Pendahuluan Torus Palatinus dan Torus Mandibularis
Torus merupakan tonjolan tulang benigna di mulut yang biasanya terjadi pada area palatal, disebut juga torus palatinus, dan area lingual mandibula, disebut juga torus mandibularis. Torus tersusun atas tulang kortikal padat dengan sejumlah minimal sumsum tulang dan tertutup oleh mukosa yang tipis dengan vaskularisasi yang terbatas. Torus adalah kondisi yang sangat umum, dengan prevalensi 20-40% pada populasi. Pertumbuhan torus dimulai pada masa kanak-kanak dan mulai terlihat jelas pada dekade kedua dan ketiga kehidupan. Torus umumnya asimptomatik dan ditemukan secara insidental saat pemeriksaan fisik oleh dokter gigi.
Berdasarkan bentuknya, torus palatinus dapat diklasifikasikan menjadi bentuk datar, gelendong, nodular, dan lobular. Sementara, torus mandibularis dapat diklasifikasikan menjadi bentuk soliter unilateral dan bilateral, multipel unilatelar dan bilateral, serta gabungan bilateral.
Etiologi torus palatinus dan mandibularis belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun, torus dianggap merupakan kondisi multifaktorial yang dipengaruhi terutama oleh faktor genetik dan lingkungan. Beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan torus adalah trauma, konsumsi obat-obatan, infeksi, traumatik oklusi, dan asupan nutrisi.[1]
Diagnosis torus palatinus dan mandibularis dapat ditegakkan secara klinis melalui metode inspeksi. Namun demikian, pemeriksaan penunjang berupa radiografi dan analisis patologis dapat dilakukan jika dokter gigi curiga keadaan pasien mengarah kepada kondisi maligna.[2]
Penatalaksanaan torus palatinus dan mandibularis adalah observasi, karena seringkali pasien tidak merasakan gejala apapun. Namun, jika ukuran torus palatinus dan mandibularis besar dan mengganggu, dokter gigi dapat menyarankan kepada pasien untuk melakukan pembedahan.[3]