Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
  • Diskusi Dokter
  • SKP Online
Fimosis general_alomedika 2019-11-29T15:45:59+07:00 2019-11-29T15:45:59+07:00
Fimosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Fimosis

Oleh :
dr. Bunga Saridewi
Share To Social Media:

Fimosis adalah suatu kondisi di mana preputium tidak dapat ditarik ke arah proksimal sehingga glans penis sulit atau tidak dapat terlihat. Fimosis dapat bersifat fisiologis atau patologis. Fimosis fisiologis merupakan kondisi yang terjadi pada sekitar 90% bayi baru lahir akibat adhesi alami antara preputium dan glans penis. Sedangkan fimosis patologis terjadi sekunder setelah dulunya preputium dapat diretraksi, atau terjadi setelah masa pubertas. Fimosis perlu dibedakan dari parafimosis, yaitu suatu keadaan kegawatdaruratan dimana preputium yang diretraksi tidak dapat dikembalikan ke posisi semula. [1-6]

Diagnosis fimosis dapat ditegakkan secara klinis. Secara umum, pemeriksaan laboratorium dan radiologi tidak diperlukan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan terkait infeksi saluran kemih, infeksi kulit, serta untuk menyingkirkan bukti keganasan pada jaringan post eksisi fimosis patologis. [3,7,8]

Penatalaksanaan fimosis tergantung pada jenis fimosis dan usia pasien. Pada fimosis fisiologis, dapat digunakan strategi watchful waiting dengan meyakinkan orang tua bahwa kondisi tersebut normal sesuai kelompok usia. [1,9]. Terapi konservatif seperti pemberian salep atau krim kortikosteroid juga dapat dilakukan pada fimosis fisiologis. [7,10] Jika fimosis bersifat simtomatik atau fimosis patologis, maka tata laksana pilihan adalah sirkumsisi. [1,4]

Depositphotos_138095384_s-2019

Referensi

1. McGregor TB, Pike JG, Leonard MP. Pathologic and Physiologic Phimosis. Can Fam Phys. 2007(53)445-448. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1949079/pdf/0530445.pdf
2. Drake T, Rustom J, Davies M. Phimosis in Childhood. BMJ. 2013(346)1-4. https://www.bmj.com/content/346/bmj.f3678
3. Fahmy, M. (2017). Phimosis and Paraphimosis. Congenital Anomalies of the Penis, 245–250. doi:10.1007/978-3-319-43310-3_38a
4. Medscape. Phimosis, Adult Circumcision, and Buried Penis. https://emedicine.medscape.com/article/442617-overview#showall
5. Chan IHY, Wong KKY. Common urological problems in children: prepuce, phimosis, and buried penis. Hong Kong Med J. 2016(22)23-269. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27149978
6. Medscape. Phimosis and Paraphimosis. https://emedicine.medscape.com/article/777539-overview#showall
7. Tekgul S, Dogan HS, Hoebeke P, et al. EAU Guidelines of Pediatric Urology. 2016. European Association of Urology. https://uroweb.org/wp-content/uploads/EAU-Guidelines-Paediatric-Urology-2016.pdf
8. Shahid SK. Phimosis in children. ISRN Urol. 2012;2012:707329. Published 2012 Mar 5. doi:10.5402/2012/707329
9. Huang CJ. Problems of the Foreskin and Glans Penis. Clin Ped Emerg Med. 2009(10)56-59. http://www.hkmacme.org/course/2009bw06-05-00/id%20cs_jun.pdf
10. Moreno G, Corbalán J, Peñaloza B, Pantoja T. Topical corticosteroids for treating phimosis in boys. Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 9. Art. No.: CD008973. DOI: 10.1002/14651858.CD008973.pub2

Patofisiologi Fimosis
Diskusi Terkait
Anonymous
08 Juni 2021
Pasien dengan Frenulum Brevis apa saja tatalaksana yang harus dilakukan - Urologi Ask The Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo DR. dr. Besut Daryanto, SpU(K)Izin bertanya tatalaksana pasien dengan frenulum brevis, apa saja indikasi tindakan operasi, apakah bisa diatasi tanpa...
dr. Nurul Falah
31 Maret 2021
Perbedaan Fimosis dan Parafimosis - Urologi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Dr. dr. Besut Daryanto, Sp. B, Sp. U(K), izin bertanya dokter.Bagaimana cara membedakan parafimosis dengan fimosis dokter? Tanda klinis dan apa saja yang...
dr.Ciho Olfriani
30 Maret 2021
Kapan sirkumsisi diperlukan pada phymosis
Oleh: dr.Ciho Olfriani
1 Balasan
ALO, Dokter..Pada pasien anak dengan phymosis, kapan sirkumsisi diperlukan? Selain sirkumsisi, apakah ada terapi phymosis yang dapat dilakukan di fktp?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.