Diagnosis Retensio Plasenta
Diagnosis retensio plasenta ditegakkan apabila terdapat kondisi plasenta yang belum keluar dalam 30 menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda pelepasan plasenta merupakan tanda yang penting untuk membedakan antara diagnosis plasenta trapped dengan plasenta adherens atau akreta.
Anamnesis
Gejala utama pasien retensio plasenta adalah tertahannya plasenta dalam rahim selama lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Selain itu, beberapa gejala lain seperti demam, perdarahan hebat, nyeri hebat, duh vagina berbau, dan tampak jaringan pada vagina, juga bisa ditemukan.
Status obstetrik dan ginekologi pasien secara lengkap juga harus ditanyakan. Penemuan riwayat sectio caesarea akan meningkatkan risiko terjadinya plasenta akreta pada pasien. Faktor risiko lainnya, seperti riwayat retensio plasenta, abortus, preeklampsia, penggunaan ergometrin, dan stillbirth juga harus digali. [4,5]
Pemeriksaan Fisik
Perdarahan umumnya terjadi pada pasien retensio plasenta sehingga evaluasi syok harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan vagina dan uterus. Diagnosis plasenta trapped, adherens, dan akreta juga dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik.
Evaluasi Syok
Pasien retensio plasenta sering kali memiliki perdarahan hebat sehingga status hemodinamik pasien harus diperhatikan terlebih dahulu. Tanda-tanda syok hipovolemik, seperti takikardia, hipotensi, penurunan urine output, akral dingin, dan penurunan kesadaran harus dipantau. [4,5,9,14]
Pemeriksaan Vagina dan Uterus
Apabila bayi sudah lahir dan plasenta belum dilahirkan setelah lebih dari 30 menit, maka diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan. Pada pasien retensio plasenta akan ditemukan plasenta yang masih berada di dalam uterus dengan sebagian korda umbilikus pada orifisium serviks.
Membedakan plasenta trapped dengan plasenta adherens dan akreta adalah melalui terdapatnya tanda-tanda pelepasan plasenta. Pada saat klinisi melakukan traksi tali pusat terkendali awasi tanda-tanda pelepasan plasenta dari dinding uterus, yaitu:
- Korda umbilikal yang memanjang
- Semburan darah mendadak dan singkat
- Perubahan tinggi dan dan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular
- Meningginya tinggi fundus uterus
- Kontraksi fundus
Apabila terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta dan plasenta teraba pada ujung orifisium serviks, akan tetapi plasenta tidak dapat dikeluarkan, maka diagnosis plasenta trapped dapat ditegakkan. [4,5,9]
Plasenta akreta dan adherens umumnya tidak memiliki tanda-tanda pelepasan plasenta. Diagnosis plasenta akreta dan adherens dapat dibedakan hanya dengan tindakan manual plasenta. Apabila seluruh plasenta dan desidua dapat dilepaskan dengan bersih dari dinding uterus, maka diagnosis plasenta adherens dapat ditegakkan. Pada plasenta akreta, umumnya sudah terjadi invasi ke miometrium, sehingga plasenta akan sulit dilepaskan dari dinding uterus melalui tindakan manual plasenta. [4,6,9]
Diagnosis Banding
Diagnosis retensio plasenta umumnya mudah ditegakkan dan sangat mudah dibedakan dengan perdarahan postpartum lainnya. Akan tetapi, atonia uterus terkadang dapat sulit dibedakan atau dapat terjadi bersamaan dengan retensio plasenta.
Atonia Uterus
Atonia uterus merupakan keadaan di mana uterus gagal berkontraksi setelah lahirnya bayi. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah perdarahan hebat, nyeri abdomen, dan gangguan hemodinamik. Tanda dan gejala atonia uterus dapat juga ditemukan pada pasien retensio plasenta. Hal ini dikarenakan atonia uterus dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta.
Yang membedakan antara atonia uterus atau retensio plasenta adalah tidak adanya kontraksi uterus dengan plasenta yang sudah berhasil dilahirkan. [3,4,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang umumnya tidak rutin dilakukan pada pasien retensio plasenta. Akan tetapi, apabila diagnosis tipe plasenta adherens belum dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik, maka USG dapat dilakukan.
Tes Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, dan fungsi hati dapat dilakukan untuk menentukan keadaan dan komplikasi syok hipovolemik pada pasien. Pada pasien perdarahan hebat, umumnya akan ditemukan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Tes golongan darah dan rhesus dilakukan secepatnya guna mempersiapkan apabila transfusi darah diperlukan. [9,14]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi jarang dilakukan dan hanya dilakukan apabila tipe retensio plasenta belum dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada pasien retensio uterus adalah USG.
USG pada pasien plasenta trapped umumnya memiliki gambaran penebalan pada miometrium di seluruh area uterus dan plasenta akan terlihat berada di segmen bawah uterus dalam keadaan sudah terlepas dari dinding uterus. Pada plasenta adherens, miometrium akan terlihat menebal di seluruh area uterus kecuali tempat perlekatan plasenta yang terlihat sangat tipis atau dapat tidak terlihat. Pada plasenta adherens, juga tidak akan ditemukan adanya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. [9,15]
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan patologi plasenta merupakan pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan dan umumnya dilakukan untuk tujuan penelitian. Gambaran makroskopik plasenta pada keadaan retensio plasenta umumnya memiliki luas permukaan yang lebih kecil dan berbentuk lebih lonjong dibandingkan plasenta non retensio plasenta. Selain itu, histologi plasenta pada pasien retensio plasenta juga dapat menunjukkan tanda kurang perfusi maternal, seperti tanda infark plasenta, sel giant trophoblastic multinucleated, chorangiosis, kista septal, dan vilus fibrotik. [9,16]