Patofisiologi Mesothelioma
Patofisiologi mesothelioma berhubungan erat dengan inflamasi kronis. Agen inflamasi karsinogenik yang telah diketahui bisa menyebabkan mesothelioma adalah asbestos. Ada dua kelompok besar asbestos, yaitu asbestos serpentine dan amphibole. Paparan serat asbestos tipe amphiboles memiliki risiko karsinogenesis lebih tinggi daripada tipe serpentine. Serat tipe amphibole berukuran lebih panjang daripada tipe serpentine.[1,3]
Selain asbestos, mineral erionite, infeksi (seperti infeksi tuberkulosis atau virus simian V40), serta paparan radiasi juga dapat menginduksi inflamasi yang membentuk siklus kronis repetitif pada sel mesothel.[3,7]
Fagositosis Asbestos oleh Sel Mesothel
Serat asbestos yang terinhalasi akan melewati alveolus menuju ruang pleura. Secara fisiologis, setiap partikel yang berada di ruang pleura akan dieliminasi menuju nodus limfatik melalui stomata. Namun, karena ukurannya besar, serat asbestos tidak bisa melewati stomata. Lama-kelamaan serat ini akan berakumulasi di sekitar stomata pleura parietal dan membentuk black spots.
Black spots ini dapat menyebabkan iritasi pleura akibat kerusakan pada permukaan mesothel, yang selanjutnya menginisiasi siklus proinflamasi untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Kerusakan mesothel terjadi karena mesothel memfagosit asbestos dan serat asbestos menyebabkan oksidasi intrasel. Hal ini dapat menyebabkan pecahnya DNA sel. Selain itu, serat asbestos juga menghalangi mitosis mesothel, sehingga sel yang terbentuk bersifat aneuploid karena segregasi kromosom yang abnormal.[1,3]
Kegagalan Fagositosis Asbestos
Mekanisme lain dalam patofisiologi mesothelioma adalah kegagalan fagositosis serat asbestos oleh makrofag karena serat asbestos terlalu besar. Proses ini menyebabkan kondisi frustrated phagocytosis, yang selanjutnya akan melepaskan sitokin proinflamasi (contohnya tumor necrosis factor alpha) dan spesies oksigen reaktif. Stres oksidatif ini menjadi faktor yang secara tidak langsung merusak DNA sel mesothel.[1,3]
Sel yang mati akan melepaskan high molecular group binding protein 1 (HMGB1) yang merangsang inflamasi dan menginduksi pelepasan makrofag lebih lanjut pada situs inflamasi. Asbestos juga dapat menginduksi kaskade tertentu melalui autofosforilasi epidermal growth factor receptor (EGFR), yang dilaporkan berperan dalam proses karsinogenesis melalui pembentukan gen antiapoptosis.[1,3]