Peran IGRA dalam Mendiagnosa Tuberkulosis Laten

Oleh :
dr. Michael Sintong Halomoan

IGRA (interferon gamma release assay) merupakan pemeriksaan darah yang digunakan untuk menentukan tuberkulosis (TBC) laten dengan mengukur respons imun individu terhadap Mycobacterium tuberculosis. Prinsip kerja IGRA adalah dengan mendeteksi interferon gamma yang disekresi oleh sel T sebagai respon terhadap antigen spesifik M. tuberculosis. IGRA digunakan sebagai salah satu metode skrining infeksi tuberkulosis laten, termasuk pada pasien dengan gangguan imunitas.

Diagnosis tuberkulosis laten merupakan salah satu langkah penting dalam upaya eradikasi tuberkulosis global. Pemeriksaan IGRA sendiri memiliki beberapa keunggulan, seperti kebutuhan kedatangan pasien untuk pengambilan sampel darah hanya satu kali, perolehan hasil kurang dari 24 jam, maupun penurunan risiko positif palsu akibat riwayat vaksinasi bacille Calmette-Guérin (BCG).[1-4]

Peran IGRA dalam Mendiagnosa Tuberkulosis Laten-min

Sekilas Tentang Infeksi Tuberkulosis Laten

Infeksi tuberkulosis laten didefinisikan sebagai status respon imun persisten terhadap stimulasi antigen M. tuberculosis tanpa bukti gejala klinis penyakit tuberkulosis aktif. Diduga sekitar ¼ populasi dunia mengalami infeksi tuberkulosis laten. Reaktivasi penyakit, dimana terjadi transisi infeksi laten menjadi kasus aktif, terjadi pada sekitar 5‒15% kasus tuberkulosis laten.

Langkah penting dalam manajemen infeksi tuberkulosis laten adalah penegakan diagnosis. Tidak seperti infeksi tuberkulosis aktif yang memiliki kultur bakteri sebagai standar baku emas penegakan diagnosisnya, infeksi tuberkulosis laten tidak memiliki standar tertentu dalam penegakan diagnosis pasti karena deteksi patogen cukup sulit.

Infeksi tuberkulosis laten ditegakkan dengan pemeriksaan respon imun terhadap antigen M. tuberculosis, di mana terdapat dua jenis pemeriksaan, yaitu tuberculin skin test (TST) dan interferon-gamma release assay (IGRA). Pemeriksaan TST dilakukan berdasarkan imunitas cell-mediated melalui injeksi protein bakteri M. tuberculosis secara intradermal. Sementara itu, pemeriksaan IGRA dilakukan berdasarkan produksi interferon gamma oleh sel imun akibat respon terhadap antigen M. tuberculosis melalui pemeriksaan darah vena.[3-6]

Pemeriksaan Interferon Gamma Release Assay (IGRA)

Pemeriksaan interferon-gamma release assay (IGRA) dilakukan berdasarkan pelepasan sitokin interferon gamma yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi M. tuberculosis. Prinsip pemeriksaan ini mengadopsi metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dalam menguji interferon manusia bila dirangsang dengan antigen rekombinan spesifik M. tuberculosis. IGRA dilakukan dengan pemeriksaan sampel darah vena, di mana sampel darah ini dicampur dengan antigen M. tuberculosis. Bila pasien terinfeksi tuberkulosis, sel T yang teraktivasi akan merespon terhadap antigen dan melepaskan berbagai sitokin, termasuk interferon.

Terdapat dua jenis pemeriksaan IGRA yang umum digunakan, yaitu QuantiFERON-TB Gold In-Tube (QFT-GIT) dan T-SPOT TB (T-Spot).[1,7]

Tabel 1. Perbedaan QFT-GIT dan T-Spot

QFT-GIT T-Spot
Proses Darah vena dalam 16 jam

Peripheral Blood Mononuclear Cell (PBMC) dalam 8 jam

Antigen Satu campuran peptida sintetik terdiri dari ESAT-6, CFP-10, dan TB7.7 Campuran terpisah peptida sintetik terdiri dari ESAT-6 dan CFP-10
Pengukuran Konsentrasi Interferon-γ Jumlah sel yang memproduksi Interferon gamma
Hasil Positif, negatif, indeterminate

Positif, negatif, borderlineinvalid

Sumber: dr. Michael Sintong, 2022.

Selain penggunaannya dalam penegakan diagnosis tuberkulosis laten, IGRA juga diduga dapat bermanfaat dalam memprediksi perjalanan penyakit dan prognosis tuberkulosis laten. Dalam sebuah studi retrospektif pada 135 pasien tuberkulosis di Tiongkok, disimpulkan bahwa nilai IGRA yang tinggi merepresentasikan kemampuan imun yang lebih baik, tahap progresi penyakit, dan prognosis pasien. Prinsip yang digunakan dalam studi ini adalah korelasi terdeteksinya interferon gamma dengan kadar limfosit CD4 dan CD8 sebagai prediktor status imunitas pasien.[8]

Penggunaan Interferon Gamma Release Assay (IGRA) dalam Penegakan Diagnosis Tuberkulosis Laten

Interferon-gamma release assay (IGRA) merupakan pemeriksaan yang disarankan untuk penapisan infeksi tuberkulosis laten. Di Indonesia sendiri, pemeriksaan IGRA bersama TST menjadi pilihan dalam pemeriksaan penapisan terhadap populasi berisiko, yaitu populasi usia lebih dari 5 tahun dan bergejala dengan riwayat kontak serumah dengan pasien tuberkulosis aktif, ataupun pasien imunokompromais dengan atau tanpa gejala. Pemeriksaan ini juga digunakan sebagai penapisan pada populasi berisiko lain, seperti warga binaan pemasyarakatan, petugas kesehatan, asrama, barak militer, atau pengguna narkoba suntik yang mengalami gejala.[4,9]

Bukti Ilmiah Akurasi Interferon Gamma Release Assay (IGRA)

Sebuah kohort retrospektif yang dilakukan terhadap 416 orang dengan HIV (ODHA) di sebuah rumah sakit pendidikan di Korea Selatan menunjukkan bahwa IGRA bermanfaat dalam mendeteksi infeksi tuberkulosis laten dan mencegah konversi menjadi tuberkulosis aktif. Dalam studi ini, IGRA dilaporkan memiliki sensitivitas 80% dan spesifisitas 85,9%.[2]

Tampaknya, pemeriksaan IGRA bermanfaat untuk mendiagnosis tuberkulosis laten pada pasien HIV. Namun, perlu kehati-hatian pada pasien HIV yang memiliki gejala tuberkulosis tetapi hasil IGRA negatif. Negatif palsu ini dapat dikaitkan dengan sistem imunitas yang rendah.

Dalam suatu meta analisis, IGRA jenis QFT-GIT dilaporkan memiliki sensitivitas 52% dan spesifisitas 97% untuk deteksi tuberkulosis laten pada individu imunokompeten. Sementara itu, pemeriksaan IGRA jenis T-Spot dilaporkan memiliki sensitivitas 68% dengan spesifisitas 97%.[10]

Dalam sebuah studi retrospektif lain terhadap 484 pasien di Rumah Sakit Universitas di Shanghai, IGRA ditemukan memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi dan menentukan keparahan penyakit tuberkulosis intestinal. Dalam studi ini, IGRA dilaporkan memiliki sensitivitas 88% dan spesifisitas 74%.[11]

Kelebihan dan Kekurangan Interferon Gamma Release Assay (IGRA) dalam Diagnosis Tuberkulosis Laten

Interferon-gamma release assay (IGRA) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan mengenai perannya dalam mendiagnosis tuberkulosis laten. Bagi pasien yang menjalani pemeriksaan IGRA, pasien hanya perlu datang 1 kali untuk pengambilan sampel. Selain itu, hasil pemeriksaan IGRA dapat diperoleh dalam kurang dari 24 jam. Bagi klinisi, bila IGRA diulang pada pasien yang sama, hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan IGRA sebelumnya. Pemeriksaan IGRA juga tidak akan memberikan hasil positif palsu pada pasien dengan riwayat vaksin BCG.

Kekurangan dari pemeriksaan IGRA adalah sampel darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan harus segera diproses dalam 8-30 jam setelah pengambilan sampel, sehingga pengiriman sampel darah menjadi cukup sulit. Selain itu, kesalahan teknik, baik pada pengambilan, pengantaran, dan pemeriksaan sampel akan mempengaruhi akurasi hasil. Harga pemeriksaan IGRA juga cenderung lebih mahal bila dibandingkan dengan pemeriksaan penapisan TST.[1,7,10]

Perbandingan Interferon Gamma Release Assay (IGRA) dengan Uji Tuberkulin

Interferon-gamma release assay (IGRA) sering dibandingkan dengan metode penapisan infeksi tuberkulosis laten lain, yaitu TST. Dalam sebuah meta analisis oleh Doan et al, sensitivitas TST ditemukan lebih unggul dibandingkan QFT-GIT pada populasi dewasa dan anak imunokompeten dan populasi dewasa imunokompromais. Spesifisitas pemeriksaan TST pada populasi tanpa riwayat vaksinasi BCG juga ditemukan lebih unggul dibanding QFT-GIT pada populasi dewasa dan anak imunokompeten dan populasi dewasa imunokompromais.

Dalam meta analisis ini, sensitivitas TST adalah 84%, dibandingkan QFT-GIT 52% pada dewasa imunokompeten. Pada pasien dewasa yang tidak divaksin BCG, spesifisitas TST dilaporkan sebesar 100%, dibandingkan QFT-GIT 97%.

Pada pasien dewasa yang telah divaksin BCG saat kecil, spesifisitas TST dilaporkan sebesar 79%, dibandingkan QFT-GIT 93%. Hasil ini menunjukkan bahwa IGRA sedikit terpengaruh oleh BCG, dan sebaiknya menjadi tes pilihan pada populasi ini.[10]

Kesimpulan

Interferon-gamma release assay (IGRA) merupakan pemeriksaan penunjang yang baik digunakan untuk penapisan infeksi tuberkulosis laten. IGRA memiliki kelebihan yaitu hanya memerlukan 1 kali kunjungan untuk pemeriksaan, hasil keluar sebelum 24 jam, dan akurasinya tidak dipengaruhi riwayat vaksin BCG. Meski begitu, penggunaan pemeriksaan IGRA memerlukan fasilitas yang memadai karena sulit untuk dilakukan rujukan laboratorium. Saat ini harga pemeriksaan IGRA juga masih lebih tinggi dibandingkan uji tuberkulin. Di Indonesia, pemeriksaan IGRA bersama uji tuberkulin menjadi pilihan dalam penapisan populasi berisiko, yaitu populasi usia lebih dari 5 tahun dan bergejala dengan riwayat kontak serumah dengan pasien tuberkulosis aktif, ataupun pasien imunokompromais dengan/tanpa gejala.

 

Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji

Referensi