi picky eater. Namun, anak picky eater umumnya diartikan sebagai anak yang tidak mau mengonsumsi makanan tertentu, baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal (makanan baru). Beberapa anak picky eater mungkin masih mau mengonsumsi makanan tertentu tetapi hanya dalam jumlah sedikit (kuantitas makanan tidak adekuat).[1,2,4,6]

Beberapa tipe perilaku yang dijumpai pada picky eater adalah durasi makan yang lama (14,3%), penolakan makanan tertentu seperti buah dan sayur (14%), penolakan makanan baru (12%), preferensi untuk hanya mengonsumsi makanan atau minuman tertentu (12%), dan preferensi terhadap makanan ringan dibandingkan makanan utama (11,1%).[7-9]

Status Makronutrien dan Mikronutrien pada Picky Eater

Makronutrien adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk sumber energi utama, peran struktural, dan metabolisme. Sementara itu, mikronutrien adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit untuk kofaktor enzim, metabolisme, homeostasis, serta sintesis neurotransmitter.[1,2,10]

Status Mikronutrien

Kohort observasional oleh Taylor et al melaporkan bahwa anak picky eater cenderung memiliki kadar mikronutrien yang lebih rendah daripada standar. Defisiensi mikronutrien bila dibandingkan dengan non-picky eater adalah karoten 25% lebih rendah, niasin dan vitamin B6 8% lebih rendah, zat besi dan zinc 9% lebih rendah, serta selenium 12% lebih rendah. Bahkan, asupan zat besi dan zinc berada di bawah angka kecukupan gizi yang direkomendasikan.

Studi lain di Amerika Serikat juga melaporkan defisiensi mikronutrien seperti kalsium, magnesium, vitamin A, vitamin Cvitamin D, dan vitamin B12 pada anak usia 3–7 tahun yang suka memilih-milih makanan.[1,2,11]

Status Makronutrien

Berbeda dengan status mikronutrien, studi longitudinal yang melibatkan picky eater usia prasekolah (30–60 bulan) menunjukkan bahwa kekurangan makronutrien hanya bersifat minimal. Rerata asupan energi pada picky eater berusia 36–72 bulan melebihi asupan yang direkomendasikan, diikuti dengan asupan free sugar yang 10% lebih tinggi dari angka kecukupan gizi.[1,2,11]

Menimbang hasil analisis yang menunjukkan adanya defisiensi mikronutrien tetapi tidak adanya defisiensi makronutrien bermakna, Studi Taylor et al menyarankan intervensi berupa edukasi pada orang tua untuk mengajari anak mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah, serta mengonsumsi lebih sedikit makanan bergula.[1]

Efektivitas Pemberian Suplementasi Nutrisi Oral pada Picky Eater

Studi menunjukkan bahwa anak picky eater yang menerima suplementasi nutrisi oral bersama konseling diet memiliki kenaikan berat badan yang lebih signifikan daripada anak yang hanya menerima konseling diet. Insidensi infeksi saluran pernapasan pada anak picky eater yang menerima suplementasi nutrisi oral juga ditemukan lebih rendah daripada yang tidak menerima suplementasi.[4,12,13]

Pengaruh Suplementasi Nutrisi Oral pada Pertumbuhan

Beberapa penelitian telah mengevaluasi efektivitas suplementasi nutrisi oral untuk kejar tumbuh pada anak picky eater yang berisiko mengalami defisiensi nutrisi. Suatu uji klinis acak terkontrol pada picky eater berusia 30–60 bulan dengan weight-for-height ≤ persentil ke-25 membandingkan anak yang menerima suplementasi oral (susu formula padat nutrisi) dan konseling diet dengan anak yang hanya menerima konseling diet.

Hasil uji klinis acak terkontrol tersebut menunjukkan bahwa anak yang menerima kombinasi formula padat nutrisi dan konseling diet mengalami peningkatan parameter weight-for-height dan weight-for-age yang lebih signifikan daripada anak yang hanya menerima konseling diet.[3,14]

Studi Ghosh et al juga mempelajari 203 anak picky eater berusia 2–6 tahun yang sebelumnya sudah menjalani uji klinis acak terkontrol dengan menerima suplementasi nutrisi oral (susu formula padat nutrisi) dan konseling diet selama 90 hari. Ghosh et al lalu melakukan evaluasi growth-trajectory selama 120 hari pasca intervensi tersebut.

Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa kombinasi suplementasi oral dan konseling diet selama 90 hari lebih efektif dalam meningkatkan asupan energi dan berat badan anak picky eater daripada konseling diet saja. Selama periode pasca intervensi (hari ke-90 hingga hari ke-210), pemberian suplementasi oral secara lanjut juga memelihara intake energi dan mengurangi kehilangan persentil pertumbuhan pada anak picky eater yang berisiko mengalami defisiensi nutrisi.[4]

Pengaruh Suplementasi Nutrisi Oral pada Nafsu Makan

Studi Ghosh et al juga melaporkan peningkatan nafsu makan yang lebih baik setelah anak mengonsumsi suplementasi oral. Temuan ini serupa dengan penelitian terbaru yang melaporkan peningkatan skor nafsu makan setelah pemberian suplementasi vitamin pada anak-anak dengan risiko defisiensi gizi yang disebabkan kesulitan makan.

Hal ini diduga terjadi karena intake mikronutrien seperti zat besi dan zinc yang adekuat dapat memengaruhi nafsu makan anak secara positif. Mikronutrien ini telah terbukti terlibat dalam regulasi nafsu makan dan terlibat dalam peningkatan nafsu makan pada picky eater yang mengalami faltering growth.[4,12]

Beberapa literatur menyarankan agar suplementasi nutrisi oral diberikan pada anak dengan picky eating persisten dan parah, yang menunjukkan tanda faltering growth atau mengalami penyakit infeksi berulang.[15,16]

Kesimpulan

Anak picky eater berisiko mengalami defisiensi mikronutrien seperti zinc dan zat besi. Akan tetapi, status makronutrien pada anak picky eater umumnya tidak mengalami defisiensi bermakna. Pada kasus seperti ini, intervensi yang disarankan adalah edukasi pada orang tua untuk mengajari anak lebih banyak memakan sayur dan buah, serta mengurangi konsumsi makanan bergula.[1,2,4,6]

Namun, pada anak dengan picky eating yang parah dan persisten, ada risiko terjadi underweight, faltering growth, dan penyakit infeksi berulang. Pada anak berisiko seperti ini, pemberian suplementasi nutrisi oral telah terbukti dapat meningkatkan parameter pertumbuhan dan nafsu makan. Namun, pemberian suplementasi nutrisi oral tidak bisa dijadikan substitusi makanan utama.

Dokter tetap perlu memberikan konseling diet untuk mengupayakan agar anak bisa mengonsumsi makanan dengan normal sesuai angka kebutuhan gizi berdasarkan usia anak (age-appropriate food).[13,16]

Referensi