Penatalaksanaan Syok Sepsis
Penatalaksanaan syok sepsis perlu mencakup resusitasi untuk memperbaiki perfusi, pengendalian sumber infeksi, dan modulasi respon imun pejamu.
Penanganan syok pada syok sepsis dilakukan dengan:
- Mengembalikan central venous pressure (CVP) dalam kisaran 8-12 mmHg
- Mengembalikan mean arterial pressure (MAP) di atas 65 mmHg
- Mengembalikan saturasi vena cava superior menjadi 70% atau mixed venous saturation menjadi 65%
- Resusitasi cairan dengan kristaloid berupa cairan salin normal atau albumin, serta pemberian koloid hingga 30-80 ml/kg
- Ventilasi mekanik untuk mengurangi kebutuhan metabolik
- Pemberian obat vasoaktif jika resusitasi cairan tidak menghasilkan respon adekuat
Pengendalian sumber infeksi dilakukan dengan:
- Pemberian antibiotik spektrum luas dalam 1 jam setelah diagnosis. Terapi empirik harus memiliki aktivitas terhadap semua patogen yang mungkin menyebabkan infeksi pada kasus masing-masing pasien
- Angkat seluruh jaringan yang terinfeksi atau nekrotik jika dicurigai menjadi sumber infeksi, misalnya pada pasien dengan selulitis, abses, alat medis yang terinfeksi, atau memiliki luka yang purulen
Modulasi sistem imun pejamu dilakukan dengan:
- Pemberian kortikosteroid pada syok yang memasuki vasoactive-refractory atau pada pasien dengan kadar kortisol < 150 ug/l
- Tambahkan vasopressin pada pasien vasoactive-refractory[7]
Pengukuran Kadar Laktat
Kadar serum laktat dapat menunjukkan adanya hipoksia jaringan, yang menggambarkan kelainan perfusi jaringan akibat sepsis. Bila kadar laktat awal meningkat, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang 2-4 jam setelahnya.[1]
Pengambilan Kultur Darah Sebelum Pemberian Antibiotik
Pengambilan spesimen kultur sangat penting sebelum pemberian antibiotik untuk mengidentifikasi patogen yang menyebabkan sepsis.[1]
Pemberian Antibiotik Spektrum Luas
Pemberian antibiotik spektrum luas intravena secara empirik diberikan segera pada pasien yang datang dengan kondisi sepsis atau syok sepsis. Setelah patogen diidentifikasi menggunakan kultur dan sensitivitas antibiotik ditemukan, maka terapi antibiotik empirik dapat dipersempit atau dihentikan bila pasien tidak mengalami infeksi.
Pemilihan antibiotik dibuat berdasarkan beberapa determinan seperti riwayat penggunaan antibiotik dan infeksi, aktivitas patogen lokal, sensitivitas antibiotik, komorbiditas klinis, dan penyakit yang mendasari. Pada pasien dengan penyakit kritis yang mengalami demam persisten, inisiasi antifungal empirik direkomendasikan. Kontrol sumber infeksi pada sepsis juga sangat penting, seperti perawatan luka yang terinfeksi, penggantian kateter vena sentral, dan penanganan infeksi intraabdomen.[1]
Resusitasi Cairan
Pemberian cairan intravena pada awal sepsis atau syok sepsis sangat penting. Resusitasi harus dimulai segera pada pasien dengan hipotensi atau peningkatan kadar laktat. Cairan yang diberikan adalah kristaloid atau koloid 30-80 ml/kg.
Pemberian resusitasi juga harus memperhatikan balance cairan pada pasien agar tidak terjadi overload. Parameter yang menjadi poin penilaian pada resusitasi cairan adalah status hemodinamik, saturasi oksigen, suhu tubuh, dan urine output. [1,3]
Pemberian Obat Vasoaktif
Bila tekanan darah tidak naik setelah resusitasi cairan awal, maka pemberian obat vasoaktif harus dimulai. Agen yang paling umum digunakan adalah norepinefrin, epinefrin, dopamin, fenilefrin, dan vasopressin.
Pedoman Surviving Sepsis Campaign merekomendasikan norepinefrin sebagai obat vasoaktif pilihan pada syok sepsis. Norepinefrin adalah agonis adrenergik alfa yang meningkatkan tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi, tanpa efek yang besar pada kecepatan denyut jantung.
Dopamin sebelumnya digunakan pada syok sepsis sebagai lini pertama, namun ditemukan peningkatan risiko takiaritmia dan rasio mortalitas pada penggunaan dopamin dibandingkan dengan norepinefrin.[4,13]