Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Bruxism general_alomedika 2022-04-27T10:51:32+07:00 2022-04-27T10:51:32+07:00
Bruxism
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Bruxism

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Bruxism didefinisikan sebagai aktivitas otot rahang berulang yang ditandai dengan mengatupkan (clenching) atau menggertakkan (grinding) gigi dan mendorong (thrusting) mandibula. Menurut The Academy of Prosthodontics, bruxism merupakan aktivitas parafungsional menggertakkan gigi geligi yang dilakukan tanpa disadari dan berulang atau tidak beraturan. Kondisi ini dapat menyebabkan trauma oklusal.[1-3]

Bruxism dapat terjadi saat sedang beraktivitas atau dikenal dengan awake bruxism (AB), dan dapat terjadi sewaktu tidur atau sleep bruxism (SB). Awake bruxism umumnya bersifat semivolunter dan sering dikaitkan dengan pengalaman stres yang disebabkan tekanan pekerjaan atau masalah keluarga. Sleep bruxism bersifat involunter dan umumnya terjadi saat fase tidur non-REM (non-rapid eye movement). Occasional bruxism umum terjadi, terutama pada masa kanak-kanak.[2-5]

Bruxism-min

Bruxism jarang menimbulkan masalah bermakna, tapi bisa memiliki signifikansi klinis jika mengganggu tidur atau menyebabkan masalah pada gigi geligi dan rahang. Untuk mendiagnosis, terkadang dokter perlu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan perangkat intraoral yang merekam aktivitas otot (misalnya menggunakan elektromiografi atau polisomnografi).[6,7]

Individu yang mengalami bruxism umumnya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan penanganan khusus. Dokter sebisa mungkin perlu menghindari overtreatment. Namun, pada kasus bruxism yang sudah menimbulkan kerusakan pada gigi dan jaringan sekitar, mungkin diperlukan penanganan. Penanganan dapat berupa penggunaan occlusal splint, restorasi gigi yang rusak, melakukan terapi endodontik jika pulpa terekspos akibat keausan gigi, ataupun konsumsi analgesik dan relaksan otot untuk mengatasi nyeri dan kaku rahang. Pasien dengan bruxism juga mungkin memerlukan psikoterapi untuk mengurangi tingkat stres dan kecemasan.[1-4]

Referensi

1. Gerstner GE. Sleep-related Bruxism (Tooth Grinding). UpToDate, 2020. https://www.uptodate.com/contents/sleep-related-bruxism-tooth grinding#H2564351055
2. Kanathila H, Pangi A, et al. Diagnosis and Treatment of Bruxism: Concepts From Past to Present. International J Applied Dent Scien. 2018; 4(1). 290-295
3. Manfredini D, Colona A, et al. Bruxism: A Summary of Current Knowledge on Aetiology, Assessment and Management. Oral Surgery. 2020. 358-370. doi:10.1111/ors.1245
4. Shetty S, Pitti V, et al. Bruxism : A Literature Review. J Indian Prosthodontic Soc. 2010; 10(3). 141-148. DOI 10.1007/s13191-011-0041-5
5. Wendari S, et al. Bruksisma. Dentofasial. 2011; 10(3). 184-189
6. Bulanda S, Ryputa DIm et al. Sleep Bruxism in Children: Etiology, Diagnosis, and Treatment- A Literature Review. Int J Environ Res Public Health. 2021; 18(9544). 1-9. https://doi.org/10.3390/ijerph18189544
7. Raphael KG, Santiago V, Lobbezoo F. Is bruxism a disorder or a behaviour? Rethinking the international consensus on defining and grading of bruxism. J Oral Rehabil. 2016;43(10):791-798. doi:10.1111/joor.12413

Patofisiologi Bruxism
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 02:01
Tekanan darah tinggi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Selamat pagi, mohon maaf mengganggu. Saya ingin bertanya dok, saya mendapat pasien di PKM dgn dx Mola Hidatidosa + HT urgency (TD 180/110).Yang...
Anonymous
Kemarin, 20:30
Abses
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokPasien laki” usia 65 th dengan keluhan bisul di ketiak kiri sejak kurang lebih satu bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar. Pasien sempat...
dr.Yulius Widjaya
Kemarin, 16:34
Sertifikat yg tak ada tanda tgn para pelaksana
Oleh: dr.Yulius Widjaya
8 Balasan
Hari ini saya mengikuti Webinar Def.zat besi kenali faktor resiko & strategi pencegahan.Telah mengikuti post test & dinyatakan lulus sertifikat dikirim tapi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.